Share

Pertengkaran Anak dan Ayah

Bintang saat ini sedang berada di Black Devil, pikirannya sedang tidak baik laki-laki itu melampiaskan semuanya ke minuman keras, selalu saja seperti itu. 

Drt drt drt 

Ponsel Bintang bergetar, di sana tertera nama sang Papi Bintang langsung meriject telpon tersebut, anak laki laki itu tidak mau mengangkat telpon tersebut, setiap kali Papinya menelpon dapat dipastikan Bintang akan selalu bertengkar. 

"Boss angkat dulu telponnya mungkin saja penting," ujar seorang bantender yang saat ini ada di dekat Bintang. Pria itu sudah jengah mendengar ponsel Bintang yang berbunyi sejak tadi. 

"Biarkan saja, aku malas mengangkatnya. Itu pasti si tua bangka itu. Dia selalu saja membuat aku menderita, selalu memaksakan kehendaknya," ujar Bintang.  Sang bantender itu hanya bisa diam, tetapi tangan mengetikan sesuatu di dalam handphone nya. 

"Maaf boss," gumamnya di dalam hati. Tak menunggu waktu lama, beberapa orang yang berpakaian hitam lengkap dengan kacamatanya, mendatangi Bintang yang sudah mulai mabuk. 

"Mari tuan muda, ikut kami. Tuan besar sudah menunggu sejak tadi di rumah," ujar salah satu orang tersebut. Bintang membuka matanya lalu melihat ke arah mereka semua. 

"Untuk apa tua bangka itu menghubungi kalian. Aku bukan anak kecil yang harus di jemput untuk pulang, pergi kalian dari sini. Aku tidak mau bertemu dengan boss kalian itu," ujar Bintang. 

"Maafkan kami tuan muda," ujar seseorang di belakang Bintang. Pria itu sudah memukul bagian pundak belakang sang tuan muda, hingga membuat Bintang jatuh pingsan dan mudah untuk dibawa pulang. 

Selama di perjalanan, seseorang sudah menghubungi mereka untuk membawa Bintang ke suatu tempat. 

*** 

Sesampainya di tempat tersebut, Bintang yang masih pingsan di letakkan di sebuah kursi. Di depannya sudah ada seorang pria dengan gagahnya duduk dengan mengangkat sebelah kakinya. 

"Lemparkan air itu, dia tidak akan bangun begitu saja," ujar orang tersebut. 

Orang yang di suruh pun, segera mengambil ember yang sudah berisikan air, lalu mengguyurkan air tersebut ke arah Bintang. 

"Apa apaan ini," ujar Bintang yang kaget dengan guyuran air di tubuhnya. 

"Bangun juga akhirnya kamu anak muda." 

"Papi!!" teriak Bintang, saat melihat sang ayah ada di depan matanya. 

"Tidak usah teriak segala anak muda. Kamu seperti melihat siapa saja," ucap sang Papi dengan santainya. Bintang memutar bola mata nya kesal, laki-laki itu tidak pernah suka dengan segela sesuatu yang dilakukan oleh sang Papi. 

"Untuk  apa Papi, membawa aku ke sini. Tidak ada cara yang lebih elite lagi Pi? Menculik anaknya sendiri," sindir Bintang. 

Sang Papi hanya tertawa, mendengar ucapan yang di lontarkan oleh sang anak. Kedua anak dan ayah ini, memang tak bisa di satukan selalu saja bertengkar. Terkadang Mami Bintang sampai pusing dibuat oleh keduanya. 

"Kamu nya itu, di telpon tidak di angkatm Ya dengan sangat terpaksa Papi meminta mereka membawa kamu kemari." 

"Ada apa Papi meminta aku datang ke sini," ujar Bintang to the point. Pria itu tidak suka bertele tele seperti yang biasa sang Papi lakukan. 

"Ha ha ha, kamu selalu saja seperti itu. Yang jelas kamu tahu kenapa Papi meminta kamu datang," jawab Papi Tommy. 

Bintang menghela napasnya panjang, sudah bisa di pastikan bahwa sang papi pasti akan membahas mengenai Perusahaan seperti biasanya. Bintang beranjak dari duduk, dan berjalan ke arah pintu. Namun, langkah kaki Bintang terhalang dengan para bodyguard yang sudah ada di depannya saat ini. 

"Minggir kalian semua." 

"Maafkan kami tuan muda, tapi anda tetao harus ada di sini," jawab seorang bodyguard tersebut. 

Bintang berdecak kesal, pria itu kembali menatap tajam ke arah sang ayah. 

"Oke Papi mau apa? Papi mau suruh aku ke Perusahaan itu kan yang Papi mau?" ucap Bintang kesal. 

"Kamu sudah tahu, maksud Papi kan untuk apa lagi Papi jelaskan. Papi mengajukan perintah, bukan pilihan. Jadi jika kamu ingin semua teman-teman kamu di Black Devil aman, maka turutin apa kata Papi." 

"Tunggu, dulu. Apa maksud Papi mengenai Black Devil." 

"Papi bukan bodoh Bintang. Kamu itu anak Papi, jadi Papi tahu apa yang kamu lakukan di sana. Jadi jika kamu ingin mereka aman, maka Papi harap kamu mau melakukannya." 

"Papi tidak bisa mengatur Bintang teris. Bintang sudah dewasa Papi, Bintang bukan anak kecil yang selalu Papi stir untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan kemauan Papi!!" teriak Bintang kepada pria paruh baya yang ada di depan saat ini. 

"Aku bukan kak Reyhan yang selalu Papi tentukan harus jadi apa. Hingga membuat dia meninggal dunia akibat stres, Papi harusnya sadar, kesalahan terbesar itu." 

Bintang mengeluarkan semua isi hatinya, ia tidak bisa diatur seperti kakaknya dulu, di depan mata Bintang sendiri sang Kakka merenggang nyawa akibat stres dengan semua tekanan yang di berikan oleh sang Papi. 

"Jaga ucapan kamu Bintang. Kamu tidak tahu, apa apa jadi kamu sebaiknya diam. Apa yang kamu lihat tidak semuanya benar," balas sang papi kepada Bintang. 

Pria paruh baya itu, tetap tenang menanggapi semua yang di lontarkan olehsang anak, Tommy tahu jika Bintang saat ini sedang kesal. Tetapi segala sesuatu yang Papi Tommy lakukan hanya demi keselamatan Bintang. 

"Aku tidak akan pernah mau masuk ke dalam Perusahaan itu sampai kapan pun. aku tidak akan pernah mau, terserah Papi mau melakukan apa pun aku tidak peduli." 

"Kamu yakin? Selangkah kamu pergi dari sini, maka tinggalkan semua barang barang yang saat ini kamu nikmati. Keluar dari Apartemen yang Papi berikan. Lalu kartu kamu juga akan Papi blokir. Semua akses yang selama ini kamu nikmati akan Papi ambil. Tidak akan ada lagi One Night Stand dengan berbegaai wanita panggilan kamu itu." 

Bintang menatap kearah sang Papi dengan mata merahnya, pria itu terlihat sangat kesal. 

"Kamu hanya tinggal menjalankan Perusahaan kita saja. Apapun yang Papi lakukan kepada kamu, suatu saat nanti akan kamu syukuri adanya. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya susah, dan apa yang terjadi kepada Reyhan, sepenuhnya bukan salah Papi." 

Bintang masih diam, di tempatnya menatao tajam kearah Papinya. Lalu setelah itu Bintang, pergi dari sana dengan arahan yang sudah memuncak. Bintang bukan orang yang suka di atur, apalagi sejak kejadian beberapa tahun lalu. 

"Shut!!! Sialan apa maunya si tua bangka itu." 

Bintang segera meraih kunci mobil dari salah satu supir sang Papi. Ia pergi dengan mengendari mobil tersebut dengan kekuatan kencang, Bintang seolah memiliki banyak nyawa dan tak takut kehilangan. 

"Pergi kemana dia?" tanya Papi Tommy. 

Pria paruh baya itu, melihat dari jendela apa yang sudah dilakukan oleh Bintang. 

"Orang yang biasa mengikuti tuan muda sudah ada di belakang tuan muda. Mobil yang di bawah tuan muda juga sudah di pasang cctv, jadi tuan besar bisa melihatnya dari layar handphone." 

Papi Tommy menganggukkan kepalanya, pria itu meraih handphone yang ada di saku baju. Sejak tadi handphone tersebut sudah berbunyi, senyum simpul terbit di bibir. 

Tertera nama sang istri di sana, dengan mengklik tombol hijau, Papi Tommy segera mengangkat telpon tersebut. 

(Hallo Mami sayang, ada apa) 

(....)

(Sebentat lagi Papi pulang) 

(....)

(Bintang akan pulang, kabar luar biasa. Baiklah Papi pulang sekarang) 

(...)

(Sampai ketemu di rumah Mami, siap sayang) 

Tut

Panggilan tersebut, di matikan senyum licik terbit di bibir Papi Tommy. 

"Kita lihat siapa yang akan menang, Papi atau kamu," ucapnya sembari beranjak dari tempat tersebut. 

###

Terima kasih sudah menunggu kisah ini, jangan lupa berikan review dan tambahkan ke rak kalian ya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status