Share

Black Devil

Siapa yang tidak mengenal seorang Bintang Alexander seorang pria yang tidak akan pernah puas jika tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. 

Setiap hari Bintang habiskan hanya dengan menikmati setiap jenggal tubuh seorang wanita, uang yang diberikan oleh kedua orang tuanya dihabiskan hanya untuk kesenangan. 

Seperti saat ini Bintang sedang berada di salah satu club' malam yang terkenal di ibu kota, club' yang hanya bisa diakses oleh orang orang tertentu. 

"Welcome brother gue kira loe gak akan datang." 

Bintang hanya menatap orang tersebut, lalu duduk di sampingnya, belum ada satu menit Bintang di sana beberapa orang wanita berdatangan mendekati Bintang. 

"Hallo sayang," ucap wanita tersebut, sambil mengelus lengan Bintang. 

Bintang hanya diam, hari ini dia sedang tidak ingin bermain dengan para wanita murahan. Saat ini Bintang sedang kesal dengan perintah sang Papi, itulah membuat moodnya menjadi kacau seperti saat ini. 

"Wah, The King Black Devil datang. Tapi kenapa wajah loe murung begitu brother," ucap Elang. 

Elang segera duduk di meja, tempat Bintang saat ini laki laki itu memberi kode kepada kedua orang wanita yang saat ini ada di samping Bintang untuk menyingkir. 

"Ada apa Tang? Loe seperti sedang memikirkan sesuatu," ujar David. Kali ini pria itu yang berkomentar, sejak tadi ia hanya diam melihat kedua rekannya menyapa Bintang. 

"Iya loe ada masalah apa?" tanya Joe. Laki laki keturunan Jerman Indonesia itu hampir sama dengan Bintang selaku melakukan ONS dengan banyak wanita. 

"Papi minta gue urus semua perusahaan nya," jelas Bintang. Ketiga teman temannya syok mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Bintang. 

Elang dan Joe tertawa keras, hingga orang yang ada disekitar mereka melihat kearah meja mereka, karena surat tawa kedua pria itu sangat keras. 

"Om Tommy kerasukan apa sehingga meminta anaknya yang bejat ini memimpin sebuah perusahan." 

"Bener apa yang Elang bilang, gak ada angin gak ada hujan. Tumben bokap loe bilang seperti itu." 

"Gue aja gak tahu, makanya gue pusing. Kalian tahu gak kalau gue gak nurutin apa kata Papi. Semua akses gue, bakalan di cabut bisa mati gue kalau semuanya hilang," ucap Bintang menahan kesal di dadanya. 

Tadi dirinya di minta untuk pulang ke rumah, saat sampai di rumahnya sang Papi sudah menyuruhnya masuk ke dalam ruang kerja. Bintang tak pernah menyaka jika gerak gerik dirinya selama ini, ternyata di awasi oleh sang Papi. 

Papi Tommy, segera memberikan ultimatum kepada Bintang. Jika dirinya tidak mau meneruskan jabatan sang Ayah maka semuanya akan di cabut paksa. 

Ada sedikit adu argumen antara kedua laki laki itu, tapi semua usai ketika seorang wanita cantik masuk ke dalam ruangan tersebut, siapa lagi kalau bukan sang Mami. 

"Om Tommy minta loe untuk mengelola perusahaan nya pasti karena ada sesuatu hal Tang. Kalau gue boleh saran loe terima aja sudah cukup waktu loe buat main main waktunya loe untuk bikin kedua orang tua loe bahagia. Loe gak mikirin gimana perasaan Tante Sofi kalau tahu gimana bejatnya anak kesayangannya ini," ucap David. 

Elang, Joe, dan Bintang hanya diam. Dari keempat mereka hanya David yang memiki sikap lebih normal di bandingkan dengan yang lain. Terkadang pendapat David juga lebih didengarkan oleh salah satu diantara mereka.

"Gue setuju dengan apa yang di bilang sama David Tang," ucap Elang. 

"Gue juga," sahut Joe. 

Bintang masih terdiam, dia masih belum siap untuk diatur oleh sang Papi. 

"Gue cabut," ucap Bintang pergi dari tempat itu, ketiga sahabatnya itu hanya bisa melihat kepergian Bintang tanpa ada niat menahan, mereka tahu saat ini Bintang butuh waktu. 

"Gue yakin Om Tommy tahu kelakuan Bintang," gumam Elang. 

"Pasti tidak mungkin Om Tommy gak tahu, kalian berdua tahu kan gimana dulu Bintang yang kabur di pelajaran Pak Joko. Eh tiba tiba Om Tommy udah ada di sekolah. Koneksi Om Tommy itu dimana, bisa aja nih salah satu dari kita juga mata mata Om Tommy," ucap Joe sambil melirik kedua temannya itu. 

David dan Elang hanya memasang wajah datarnya, lalu Elang meninggalkan kedua sahabatnya itu sebagai pemilik club' Black Devil Elang dia juga tidak bisa hanya bersantai bersama temannya. 

Elang harus memantau bagaimana keadaan club' dan memeriksa berbagai laporan. David pun ikut beranjak sudah dapat dipastikan laki laki itu akan menuju salah satu kamar di club' itu. 

Bukan untuk berkenan dengan seorang wanita tapi dengan seorang laki laki. David seorang gay, walaupun laki laki itu menyimpang ketiga temannya tegap berteman dengan David. Bagi mereka sikap David seperti itu karena sebuah trauma dimasa lalu. 

"Eh kutu kalian berdua, ninggalin gue sendirian. Yang satu pacaran sama berkas, dan satu lagi pacaran sama om om. Astaga temen gue kenapa gini ya," gerutu Joe dengan kesal. 

*** 

Bintang saat ini sedang berada di Apartemen nya dengan rokok yang sudah entah berapa puluh ia habiskan. Pulang dari Black Devil tadi Bintang segera menuju Apartemennya. 

Biasanya laki-laki itu akan menghabiskan malam bersama dengan para wanita wanitanya tapi malam ini tidak. Bintang sangat jarang bahkan tidak pernah mengajak para wanitanya bermain di Apartemennya, jika bukan di club' milik Elang Bintang akan mengajak mereka pergi ke hotel. 

Drt drt drt 

Ponsel Bintang bergetar, tertera di sana nama sang Papi. Laki-laki itu hanya mampu, menghela napasnya panjang. Sikap kedua laki-laki itu sama, akan melakukan apa saja demi mencapai suatu tujuan. 

"Hallo." 

"Bagaimana kamu sudah punya keputusan?" tanya Papi Tommy. 

"Haruskah Papi menanyakan hal itu lagi." 

"Harus. Sebenarnya kamu hanya tinggal menjawab iya saja, tapi entah kenapa untuk menjawab hal semudah itu kamu harus seperti ini." 

"...." Bintang hanya diam. 

"Ingat Bintang, kalau kamu masih mau bersenang senang dengan para wanita kamu itu silakan. Tapi kamu harus mengambil ahli pimpinan perusahaan kita. Terus kalau kamu masih saja tidak mau mengurus perusahaan kita, Papi bisa pastikan tidak ada lagi wanita yang mau tidur dengan kamu. Bahkan bukan hanya itu, Mami pun akan tahu bagaimana tingkah laku anak kesayangan." 

Tut 

Setelah mengatakan hal itu, Papi Tommy segera menutup sambungan telpon tersebut. Bintang dengan emosi yang sudah dikepalainya membanting handphone yang ada di genggamannya itu. 

Bukan hanya benda yang berlogo Apple itu saja, tapi semua barang yang ada di dalam kamarnya semua hancur. Bintang tahu tidak akan mudah melawan sang Papi, dan Bintang juga tahu apa yang dikatakan oleh Papinya itu dapat dipastikan akan terwujud. 

"Brengsek, bajingan. Gue gak bisa diperlakukan seperti ini." 

***

Di lain tempat Papi Tommy tersenyum, sangat muda membuat sang anak bisa menuruti keinginannya. Bukan tanpa sebab laki-laki tua itu mengancam Bintang, dirinya hanya ingin anaknya itu berhenti bermain main. Umur Bintang sudah waktunya berumah tangga, tapi masih saja sibuk mencari kepuasan di tempat yang salah. 

"Papi hanya ingin yang terbaik untuk kamu Nak. Jalan yang Papi lakukan ini semua hanya demi kamu," gumamnya dalam hati. 

To Be Continue .... 

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Terima kasih. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status