Share

Hujan

Langit sepertinya sedang tidak mendukung, awan hitam menyelimuti sore hari ini saat Sandra sedang menunggu bus di halte hujan deras itu turun membasahi tanah. Aroma tanah yang tercampur dengan air hujan, sungguh sangat nikmat, dan hal itu sungguh di sukai oleh Sandra. 

"Hujan kenapa setiap engkau turun, aku selalu ingin bersama mu karena hanya kehadiran mu yang mampu membuatku merasa tenang." 

Sandra adalah orang yang sangat menyukai Hujan, pernah suatu ketika Sandra kecil menangis karena dipaksa pulang oleh sang Ibu. 

Saat itu hujan bahkan petir sangat keras terdengar, bukannya takut Sandra malah asyik bermain hujan di depan rumahnya.

"Bu Sandra rindu," gumamnya dalam hati. Gadis itu menangis dalam diamnya, setiap mengingat tentang Ibunya Sandra pasti akan berubah menjadi seseorang yang cengeng. 

Bus yang akan Sandra naiki akhirnya datang, gadis itu segera masuk ke dalam Bus. Udara dingin di dalam sana membuat Sandra mengeratkan pakaiannya, untunglah malam ini tidak terlalu macet sehingga Sandra bisa dengan cepat pulang ke rumah. 

Setelah sampai di halte pemberhentian, Sandra segera berjalan menuju gang sempit dimana dirinya tinggal. 

"Baru pulang Neng?" tegur salah satu tukang ojek tersebut. Sandra tidak takut lewat di tempat gelap karena meski di saan sepi orang-orang di sana tidak akan saling menyakiti penduduk asli. 

"Iya kang, tadi hujan jadi tunggu berhenti dulu," jawab Sandra. Gadis itu tak pernah luntur tersenyum, itu jugalah yang membuat orang-orang di sana suka dengan kepribadian yang di miliki oleh Sandra. 

"Hati-hati Neng, atau mau di antar?" tawarnya. 

"Tidak usah kang, sudah biasa juga. Mari saya duluan," pamit Sandra. 

"Andai belum punya bini, gue nikahi dia Asep." 

"Mana mau Neng Sandra sama kamu Ujang, Neng Sandra cantik lah kamu Ya Allah Gusti," ledek Asep. Ujang hanya menatap temannya itu dengan kesal. 

Sepanjang jalan, menuju rumahnya Sandra selalu bersenandung baginya hal itu bisa membuat pikiran rileks. 

"Lihat jam berapa ini baru pulang, emang dasarnya perempuan gak bener." 

Sandra hanya bisa diam mendengarkan sindiran demi sindiran yang di berikan oleh para tetangga sekitar rumahnya. Mereka selalu memandang buruk kepada dirinya, terlebih lagi dengan mendiang sang Ibu. Banyak sekali tunduhan demi tunduhan yang diberikan, tapi Sandra selalu ingat pesan sang Nenek untuk tidak mendengarkan ucapan buruk dari mereka. 

***

Sandra segera masuk ke dalam rumahnya, ia membuka pintu tersebut dirinya selalu saja membawa kunci cadangan karena sang Nenek yang hanya bisa terbaring di tempat tidur tidak bisa kemana-mana, Sandra akan menitipkan kunci rumah ke Ibu Dewy tetangga sebelah agar bisa mengecek keadaan sang Nenek. 

"Assalamualaikum," ucapnya saat masuk kedalam rumah. Sebelum melihat keadaan Neneknya Sandra pergi ke kamar mandi dulu, ia akan membersihkan dirinya. Sandra tidak mau membawa penyakit untuk Neneknya itu. 

Mungkin setiap orang akan menghabiskan banyak waktu di dalam kamar mandi, tapi tidak untuk Sandra baginya waktu itu sungguh sangat berharga, gadis itu hanya menghabiskan waktu 10 menit untuk membersihkan dirinya. 

Setelah itu, Sandra segera masuk ke dalam kamar sang Nenek. Rumah ini hanya memiliki 1 kamar dan itu hanya ditempati oleh Neneknya, Sandra lebih banyak tidur di depan rumah teve. 

"Assalamualaikum Nenek," sapa Sandra. Sang Nenek yang belum tidur pun melirik kearah cucu kesayangan itu dan tersenyum. 

"Sudah pulang?" tanya Nenek Sri bangkit dari tempat tidur. 

"Nenek istirahat aja, gak usah duduk. Nenek kan masih sakit," jawab Sandra. 

Nenek Sri menurut saja, karena memang kondisi wanita tua itu semakin menurun akibat sakit ginjal yang dia derita. 

"Bagaimana kerjaan kamu hari ini Sayang?" tanya Nenek Sri. 

"Lancar Nek, Alhamdulillah semua berkat doa Nenek untuk aku." 

Tangan Nenek Sri menyentuh pipi Sandra ia usap pipi tersebut dengan tulus, hingga air matanya mengalir. Mengingat bagaimana sulitnya Sandra berjuang sendirian dari remaja hingga saat ini, ditambah harus mengurus dirinya yang sakit-sakitan.

"Maafkan Nenek yang sudah banyak merepotkan kamu Sayang," ucapnya dengan derai air mata yang mengalir. Sandra segera menghapus air mata di pipi sang Nenek. Lalu ia peluk Neneknya itu, wanita tua didepannya saat ini adalah keluarganya satu-satunya yang Sandra miliki. 

"Sudah kewajiban Sandra, dulu Ibu yang merawat Nenek. Dan saat ini tugas Ibu sudab dipindahkan kepada Sandra, jadi Nenek tidak perlu meminta maaf." 

Keduanya masih saling berpelukan, hal ini akan selalu Sandra lakukan setiap harinya. Sang Nenek juga bertanya bagaimana kegiatan Sandra di tempat kerjanya, hingga perut Sandra protes ingin diisi. 

"Sandra makan dulu ya Nek? Nenek sudah makan kan." 

"Sudah Sayang tadi Dewy sudah datang membawakan makanan buat Nenek. Itu sepertinya tadi Dewy juga meletakkan makanan di meja," ucap Sang Nenek. 

Sandra menganggukkan kepalanya, lalu beranjak dari sana tetapi sebelum itu Sandra mencium dahi sang Nenek dan menarik selimut agar Neneknya itu bisa tidur dengan nyenyak. 

***

Di dapur Sandra mulai memasak sesuatu untuk makan malamnya, tapi sebelum itu dirinya melihat makanan apa yang ada di atas meja makan. 

"Hem, Bu Siska sepertinya masak orek tempe," gumam Sandra. 

Sandra pun mengambil orek tempe dan nasi dan mulai memakan nya sambil melihat kearah jendela hujan masih saja turun dengan derasnya. Tak membutuhkan waktu lama, Sandra pun selesai makan malam gadis itu segera mencuci piring. 

Sandra tak langsung beristirahat, dirinya pergi mengambil beberapa pakaian kotor lalu mulai mencuci di bagian belakang rumahnya. Karena jika pagi hari tidak akan keburu, di tambah dirinya harus memandikan sang Nenek lebih dulu sebelum pergi bekerja. 

"Assalamualaikum," sapa seseorang. 

Sandra yang saat ini sedang merendam pakaian segera meninggalkan pekerjaannya lalu, beranjak dari sana dan membukakan pintu rumahnya. 

"Waalaikumsalam, eh Ibu masuk Bu," ajak Sandra saat melihat Ibu Siska datang ke rumah mereka.

"Ada apa Ibu datang ke mari malam-malam seperti ini?" tanya Sandra. 

"Tadi Ibu sudah menunggu kamu, cuma jamunya belum pulang ya sudah ibu pulang saja." 

"Iya Bu, tadi hujan jadi Sandra pulangi sedikit terlambat. Ada apa ya Bu?" tanya Sandra kembali. 

"Ibu cuma mau bilang, tadi penyakit Nenek kambuh mau Ibu bawa berobat Nenek kamu tidak mau. Kata Bu bidan yang Ibu suruh datang ke sini, harus segera di bawa ke rumah sakit takutnya nanti semakin parah." 

Sandra terdiam ia juga berpikiran seperti itu, melihat bagaimana kondisi sang Nenek yang sangat tidak memungkinkan untuk di rawat di rumah. Tapi saat ini uang tabungan Sandra masih sangat kurang untuk membawa sang Nenek berobat yang lebih baik lagi. 

"Kamu jangan pikirkan biaya, nanti kita urus bantuan dari pemerintah. Pokoknya kita aja Nenek ke rumah sakit dulu," ucap Ibu Siska lagi, Sandra masih saja diam dia tahu pemerintah memiliki program seperti itu. Tetapi sebelumnya Sandra sudah mengurus, dan hasilnya nihil tak ada gunanya. 

"Nanti Sandra akan bawa Nenek ke rumah sakit Bu." 

Lalu setelah Ibu Siska pergi, Sandra berdiam diri di tempat duduknya memikirkan bagaimana caranya untuk membawa sang Nenek ke rumah sakit. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status