Selly dengan sedikit susah payah berusaha bangun. Perutnya makin besar, sudah masuk minggu ke tiga puluh dua, semakin lama rasanya benar-benar semakin tidak karu-karuan. Sakit pinggang, gerah tidak bisa tidur, susah bergerak dan masih banyak lagi. Yang pernah hamil pasti paham, namun jujur Selly kaget dan tidak nyaman, padahal waktu pre-klinik dulu ia sudah banyak belajar teori tentang apa-apa saja yang dialami wanita ketika hamil, dan jujur ia tidak percaya ternyata prakteknya sesulit ini.
Tampak Anggara begitu pulas tertidur, sementara Selly? Ia terbangun karena disamping rasanya gerah, perutnya makin tidak nyaman dipakai tidur untuk posisi apapun. Dan akhirnya ia hanya duduk bersandar dengan bantal sebagai tempat dia bersandar.
Ia sangat berterima kasih pada sang suami yang menyuruhnya cuti koas. Tidak bisa di bayangkan bagaimana nanti polah tingkah Selly jika masih harus koas dengan perut sebesar ini dan rasa nano-nano yang ditimbulkan kehamilannya.
Selly he
"Ang, ketuban hampir habis."Anggara sontak lemas, apa tadi dokter Anton bilang? Ketuban Selly hampir habis? Itu artinya anak mereka sedang dalam bahaya. Harus sesegera mungkin dilahirkan kalau tidak akan berakibat fatal untuk janin mereka, tidak peduli usianya belum cukup Minggu.Selly sudah terisak, benar kekhawatirannya. Dan sekarang semua keputusan ada di tangan dokter Anton. Apapun itu akan Selly turuti dan lakukan, semua demi janin dalam rahimnya ini."Lantas bagaimana, Dokter?" Anggara menitikkan air mata, ia tidak malu lagi menangis di depan dokter Anton, ia benar-benar khawatir dengan kondisi anak dan isterinya."Aku siapkan beberapa obatnya dulu, kita induksi," dokter Anton sudah hendak melangkah ketika kemudian Anggara mencekal tangan dokter kandungan itu."Dok," panggil Anggara lirih.Dokter Anton menoleh, menatap Anggara yang sudah banjir air mata itu. Sungguh belum pernah dokter Anton melihat Anggara banjir air mata macam ini.
Selly mengerjapkan matanya, semua terasa berat. Kepala, mata, dan tubuhnya begitu kaku sulit digerakkan. Ia mencoba menggerakkan kakinya, nihil. Tubuh bagian bawah begitu kaku, hingga kemudian ia berhasil menggerakkan jari jemarinya. Perlahan-lahan ia membuka mata, dan mendapat Anggara, sang suami tengah menunggunya. Anggara menyandarkan kepalanya di tepi ranjang, melihat itu sontak senyum Selly mulai merekah. Ia menatap ke sekitar, mencoba mengingat apa yang sebenarnya sudah terjadi dan perlahan-lahan ia mulai bisa mengingat semuanya! Ia terbangun dari tidurnya malam itu, dengan segala macam perasaan tidak enak yang ia rasakan, perutnya, persendiannya, dan segala macam perasaan tidak enak lainnya. Perutnya mulas, sakit luar biasa dan genangan air itu .... Selly mulai ingat semuanya, sebelum ia sadar dan berada di tempat ini, ia tengah terbaring di dalam OK. Di atas meja operasi dengan Anggara, sang suami yang tidak pernah mau pergi dari sisinya. Selly sudah
“Mama ....”Air mata Selly sontak menitik, tampak Felicia begitu antusias dan gembira melihat dia dorong keluar oleh sang papa dan seorang perawat Ok. Bukan hanya Felicia yang hadir di sana, papa dan mama mertuanya juga sudah tersenyum menyambut dia di depan ruang OK.“Papa Bambang dan mama Indah sedang menuju ke sini,” bisik Anggara yang tahu betul apa yang ada dalam benak Selly, pasti ia mempertanyakan kehadiran kedua orang tuanya yang belum nampak, bukan?Selly hanya mengangguk dan tersenyum, ia menyeka air mata yang menitik membasahi wajahnya. Kenapa rasanya tidak karu-karuan seperti ini sih? Saking bahagianya sampai Selly tidak bisa lagi berkata-kata apapun. Ia begitu larut dengan semua momen kebahagiaan ini.“Adik Felis mana, Pa? Felis mau lihat!” Felis yang sudah berada dalam gendongan Setiandi itu langsung heboh, ia sudah tidak sabar hendak melihat sang adik. Untung sang mama hanya melahirkan di klinik mil
"Sayang!" Anggara memekik keras, sontak ia lemas melihat apa yang isterinya pesan itu.Bukan makanan yang mahal, tidak masalah sebenarnya kalau Selly mau memesan makanan paling mahal sekalipun, saldo g*pay-nya lebih dari cukup untuk membeli makanan apapun. Tetapi ini ....Anggara menghela nafas panjang, menghirup oksigen perlahan-lahan. Mencoba mengurai kekesalan yang memuncak efek melihat makanan apa yang sang isteri pesan itu. Matanya masih menatap nanar Selly yang nyengir lebar di atas bed-nya."Perjanjiannya tadi, aku boleh pesan apapun, kan?" Ujarnya membela diri.Anggara mendengus pelan, ia masih mengatur nafasnya. Dibawanya bungkusan yang tadi diantar abang-abang oj*l sampai depan kamar sang isteri. Sebuah makanan yang tidak pernah Anggara bayangkan akan Selly pesan untuk ia makan pertama kali selepas sadar pasca operasi tadi.Ada tiga plastik yang terhantar, satu berisi milk tea boba berukuran jumbo dan satu cup berukuran kecil. Kemudian sa
"Koooo ...," panggil Selly manja, sudah pukul setengah dua belas malam dan Gilbert sudah dibawa kembali ke ruang neonatus, tinggal Selly dan Anggara sendiri di ruangan itu, sementara Felicia dan kakek-neneknya kembali ke rumah. "Hmmm ...," Anggara yang tengah live streaming menonton pertandingan Euro itu tampak masih begitu serius menatap layar ponselnya, membuat Selly sontak mencebik kesal. "Ko! Serius nih!" gerutu Selly kesal. "Iya aku juga serius, Sayang. Lagi seru nih bolanya, Portugal sama Jerman," balas Anggara tak beranjak dari layar ponselnya. Kembali Selly mencebik, coba saja dia tidak habis lahiran, sudah ia buka itu bajunya dan berdiri di depan sang suami, coba dia mau lihat pilih tetap nonton bola apa berpaling. Padahal televisi di kamar inap sudah Selly kuasai, ternyata tidak mengurungkan niat bapak dua anak itu untuk tetap menonton bola, heran Selly. Dan suaminya itu tetap tidak bergerak dari depan layar ponsel, membuat Selly mak
Anggara menepuk jidatnya gemas ketika tambahan waktu empat menit pun tidak mengubah kedudukan. Portugal tetap tertinggal 2-4 dari Jerman. Sudah fix dan itu artinya dia kalah taruhan melawan sang isteri. Lemas sudah Anggara malam ini, kenapa tadi dia pakai ngajak sang isteri taruhan segala sih? Kalau sudah kalah begini, kan, dia sendiri juga yang kerepotan. Dasar sial!Selly yang tengah menyantap kwetiau goreng yang beberapa menit tadi diantar oleh perawat klinik, hanya tersenyum lebar penuh kemenangan. Meskipun tidak paham bola, tetapi tiap taruhan bola Selly selalu mujur. Dulu dapat handphone terbaru ketika ia dan Kevin taruhan final piala dunia 2018 yang dimenangkan oleh Perancis itu."Gimana, Bos?" tanya Selly sambil nyengir lebar.Anggara mendengus kesal, ia menatap sang isteri yang tengah memangku piring berisi kwetiau goreng. Sekarang jantungnya berdegub tidak karuan, apa yang kira-kira akan Selly minta sebagai hadiah menang taruhan? Selly hendak minta apa
"Kau tahu? Bahwa sebenarnya aku ....""Apa?" tanya Anggara penasaran, ditatapnya sang isteri yang masih berada dalam dekapan tubuhnya itu."Bahwa sebenarnya aku sayang banget sama kamu," desis Selly lirih, membuat senyum Anggara makin merekah dan begitu indah tergambar di wajah itu."Cuma sayang? Cinta nggak?" godanya sambil mengecup puncak kepala Selly."Kalau nggak, gimana?"Tawa Anggara meledak, ia sedikit pun tidak melepaskan pelukan itu, tidak rela jauh-jauh dari Selly yang hari ini memberinya banyak sekali kebahagiaan yang tidak terkira bagi Anggara dalam kehidupannya."Tunggu saja ku buat kau jatuh cinta sampai tergila-gila kepadaku nanti," ancam Anggara yang sontak diikuti gelak tawa keduanya.Pedih ... bekas operasi Selly sebenarnya sedikit terasa pedih, namun kebahagiaan ini tidak bisa dilewatkan begitu saja, bukan? Selly mengendurkan pelukannya, mengangkat wajahnya dan menatap sang suami lekat-lekat. Jemarinya terulur menge
"Ini bukan cashew sama almond," Selly mencebik ketika mendapati dua batang cokelat di nakas, memang sih cokelat itu ada cashew sama almond sebagai variasi rasa, tapi yang Selly mau cuma murni kacangnya, bukan yang seperti ini.Anggara tersenyum, ia meraih cokelat itu, duduk di kursi yang ada di sisi pembaringan sang isteri, Selly hanya menatap Anggara lekat-lekat, kenapa malah duduk?"Nih bacanya apa?" Tanya Anggara sambil menunjuk tulisan di bungkus cokelat, persis ketika sedang mengajari anak kecil membaca."Cashew," jawab Selly yang menurut saja sambil menatap Anggara dengan serius."Nah, betul `kan berarti?"Selly sontak menggebuk gemas lengan sang suami. Mulai kumat kan sikap nyebelin laki-laki satu ini? Sementara Anggara hanya tertawa terbahak-bahak melihat betapa masam wajah isterinya. Rasanya ingin ia lumat bibir merona yang menantang menggoda Anggara itu, namun tidak sekarang, ia trauma berkali-kali ke gep orang tengah bermesraan dengan sa