Share

My Devil Boss
My Devil Boss
Author: Arina_Gumay24

Hari Pertama Kerja

Hari ini merupakan pertama kalinya bagi Cassandra Putri atau sering di panggil dengan nama Sandra untuk bekerja di salah satu perusahaan terbesar di kotanya. Sangat sulit bagi orang-orang yang ingin bekerja di tempat itu, tapi karena kecerdasan yang dimiliki oleh Sandra membuatnya dengan mudah masuk dan bergabung di sana. 

"Semoga hari ini indah," gumamnya dalam hati. Dengan perasaan yang bahagia, Sandra pergi menggunakan bus antar kota. 

Hidup hanya bersama sang Nenek membuat Sandra harus lebih berhemat, apalagi neneknya itu sedang sakit sakitan. Sejak berusia 7 tahun Sandra tinggal bersama Neneknya, karena sang ibu meninggal dunia sedangkan sang Ayah entah dimana keberadaannya. 

Ibunya hanya berkata jika Ayah Sandra pergi dan tidak akan pernah kembali sejak saat itu Sandra tidak pernah ingin tahu dimana keberadaan sang Ayah. 

Baginya hidup bersama sang Ibu dan juga Neneknya sudab cukup lebih baikz walaupun saat itu usia Sandra masih sangat kecil. 

Perjalanan dari rumahnya sampai ke tempat dirinya bekerja hanya membutuhkan waktu 35 sampai 40 menit jika lancar tapi ketika jam kantor pulang, Sandra bisa menghabiskan waktu selama 1 jam hingga 2 jam diperjalanan. 

*** 

Sesampainya di kantor Sandra segera masuk keruangan yang kemarin sudah diberitahukan. Saat akan masuk ke ke dalam lift pegawai Sandra bertemu, dengan sahabatnya yang juga diterima di tempat itu. 

"Sandra," panggil orang itu. Sandra yang merasa namanya di panggil segera melihat kearah belakang, senyumnya terukir indah dibibir gadis itu. 

"Baru datang?" tanya Sandra kepada Anggun. Sahabatnya sejak SMA hingga kuliah dan sampai saat ini. 

"Iya, kamu juga Sandra?" tanya Anggun, Sandar hanya menganggukkan kepalanya. Keduanya pun berjalan menuju lift tersebut, setelah masuk di dalam kotak besi itu kedua gadis itu mulai bercerita lebih tepatnya Anggun yang selalu menceritakan tentang kehidupannya saat ini. 

Gadis itu selalu menceritakan tentang keharmonisan keluarganua, dimana Ayahnya yang seorang pemilik sebuah Cafe dan Ibunya yang hanya Ibu Rumah Tangga serta kesehariannya di rumah bersama keluarganya. 

Sandra bahagia mendengar semuanya apa yang diceritakan oleh sahabatnya itu, Sandra akan jadi pendengar yang baik. Itulah kenapa Anggun nyaman berteman dengan Sandra. 

Ting 

Pintu besi itu terbuka tepat di lantai ke 23 dimana staf keuangan berada. Anggun dan Sandra pun keluar sama-sama sebagai sarjana Ekonomi membuat keduanya berada di divisi yang sama. 

"Selamat pagi," sapa Sandra, dimana pun tempat Sandra selalu dikenal sebagai orang yang sangat ramah dan baik. 

"Pagi Neng Sandra, makin cantik aja." 

Sandra hanya bisa tersenyum, sejak kemarin dia dipanggil untuk wawancara dan perkenal semua mata laki-laki diruangannya ini selalu mengimbau. 

Aturan di perusahaan ini setiap karyawan yang baru masuk akan diperkenalkan sehari sebelum mereka mulai berkerja, itu dikarenakan agar saat sudah masuk tidak ada alasan untuk memperkenalkan diri lagi. 

Sandra pun segera duduk di mejanya, tempat yang akan menjadi tempat dirinya bertarung dengan sebuah masa depannya. 

"Pagi," sapa seorang wanita yang berusia hampir 40 an tahun di depan meja kerja Sandra.

"Pagi Ibu Siska, ada yang bisa saya bantu." 

Siska tersenyum, wanita itu mendekat dan segera memberikan sebuah map file kepada Sandra. 

"Ini tugas kami hari ini, selesaikan semua hitung-hitungan di dalam sana. Nanti setelah makan siang, kamu kasih sama saya bisa kan?" tanya Ibu Siska. Sandra pun menganggukkan kepalanya. 

"Bagus silakan kamu kerjakan jika ada yang tidak dimengerti kamu bisa tanyakan sama saya atau ke Luki ya.  Saya pergi dulu." Ibu Siska pun segera masuk ke dalam ruangannya. Sandra dengan semangat yang tak pernah luntur segera mulai melaksanakan tugas yang sudah diberikan. 

Sandra mengerjakannya dengan penuh konsentrasi dirinya, tidak terganggu dengan obrolan gosip yang sedang dilakukan oleh kedua rekannya didekatnya itu. 

"Loe tahu gak boss baru kita nanti, ganteng banget sumpah." 

"Masa sih Mbak?" sahut Lulu. 

"Iya Lu, loe harus cek group kantor deh. Katanya sih nama tunggal pemilik perusahaan ini. Dia sih selama ini tinggal di Prancis buat kuliah cuma karena Bapak Alexander mau pensiun jadi anaknya deh yang menggantikan." 

"Mbak Sofi gercep sekali ya soal ini," sambung Anggun. 

Sofia staf keuangan yang paling tahu tentang gosip apapun di kantor ini. Sandra hanya menatap sejenak lalu, melanjutkan tugasnya. 

"Iya dek, Mbak Sofi mah pasti bakalan tahun semua tentang kantor." 

"Aku tuh bukan tukang gosip ya, cuma kan namanya info kalau gak di kasih tahu takutnya jadi fitnah." 

Obrolan mereka makin berlanjut hingga waktunya makan siang pun tiba. Pekerjaan yang dilakukan oleh Sandra pun, selesai dalam tempat waktu. Jangan ragukan kemampuan Sandra, gadis itu saja menyelesaikan skripsi hanya satu bulan. Semua itu karena otak yang dimiliki Sandra sangat pintar. 

"Makan siang ke kantin yok," ajak Mbak Sofi. 

"Ayo Mbak," sahut mereka bertiga. 

Mbak Sofi, Lulu, Anggun dan Sandra keempatnya berjalan ke kantin, perusahaan ini menyiapakan makan siang g****s untuk para pegawainya. Tapi masih banyak juga karyawan di sini yang tidak mau makan di kantin, dengan berbagai alasan yang tidak sesuai.

"Gue bingung, kantor udah siapin kantin. Makanannya g****s, tapi kenapa mereka gak mau makan di sini. Malahan beli di luar kan, sayang duitnya."

"Biarlah Mbak bukan seperti kita pengiritan," sambung Lulu. 

"Mungkin pengen suasana yang beda Mbak," balas Anggun. 

Mbak Sofi hanya menganggukkan kepalanya, sedangkan Sandra hanya diam ia bersyukur di dalam hati jika perusahaan menyiapkan makan siang untuk para karyawan, karena hal itu membuat Sandra bisa lebih hemat. 

Sandra hanya memiliki sedikit lagi tabungan, selama satu bulan ini untuk ongkos dirinya pergi dan pulang kantor, selebihnya untuk makan tidak akan cukup. Karena pengobatan sang Nenek yang saat ini sedang sakit-sakitan menjadi prioritas utama untuk Sandra. 

Keempatnya pu segera mengantri untuk mengambil jatah makan siangnya. 

"Duduk di sana aja ya," ajak Lulu. Mereka pun akhirnya duduk diarah pojokan. Tapi sebelum ke sana ada 2 orang wanita yang dengan sengajanya menabrak bahu Sandra hingga hampir membuat makanan yang dipegang oleh Sandra terjatuh. 

"Hei loe apa apaan?" marah Mbak Sofi. 

"Kenapa dengan gue? Temen loe itu yang jalannya gak lihat-lihat." 

Sandra segera memotong "Udah Mbak, aku gak apa-apa, kita lansung dudik aja," ajak Sandra. 

"T-tapi Sand, orang itu..." 

Sandra menggelengkan kepalanya, Mbak Sofi pun akhirnya menurut walaupun terdengar helaan napas panjang oleh wanita itu. 

"Harusnya loe hajar aja mereka Sand," ucap Anggun berapi-api. 

"Emang kenapa bisa mereka seperti benci banget sama loe Sand?" tanya Lulu. 

"Tuh sih cabe itu iri selalu sama Sandra, biasa lah karena mantannya Intan mutusin dia karena pengen dekat sama Sandra. Padahal Sandra gak tertarik," jelas Anggun. 

"Cowok aja gak mau dekat sama itu nenek lampir, udah Sand loe jangan takut sama itu orang. Mbak pasti bakalan bantuin loe kalau dia buat hal yang macam-macam." 

Sandra hanya tersenyum, dia tidak mau memikirkan soal Intan toh mau seperti apa sikapnya kepada Intan. Wanita itu masih saja seperti itu, padahal dulu Intan dan Sandra cukup dekat sebagai teman. 

*** 

Langit sepertinya sedang tidak mendukung, awan hitam menyelimuti sore hari ini saat Sandra sedang menunggu bus di halte hujan deras itu turun membasahi tanah. 

Aroma tanah yang tercampur dengan air hujan, sungguh sangat nikmat. 

"Hujan kenapa setiap engkau turun, aku selalu ingin bersama mu." 

To be Continued ..... 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status