"NAYA BERHENTI DI TEMPAT!" teriakan itu kembali menggema di koridor sekolah yang tampak sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi kurang lebih 30 menit yang lalu. Pak Arka dengan langkah besarnya menghampiri Naya yang berdiri tegak di sana. "Selamat pagi pak," sapa Naya dengan senyum manis nya. "Kamu terlambat?" Naya menelan ludah nya susah payah "M-maaf pak saya terlambat..." "Lari keliling lapangan utama 5x !" "Apa?" Naya berlari mengelilingi lapangan utama sekolah yang besar nya hampir sebesar lapangan sepak bola. Gurunya benar benar gila, ini kedua kalinya pak Arka menyuruhnya berlari dilapangan sialan ini. "Naya pasti terlambat." "Haha rasain tuh memang nya enak dihukum." Beberapa murid yang menyaksikan dari jendela kelas saling bersahutan. Ada yang senang Naya dihukum dan ada yang kasihan. Kalian pasti sudah tahu siapa yang senang dan siapa yang kasihan. Kebanyakan kubu cewek senang, dan kubu cowok merasa kasihan. "Kalian mau dihukum juga?" suara dingin itu langsung m
Naya berjalan mondar mandir seperti setrikaan membuat pak Arka benar-benar pusing dibuatnya. Ngomong-ngomong mereka sedang terkunci diperpustakaan berdua, hanya berdua. "Tidak bisakah kamu duduk? Kamu membuatku pusing." "Bagaimana saya bisa duduk sedangkan kita sedang terkunci disini pak. Pak Arka lakukan sesuatu." "Apa yang harus aku lakukan?" "Hubungi seseorang. Mana ponsel bapak? Ponselku tertinggal di tas yang ada dikelas." "Ponselku mati habis daya," balas pak Arka santai sambil memperlihatkan ponsel nya yang mati. Sebenarnya ponsel nya tidak mati karena habis daya, dia sengaja mematikan ponselnya agar bisa berduaan dengan Naya disini, Licik memang. "Huff terus kita harus bagaimana pak ? Ibuku pasti khawatir. Apa bapak bisa memanjat? Kita bisa keluar lewat jendela atas." "Aduh kaki ku sakit Nay sepertinya susah berjalan. Ini karena mu tadi terlalu keras menendang kakiku," ucap pak Arka dengan nada seolah kesakitan. Tadi setelah keluar dari kolong meja, Naya langsung menend
Pak Arka dan Naya hanya bisa berdiri diam dihadapan kepala sekolah yang memanggilnya beberapa menit lalu karena kejadian tadi pagi di perpustakaan yang menghebohkan seisi sekolah bahkan sampai luar lingkungan sekolah. "Permisi, saya orang tua dari Naya," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja datang bersama wanita yang di yakini adalah orang tua pak Arka. "Silahkan duduk." "Saya sudah menjelaskan detail permasalahannya lewat telepon bukan? Jadi saya tidak akan menjelaskan nya lagi untuk kedua kalinya," ucap sang kepala sekolah pada orang tua Naya dan juga pak Arka. "Maafkan putri saya, saya akan berusaha mendidiknya lebih baik lagi untuk kedepannya," balas ibu Naya dengan mata yang sudah berkaca kaca. Sudah dapat dilihat tatapan kekecewaan yang terpancar dari sorot matanya. "Berita ini tidak hanya menggemparkan seisi sekolah, namun juga sampai keluar sekolah. Reputasi sekolah langsung jatuh hanya dengan berita ini. Kalau sudah begini apa yang harus kita lakukan? Mengeluarka
Naya berjalan pelan di koridor sekolah, sedari tadi semua murid yang melihat nya saling berbisik sambil menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Hai Naya. Wah tidak disangka ya ternyata kamu berkencan dengan pak Arka," Ucap salah satu murid. "Bagaimana rasanya berkencan dengan pak Arka?" "Pastinya bisa terus mendapat nilai bagus dong," sahut murid lainnya yang langsung mengundang tawa semua orang yang berada di koridor sekolah. "Kalian ingin tahu bagaimana rasanya berkencan dengan guru?" seru pak Arka yang entah datang dari mana membuat semua murid seketika langsung diam menunduk. Dengan santai nya pak Arka berjalan menghampiri Naya. "Jika kalian ingin tahu bagaimana rasanya berkencan dengan seorang guru, maka belajarlah yang rajin. Tidak ada guru yang ingin mempunyai kekasih yang bodoh," ucap nya mampu membuat Naya langsung menatapnya kaget. "Pak, apa yang bapak katakan? Bapak bisa mendapat teguran karena berkata seperti itu," ucap Naya. "Kenapa? Mereka semua beb
Satu minggu sudah berlalu, malam itu pak Arka tiba-tiba menghilang. Naya berusaha untuk tidak memikirkan hal itu tapi tidak bisa dipungkiri dia merasa ada sesuatu yang kosong. Hari-harinya yang biasanya selalu di ganggu oleh guru gila nya itu tiba-tiba berubah sunyi. "Kenapa aku jadi memikirkan guru mesum itu sih? Seharusnya aku senang dia tidak pernah menggangguku lagi," gumam nya kesal. "Sudahlah Nay, kenapa kamu jadi memikirkannya sih. Astaga sepertinya aku mulai gila." Menggelengkan kepalanya cepat, Naya memilih untuk menutup jendela kamar nya dan Segera tidur sebelum pikirannya semakin kemana mana. Baru beberapa detik setelah pintu jendela terkunci, terdengar suara ketukan dari jendela itu membuat Naya yang tadinya ingin beranjak ke ranjang terpaksa harus ia urungkan. Karena penasaran akhirnya Naya membuka kembali jendela nya, anehnya tidak ada siapa pun diluar. Apa dia hanya salah dengar saja? Tidak ingin terlalu mengambil pusing Naya langsung menutup lagi jendela nya. Be
Naya berjalan dengan riang nya memasuki kawasan sekolah, bahkan sedari tadi dia terus mengumbar senyumnya manis nya. Entah apa yang membuatnya segembira ini. Ngomong-ngomong rumor tentang hubungannya dengan pak Arka sudah mulai memudar. Tidak ada lagi yang berani mengganggunya setelah terakhir kali guru itu mengancam semua murid nya untuk tidak mengganggu nya. "Eits sepertinya ada yang lagi happy nih," ucap jihan menghadang langkah nya bersama sina dan dahya. "Selamat pagi," alih alih membalas ucapan temannya, Naya justru menyapa teman temannya itu dengan senyum termanis nya. "Apa yang kamu lakukan?" pekiknya kaget saat dahya dengan tiba tiba meletakkan punggung tangannya di kening Naya. "Tidak panas kok," ucap Dahya polos membuat Naya langsung mengerucutkan bibir nya kesal. Mereka pikir dia sakit atau gila apa ? "Kamu kenapa ? Aku perhatikan sejak tadi senyum senyum sendiri ? Kamu habis mendapat lotre?" tanya Sina ya
Naya benar-benar merasa sangat bersalah atas kejadian yang beberapa hari lalu terjadi. Saat ibu Arka ditampar suaminya hanya karena membela nya. Ditambah kemarin tanpa disangka ayah Arka datang ke kedainya bersama beberapa bodyguard nya. Beliau mengancam akan menghancurkan kedai nya, bahkan dia berani mengancam ingin menghancurkan hidup nya bersama ibunya didepan ibunya sendiri. "Hah bagaimana ini, kenapa aku jadi sesedih ini sih? Bukankah seharusnya aku senang? Ini yang aku tunggu tunggu. Lepas dari semua gangguan pak Arka," guman nya mencoba melawan rasa sedih nya. "Nay." "Ibu?" Ibu Naya yang baru saja pulang dari kedai membuatnya sedikit terkejut. Bukankah ini masih terlalu awal untuk pulang ? Biasanya ibunya akan pulang malam. "Kenapa ibu sudah pulang? Aku baru saja ingin menyusul ibu. Oh apa kedai sangat ramai sampai membuat ibu tutup lebih awal?" Bukannya menjawab, ibu Naya lebih memilih meletakkan keranjang yang berisi sisa makanan, sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di
Pak Arka kembali menjadi guru yang mesum dan menyebalkan, bahkan sifatnya itu berubah lebih kelewat 2x lipat dari sebelumnya membuat naya harus rela kembali menjalani hari hari sulit nya. Puncaknya hari ini, Naya kembali dihukum lari keliling lapangan sebanyak 5x hanya karena telat 30 detik. Tidak hanya itu, dia juga memberi waktu untuk hukuman itu. Hanya dalam waktu 10 menit naya harus bisa menyelesaikan hukumannya, jika lebih 1 detik dari waktu yang ditentukan maka naya harus bersiap dengan hukuman lainnya. gila bukan? "Ayo Naya 3x putaran lagi dan waktumu hanya tinggal tersisa 5 menit !!" teriak pak Arka yang berdiri di pinggir lapangan, Menyaksikan orang yang sangat ia cintai itu menjalankan hukumannya. "Ayo Nay, kamu pasti bisa. guru itu benar benar gila! Aku akan membuat perhitungan padanya suatu saat nanti," gumam Naya yang benar benar sudah kehabisan tenaga. Hingga tak lama kemudian Naya berhasil menyelesaikan hukumannya. Gadis itu Segera berlari menghampiri pak Arka yang