Selly yang tengah menggendong Gilbert itu mengerutkan keningnya ketika mendapati Anggara masuk ke dalam rumah dengan wajah ditekuk.
Ia hanya melirik sekilas ke arah Selly dan langsung melangkahkan kaki ke lantai atas tanpa berkata-kata apapun.
Selly tertegun, kenapa suaminya ini? Apakah dia sudah membuat suatu kesalah? Jadi sang suami marah? Atau ada apa?
Selly bergegas membawa Gilbert berdiri, melangkah ke dapur mencari baby sitter Gilbert yang tadi pamit membantu Bi Ijah food preparation untuk seminggu ke depan.
"Ini tolong Gilbert bawa sebentar ya, saya mau ada ngomong sama bapak," Selly tersenyum kemudian memasrahkan jagoan kecilnya pada sosok yang langsung bangkit dan mencuci tangannya bersih-bersih.
"Baik, Bu."
Selly hanya tersenyum tanpa berkata-kata lagi, ia langsung melangkah ke kamar atas. Meluncur ke kamarnya yang dan mendapati Anggara tengah mengganti bajunya.
"Sayang ... Ada apa? Jelek amat wajahnya," tanya Selly sambil m
Selly menggebuk lengan Anggara dengan gemaa ketika ia tersadar cairan hangat itu memenuhi rahimnya. Anggara lupa pakai pengaman dan dia mengeluarkan miliknya di dalam!"Kenapa di dalam?!" Selly benar-benar kesal, ia langsung bangkit setengah tertatih ke kamar mandi.Anggara hanya mendesah panjang, merebahkan tubuhnya yang lemas luar biasa itu di atas ranjang. Mau bagaimana lagi? Anggara telat menarik miliknya. Siapa suruh isterinya begitu nikmat?Ia memejamkan matanya menikmati sisa-sisa pelepasan yang baru saja dia dapatkan sore ini. Nafasnya masih terengah, keringatnya masih membanjiri tubuh Anggara, membuat tubuhnya terasa begitu gerah dan lengket.Selly yang sudah beres membersihkan diri tampak muncul dari pintu kamar mandi, wajahnya ditekuk, membuat Anggara menepuk jidatnya dengan gemas, pasti bakalan ngamuk lah isterinya itu, sudah Anggara prediksi!"Ko ... Beliin ke apotik, takut jadi!" renggek Selly sambil menggebuki lengan sang suami denga
Wilhelm melangkah dengan tenang menyusuri koridor rumah sakit, hingga kemudian ia terhenti karena mendengar derap langkah kaki setengah berlari di belakangnya."Dokter!" panggil sosok itu ketika Wilhelm menoleh dan menatapnya dengan alis berkerut."Ya? Kenapa?" Tanyanya langsung ke inti, bukan kebiasaan Wilhelm suka berbasa-basi."Di tunggu di OK, Dok. Ada Cito." Jelas sosok itu to the point.Wilhelm tampak mengangguk pelan."Baik, saya kesana. Terima kasih."Tanpa berkata-kata lagi Wilhelm melangkah meninggalkan perawat dengan setelan berwarna biru muda itu.Tampak gadis itu menghela nafas panjang, kenapa sosok itu macam robot yang begitu kaku dan tidak banyak bicara? Sosok itu manusia, kan? Bukan hasil kloning atau hasil rekayasa robotik?Stella menghela nafas panjang, ia membalikkan badannya dan melangkah kembali menuju posnya. Yang penting tugas untuk memberitahukan sosok itu bahwa dia harus segera ke OK untuk memimpin jala
Anggara tersenyum ketika kembali ke kamar dan mendapati sang isteri sudah kembali terlelap di balik selimut. Wajahnya begitu polos dan menggemaskan membuat Anggara rasanya ingin ... ah! Tidak! Sudah cukup untuk hari ini.Anggara merangkak naik ke atas ranjang, bersembunyi di dalam selimut kemudian meraih Selly dalam dekapannya. Dengan begitu manja, ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk Selly, membuat Selly kemudian menggeliat karena deru nafas Anggara menyapu tengkuknya dengan begitu lembut.“Kamu itu kebo juga ya? Masa iya sudah balik tidur lagi?” bisik Anggara ketika Selly tidak beranjak membuka matanya.“Hmmm ... sana ah!” Selly menyikut lengan Anggara yang memeluk erat tubuhnya, ia benar-benar sudah mengantuk berat. Matanya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi.Anggara mencebik, bukannya melepaskan pelukan itu, ia malah mempererat pelukan itu hingga Selly berkali-kali menggebuk gemas lengan sang suami. Bukan apa-apa, ia mer
"Nah... Mau kemana?" Anggara membuka matanya, mendapati sang isteri yang sudah begitu cantik dan rapi sepagi ini." Anter anak ke sekolah dong, namanya juga emak-emak." Selly tersenyum, membereskan pompa ASI dan beberapa kantung ASI yang sudah penuh dan diberi label identitas. Anggara tersenyum, bangun dan duduk sejenak di atas ranjang, lalu menatap sang isteri dengan seksama. "Mau anter anak beneran, kan? Bukan mau cari pacar baru?" Tanya Anggara penuh selidik. Selly mengangkat wajahnya, menatap Anggara dengan mata membulat. Apa tadi kata Anggara? Cari pacar baru? Ada memang yang mau sama emak-emak beranak dua seperti Selly ini? Ngaco sekali suaminya itu. "Cari berondong juga dong, siapa tau nanti ada berondong ganteng unyu-unyu," Balas Selly sambil melirik Anggara yang wajahnya sontak berubah manyun. "Sayang ... Mau aku ngamuk?" Anggara kini melipat kedua tangannya
Selly tengah bermain dengan Gilbert yang mulai aktif melangkah ke sana kemari di dalam kamarnya, ketika kemudian Anggara keluar dari kamar mandi dengan bathrope yang masih membungkus tubuhnya."Agenda hari ini kemana, Sayang?" Anggara meraih setelan scrub yang sudah disiapkan Selly di gantungan baju, matanya melirik sekilas jagoan kecilnya yang tertawa-tawa sambil melangkah kesana-kemari."Ya paling main sama anak-anak seharian, kenapa?"Anggara tersenyum, ia segera meraih sisir dan pomade begitu selesai memakai setelan scrub warna hijau miliknya itu. Tidak masalah sih kalau Selly mau kemana atau membawa anak-anak main keluar, asal izin Anggara terlebih dahulu dan tentunya janji akan baik-baik saja.Tangannya terulur meraih botol parfum, menyemprotkan parfum favoritnya itu ke beberapa bagian atasan scrub miliknya.Bau musk itu lantas menyeruak memenuhi ruangan, membuat Selly tersentak ketika mual itu tiba-tiba menderanya. Ke
Bambang baru saja turun dari mobil ketika Felicia keluar dan berlari menyambutnya. Tampak gadis itu begitu panik, membuat Bambang mengerutkan keningnya dan bertanya-tanya apa yang membuat Felicia tampak begitu panik menyambut kedatangan dirinya dan Indah."Opa! Untung Opa datang!" nampak gadis itu langsung meraih tangan Bambang, menarik tangan itu masuk ke dalam, membuat Indah tersenyum menatap keakraban mereka."Ada apa, Sayang? Semua baik-baik saja, kan?" Bambang mengikuti tarikan tangan Felicia, membuat gadis itu menoleh dan menghentikan langkahnya.Bambang reflek jongkok melihat raut wajah itu, dengan serius Felicia menceritakan apa yang terjadi."Sejak Felis pulang sekolah, mama nggak mau keluar kamar, Opa. Nangis di dalam kamar kata Mbak Rini. Bahkan Gilbert aja seharian ini yang asuh Mbak Rini, padahal mama nggak ke mana-mana." terang Felicia dengan mata membulat.Bambang terkejut, ada apa dengan anaknya itu? Pe
"Bantuin apaan?"Selly menyeka air matanya, menatap sang papa dengan tatapan memelas. "Ya bantuin gimana caranya biar tetap bisa internship, Pa."Bambang sontak menepuk jidatnya dengan gemas. Ditatapnya Selly dengan seksama. "Kamu mau papamu ini menentang pusat? Kalau semisal bisa dan kamu diharuskan internship di daerah agak terpencil, terus nasib kamu gimana? Kamu mau buat papa-mama dan suamimu tiap hari kepikiran?"Anggara menjentikkan jarinya, sangat setuju dengan apa yang barusan Bambang katakan pada anak perempuannya ini. Sungguh Bambang adalah papa mertua idaman sepanjang masa!"Setuju Pa, bisa stress Anggara di sini mikir nasib anak sama isteri Anggara, Pa."Bambang menatap Selly yang masih sesegukan itu, "Nah suami mu nggak setuju. Nggak ada restu dari suami mu dan kamu mau nekat?"Selly sontak lemas, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Kembali menangis meratapi nasib. Semua ini salahnya! Kenapa dulu tidak ia tahan barang se
"Selepas dia ke Jerman, masih sering gangguin elu?"Anggara mengerutkan keningnya, tentu Anggara paham siapa 'dia' yang Kevin maksud. Sudah pasti Nadya tentunya. Ah... dia belum bercerita pada Kevin bukan bahwa adiknya memberikan sebuah perpisahan terindah untuk wanita itu?"Sama sekali nggak, bahkan Selly nyusul dia di bandara pas mau take off." Anggara menyandarkan tubuhnya di kursi, dia lihat betul dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Selly memeluk Nadya bandara kala itu. Bagaimana Nadya menangis sesegukan dalam pelukan Selly."Eh, Selly nyusulin Nadya ke bandara?" Kevin nampak terkejut, sudah Anggara duga."Iya... kasih salam perpisahan karena beberapa hari sebelum dia pergi ke Jerman, dia cari gara-gara, Vin." ingatan Anggara kembali pada saat itu, dimana Nadya memberinya penawaran gila yang sangat tidak masuk akal.Meminta Anggara meniduri dirinya? Hah! Memangnya Anggara laki-laki macam apa? Dia bukan tipe laki-laki