"Sayang!" Anggara memekik keras, sontak ia lemas melihat apa yang isterinya pesan itu.
Bukan makanan yang mahal, tidak masalah sebenarnya kalau Selly mau memesan makanan paling mahal sekalipun, saldo g*pay-nya lebih dari cukup untuk membeli makanan apapun. Tetapi ini ....
Anggara menghela nafas panjang, menghirup oksigen perlahan-lahan. Mencoba mengurai kekesalan yang memuncak efek melihat makanan apa yang sang isteri pesan itu. Matanya masih menatap nanar Selly yang nyengir lebar di atas bed-nya.
"Perjanjiannya tadi, aku boleh pesan apapun, kan?" Ujarnya membela diri.
Anggara mendengus pelan, ia masih mengatur nafasnya. Dibawanya bungkusan yang tadi diantar abang-abang oj*l sampai depan kamar sang isteri. Sebuah makanan yang tidak pernah Anggara bayangkan akan Selly pesan untuk ia makan pertama kali selepas sadar pasca operasi tadi.
Ada tiga plastik yang terhantar, satu berisi milk tea boba berukuran jumbo dan satu cup berukuran kecil. Kemudian sa
"Koooo ...," panggil Selly manja, sudah pukul setengah dua belas malam dan Gilbert sudah dibawa kembali ke ruang neonatus, tinggal Selly dan Anggara sendiri di ruangan itu, sementara Felicia dan kakek-neneknya kembali ke rumah. "Hmmm ...," Anggara yang tengah live streaming menonton pertandingan Euro itu tampak masih begitu serius menatap layar ponselnya, membuat Selly sontak mencebik kesal. "Ko! Serius nih!" gerutu Selly kesal. "Iya aku juga serius, Sayang. Lagi seru nih bolanya, Portugal sama Jerman," balas Anggara tak beranjak dari layar ponselnya. Kembali Selly mencebik, coba saja dia tidak habis lahiran, sudah ia buka itu bajunya dan berdiri di depan sang suami, coba dia mau lihat pilih tetap nonton bola apa berpaling. Padahal televisi di kamar inap sudah Selly kuasai, ternyata tidak mengurungkan niat bapak dua anak itu untuk tetap menonton bola, heran Selly. Dan suaminya itu tetap tidak bergerak dari depan layar ponsel, membuat Selly mak
Anggara menepuk jidatnya gemas ketika tambahan waktu empat menit pun tidak mengubah kedudukan. Portugal tetap tertinggal 2-4 dari Jerman. Sudah fix dan itu artinya dia kalah taruhan melawan sang isteri. Lemas sudah Anggara malam ini, kenapa tadi dia pakai ngajak sang isteri taruhan segala sih? Kalau sudah kalah begini, kan, dia sendiri juga yang kerepotan. Dasar sial!Selly yang tengah menyantap kwetiau goreng yang beberapa menit tadi diantar oleh perawat klinik, hanya tersenyum lebar penuh kemenangan. Meskipun tidak paham bola, tetapi tiap taruhan bola Selly selalu mujur. Dulu dapat handphone terbaru ketika ia dan Kevin taruhan final piala dunia 2018 yang dimenangkan oleh Perancis itu."Gimana, Bos?" tanya Selly sambil nyengir lebar.Anggara mendengus kesal, ia menatap sang isteri yang tengah memangku piring berisi kwetiau goreng. Sekarang jantungnya berdegub tidak karuan, apa yang kira-kira akan Selly minta sebagai hadiah menang taruhan? Selly hendak minta apa
"Kau tahu? Bahwa sebenarnya aku ....""Apa?" tanya Anggara penasaran, ditatapnya sang isteri yang masih berada dalam dekapan tubuhnya itu."Bahwa sebenarnya aku sayang banget sama kamu," desis Selly lirih, membuat senyum Anggara makin merekah dan begitu indah tergambar di wajah itu."Cuma sayang? Cinta nggak?" godanya sambil mengecup puncak kepala Selly."Kalau nggak, gimana?"Tawa Anggara meledak, ia sedikit pun tidak melepaskan pelukan itu, tidak rela jauh-jauh dari Selly yang hari ini memberinya banyak sekali kebahagiaan yang tidak terkira bagi Anggara dalam kehidupannya."Tunggu saja ku buat kau jatuh cinta sampai tergila-gila kepadaku nanti," ancam Anggara yang sontak diikuti gelak tawa keduanya.Pedih ... bekas operasi Selly sebenarnya sedikit terasa pedih, namun kebahagiaan ini tidak bisa dilewatkan begitu saja, bukan? Selly mengendurkan pelukannya, mengangkat wajahnya dan menatap sang suami lekat-lekat. Jemarinya terulur menge
"Ini bukan cashew sama almond," Selly mencebik ketika mendapati dua batang cokelat di nakas, memang sih cokelat itu ada cashew sama almond sebagai variasi rasa, tapi yang Selly mau cuma murni kacangnya, bukan yang seperti ini.Anggara tersenyum, ia meraih cokelat itu, duduk di kursi yang ada di sisi pembaringan sang isteri, Selly hanya menatap Anggara lekat-lekat, kenapa malah duduk?"Nih bacanya apa?" Tanya Anggara sambil menunjuk tulisan di bungkus cokelat, persis ketika sedang mengajari anak kecil membaca."Cashew," jawab Selly yang menurut saja sambil menatap Anggara dengan serius."Nah, betul `kan berarti?"Selly sontak menggebuk gemas lengan sang suami. Mulai kumat kan sikap nyebelin laki-laki satu ini? Sementara Anggara hanya tertawa terbahak-bahak melihat betapa masam wajah isterinya. Rasanya ingin ia lumat bibir merona yang menantang menggoda Anggara itu, namun tidak sekarang, ia trauma berkali-kali ke gep orang tengah bermesraan dengan sa
"Hah? Isteri dokter Anggara udah lahiran?" tampak residen itu tercengang, begitu pula dengan Adit yang sedang pura-pura sibuk itu.Selly sudah melahirkan? Tapi dia belum lama kan menikah dengan dokter bedah itu? Tampak Adit mengerutkan keningnya, lalu mencoba menghitung jarak Selly menikah dan melahirkan. Mustahil!"Itu artinya ....""Hamil duluan lah, coba mereka nikah baru berapa lama sih?" Yosua dengan santai mengomentari, Adit pun sependapat karena ia juga menemukan fakta yang sama. Selly hamil terlebih dahulu sebelum menikah."Iya ya, mereka nikah baru berapa bulan coba? Cepet amat tau-tau lahiran.""Akselerasi mungkin," celoteh yang lain menimpali.Ya ... Hari ini dokter Anggara libur, jadi berani lah mereka ngomong di belakang macam ini, coba kalau sosial itu ada di rumah sakit, bisa habis kalau sampai dokter Anggara dengar para residennya ini tengah menggosipkan dirinya dan snag isteri.Hati Adit begitu pedih, seintim itu kah
Adit terpaku ketika mendapati sosok yang ia cintai itu tampak tengah menggendong bayi mungil yang di bedong kain warna biru, ia masih belum percaya, gadis yang dulu sering dia ajak makan siang bersama, kini sudah memiliki anak dari laki-laki lain. Laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah laki-laki yang dulu sering Selly keluhkan menyebalkan kepada dirinya."Siang, Dokter," sapa Rivan selaku chief residen bedah mewakili teman-temannya."Ah siang, kenapa pakai repot-repot sih?" Anggara tersenyum, sebuah senyum lebar yang tidak pernah mereka temui bertengger di wajah itu."Tidak repot kok, kami penasaran sama dokter Anggara junior," guman Nadela, sambil menyerahkan kado berukuran besar yang merupakan hasil patungan anak-anak residen untuk dibawa kemari."Terima kasih, saya malah jadi merepotkan," senyum Anggara masih merekah, begitu pula senyum Selly yang nampak begitu lepas dan begitu bahagia.Adit merasakan pedih itu makin menyiksa, apakah Selly
"Mana almond dan cashew pesanan ku?" Todong Selly ketika ingat tadi sang suami pesan dua barang itu pada sang kakak."Ah iya, masih di mobil, ambil sendiri sana gih!" Kevin tidak beranjak dari posisinya, membuat Selly melotot kesal. Selalu begini, tiap mereka kumpul, sikap gesrek Kevin selalu muncul, terutama setelah Selly menikahi sahabat kakaknya sendiri.Padahal tiap mereka berjauhan, sikap Kevin selalu manis dan tampak sangat menyayangi Selly, tapi kalau tiap kumpul begini? Jangan ditanya, pasti selalu saling bully yang terkadang berakhir dengan baku hantam."Ko, kelahi yuk!" Tantang Selly gemas, jalan lama sedikit saja ia masih belum sanggup, dan sekarang dia disuruh turun ke parkiran ambil kacang pesanannya? Lah nantang kelahi nih?"Ah males, ntar aja kalau aku ada mood baku hantam." Jawab Kevin sekenanya.Selly sudah habis kesabaran, ia menatap sang mama yang masih tampak begitu asyik mengobrol dengan sang besan sambil menimang Gilbert.
"Welcome home kesayangan papa," Anggara tersenyum lebar ketika membuka pintu kamar mereka, kamar yang semuila hanya berisi ranjang mereka, almari, meja rias dan nakas itu, kini terisi box bayi, almari kecil berwarna putih dengan gambar gajah yang begitu lucu dan beberapa pernak-pernik perlengkapan bayi lainnya.Tak lupa beberapa bunga segar yang ditaruh dalam vas, serta balon-balon berwarna putih dan biru yang memenuhi ruangan. Selly tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mereka, ia begitu 'pangling' dengan kamarnya itu, Anggara bahkan sudah merubah desain interior kamar jadi begitu nyaman dan cantik."Kamu yang buat, Ko?" tanya Selly yang senyumnya belum mau lepas dari wajahnya itu.Anggara hanya mengangguk dan tersenyum, "Dibantu kedua papaku, Felicia dan jangan lupa kakak iparku."Selly terkekeh, mereka begitu manis sekali ternyata. Selly mengedarkan pandangan ke sekeliling, hingga kemudian matanya menatap Felicia yang melangkah masuk