Share

Bab 4

Senyum di wajah Ethan berubah seketika menjadi datar. Ia mengingat bagaimana ekspresi wajah Brylea saat melihatnya pertama kali saat keduanya bertemu tadi. Sungguh ekspresi yang tak berubah hanya wajah gadis itu saja yang tampak semakin dewasa di mata Ethan. Ethan menarik nafas dalam. Seharusnya ia tak perlu memikirkannya lebih lama, hanya saja hal itu begitu lucu dan cukup untuk menjadi hiburan baginya di saat-saat seperti ini. Ia sedang banyak urusan dan hal ini membuat syaraf-syaraf di otaknya tidak tegang lain.

“Lucu sekali,” ucap Ethan singkat sambil kembali tersenyum tipis dan meminum minumannya lagi.

Pikirannya terbayang lagi, mengingat saat ia tak sengaja melihat Brylea kemarin. Ya! Ethan baru saja tiba di Indonesia kemarin dan langsung menuju ke rumah yang baru saja selesai dibangun ini. Tentu bukan Ethan yang merancang rumah ini, tak ada sedikitpun campur tangannya dalam pengurusan rumah ini, bahkan pemilihan lokasi pun tidak.

Tentu saja Ethan tercengang, nyaris tak percaya jika ia bertetangga dengan musuhnya ketika di SMA. Ethan yang kemarin masih berada di mobil secara tak sengaja melihat seorang gadis yang baru saja keluar dari mobilnya, berhenti di depan pagar rumah untuk membuka pagar rumah tersebut. Butuh waktu beberapa menit bagi Ethan untuk menyadari jika gadis itu adalah Brylea. Kedua mata Ethan bahkan nyaris tak berkedip saat mengikuti arah kemana Brylea berjalan.

Untuk memastikan hal itu, Ethan sengaja menyempatkan diri untuk acara reuni kecil-kecilan itu dengan menghubungi salah satu dari antara yang hadir. Entah suatu kebetulan atau bagaimana hal itu bisa tiba-tiba saja terjadi, seakan memberi jalan bagi Ethan untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Ethan semakin tersenyum puas saat mengetahui jika dugaannya benar. Hal itu menandakan jika ia tak akan bosan untuk tinggal beberapa bulan ke depan di Indonesia. Sebelumnya Ethan sempat protes agar tidak kembali tinggal di Indonesia mengingat kerjaannya di luar negeri terutama di Los Angeles sangatlah banyak dan itu bukan hanya urusan yang berkaitan dengan perusahaan Sky Corp saja. Ethan tidak memiliki alasan yang kuat untuk membantah ayahnya agar tak menugaskan ia ke tempat ini makanya ia tak memiliki pilihan lain.

Tunggu dulu, beberapa waktu lalu, ia cukup pusing karena hal ini dan tadi, saat ia bertemu dengan Brylea, pikirannya sempat teralihkan. Apalagi Ethan diam-diam membuntuti mobil Brylea karena memang jalan rumah mereka berada di arah yang sama.

“Okay, this moment will be fun!” seru Ethan sedikit kencang saat minumannya telah tandas ia minum.

***

Brylea sudah selesai membersihkan dirinya. Ia tengah duduk di tepian kasurnya yang empuk dan sudah selesai dengan atribut skin care malam yang memang biasa ia gunakan. Ia sudah berusaha untuk tidak memikirkan Ethan terlebih dahulu sejak tadi ia masuk ke dalam rumah karena hal itu sungguh mengganggu. Namun sekarang semua aktivitas bersih-bersihnya telah usai dengan tiada satupun yang tersisa sehingga dapat dipastikan jika ia hanya perlu rebahan saja.

“Ah! Lega rasanya!” seru Brylea yang merasa sangat lega setelah menyentuhkan tubuhnya ke atas kasur.

Brylea bahkan sengaja tak mengecek ponselnya. Ia tahu bahwa di ponsel tersebut akan banyak sekali notifikasi yang bahkan memunculkan nama Ethan lagi. Hm, ralat! Bukan hanya memunculkan tapi pria itu pasti ikut muncul di sana karena tadi Chelsea sudah membentuk grup di W******p khusus untuk mengirim foto-foto mereka semalam reuni kecil-kecilan tadi berlangsung. Brylea bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya sendiri sebelum membuka hasil foto-foto itu. Bagaimana tidak? Ia duduk di samping Ethan dan berfoto di samping pria itu dan lebih mengesalkan lagi, Ethan selalu tersenyum tanpa beban. Sungguh tidak punya etika!

“Kesal banget gue ngingat muka tu orang terus! Bisa gak sih gak usah muncul di otak gue?!” ucap Brylea sedikit berteriak.

Dengan wajah setengah bersungut, Brylea membuka ponselnya. Ia membutuhkan niat yang kuat untuk membuka ponsel tersebut, jika tidak karena memikirkan ada beberapa hal yang pasti penting di sana, mungkin ia tidak akan membuka ponsel tersebut sampai besok pagi atau siang.

“Awas aja kalau ada hal yang bikin gue makin kesal!” ucapnya lagi sambil berharap jika tak ada hal yang menambah kekesalannya setelah membuka ponsel.

Brylea menyipitkan matanya saat tak sengaja membuka grup W******p yang berisikan foto-foto reuni beberapa tadi. Ada satu foto yang menarik perhatiannya. Foto yang menunjukkan dirinya yang sedang melipatkan kedua tangan di depan dada dengan wajah yang sudah tak bisa dikendalikan, tampak begitu emosi. Yang lebih menyebalkannya lagi, di foto itu Ethan terlihat menyebalkan. Pria itu menyunggingkan senyuman sok tampan dengan mata yang melihat ke arah Brylea.

“Hih dasar sok ganteng banget ni orang!” seru Brylea semakin kesal.

Nafas Brylea kembali tak teratur, sedikit banyak ia menyesal telah membuka ponselnya itu. Ia menutup kembali ponselnya dan menyimpannya di atas nakas. Ada baiknya jika ia tertidur saja. Ya! Setidaknya mencoba untuk tidur di tengah pikirannya yang terkontaminasi oleh wajah Ethan itu.

Brylea menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya yang empuk. Ia sudah mematikan lampu kamar dan menggantikan penerangan dengan lampu tidur yang hanya memberikan sedikit pancaran cahaya di dalam kamarnya.

Gadis cantik itu memejamkan kedua matanya dan menarik selimutnya yang sedikit membuatnya gerah tetapi tetap ia pakai. Tubuhnya terasa sedikit lelah sehingga ketika punggungnya menyentuh kasur, rasanya begitu enak dan sangat dirindukan.

Ting!

Belum sampai satu menit, ponselnya kembali mengeluarkan suara yang menandakan adanya pesan masuk. Kening Brylea mengerut karena keheranan melihat nama sang papa tertera di sana dengan sebuah pesan masuk. 

Dengan lincah, jemari Brylea membuka pesan tersebut lalu segera membacanya untuk mengetahui apa yang membuat sang papa mengirimkan pesan di jam-jam yang tidak biasa seperti sekarang.

Papa

Sudah tidur?

Begitu isi pesan sang papa. Singkat, padat dan jelas namun misterius bagi Brylea karena merasa ada sebuah kejanggalan karena jam pengiriman pesan yang tidak biasa. Apakah memang karena ada hal penting yang ingin papanya bahas?

Brylea memang tinggal sendiri di rumahnya yang megah ini sedangkan sang papa dan mama sedang berada di Singapura untuk menetap di sana karena urusan pekerjaan yang harus mereka laksanakan. Itu pula yang menjadi alasan bagi Brylea untuk tidak melanjutkan pendidikannya lagi ke jenjang yang lebih tinggi karena sang papa ingin agar Brylea memimpin perusahaan yang ada di Indonesia.

Tanpa perlu menunggu lama, Brylea membalas pesan singkat dari sang papa lalu menunggu balasan lagi atas pesan yang baru saja ia kirimkan pada papanya.

Drrttt drrttt drrttt

Bukannya sebuah balasan pesan, Brylea justru mendapatkan sebuah panggilan dari papanya yang langsung pula ia angkat untuk menghubungkan panggilannya dengan sang papa.

"Halo," sapa Brylea dengan nada yang biasa. Gadis cantik itu mulai mencari posisi yang pas agar tubuhnya terasa lebih nyaman, takut jika pembicaraan dengan sang papa akan berlangsung lama juga. Jika boleh jujur, jantungnya sedikit berdebar menantikan apa yang ingin dibicarakan oleh papanya. Ia menajamkan telinga agar tak melewatkan satu kata pun yang nantinya akan diucapkan oleh sang papa.

Lalu apa yang kira-kira ingin disampaikan oleh papa Brylea di jam-jam yang tidak biasa seperti ini? Apalagi papanya tidak biasa menelpon di jam tersebut. Apakah terjadi sesuatu yang sangat penting?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status