Share

My Favorit Servant
My Favorit Servant
Penulis: Ainin

Bab 1. Terucapnya Sebuah Sumpah!

Alrix membuka pintu mobil di depan pintu utama, sebelum akhirnya sebelah kaki jenjang dibalut sepatu hitam mengkilat keluar dari sana. Para pelayan yang menyambutnya menunduk, begitupun dengan salah seorang pelayan baru yang sudah baru tiba tadi siang dan langsung di make-over oleh para pelayan senior, membuatnya menjadi lebih rapi, cantik dan elegan dengan perpaduan pakaian khas pelayan dengan rok span selutut. Rambutnya di ikat satu, dengan surai yang dibiarkan jatuh di sisi kanan wajahnya. 

Deondra, nama Tuan Muda rumah utama itu. Tatapan angkuhnya menelisik para pelayan, menatap kelima orang wanita yang tengah berbaris rapi di depannya. Jadwal penyambutan yang bergantian, sehari sekali hanya lima orang pelayan yang menyambutnya pulang, empat belas lagi akan diurutkan besok. Kecuali, kepala pelayan. Dia perlu setiap hari menyambut kepulangan Deondra. 

Melangkah pongah Deondra melewati para pelayan yang menyambutnya, semakin menundukkan kepala mereka dalam. Masing-masing menahan napas saat aroma maskulin dari parfum Tuan Mudanya yang tertinggal, merasa tak pantas bahkan hanya untuk menghirupnya. 

Diikuti oleh Alrix, Deondra memasuki kamarnya dan langsung melepas dasi. Deondra membuka jas hitamnya, lalu menyampirkannya di lengan sofa, tempat dia mendudukkan tubuh letihnya di sana. 

"Siapa pelayan baru itu, Alrix?" Deondra bertanya, hal yang selalu dia lakukan jika ada pelayan baru. 

"Namanya Arinda Arsymita, Tuan. Dia seorang gadis dua puluh dua tahun dan masih kuliah semester lima di Universitas Negeri Kota." Alrix berkata, menyodorkan photo Arinda dan juga berkas tanda tangan perjanjian kerja. 

Deondra menatap photo wanita muda yang di sebut sekretarisnya. Gadis dengan wajah ceria dan memakai pakaian santai itu membuatnya sedikit tertegun. Entah hatinya sedang mengartikan apa, hanya saja tatapannya seakan tertarik pada wajah dan juga senyuman lebar Arinda. Setelah sekian lama dirinya yang tak ingin menyukai wajah wanita manapun. 

"Dia jauh dari kata cantik dan dia seorang pelayan. Berapa usianya tadi?"

Alrix tersenyum mendengar ucapan Tuan Mudanya yang terkenal angkuh namun kadang suka menjatuhkan kepercayaan diri orang lain itu. 

Menunduk sopan, Alrix berkata. 

"Dua puluh dua tahun, Tuan Muda. Mulai saat ini Arinda adalah pelayan wanita paling muda di rumah utama." 

Deondra diam, masih menatap selebaran photo yang ada di tangan kanannya itu dengan wajah angkuh. Wajar, orang kaya pasti akan berwajah seperti itu. 

"Dua puluh dua tahun? Kenapa harus sama dengan usia wanita gila itu?"

Deondra berdesis kesal sambil melemparkan photo Arinda ke lantai, teringat tentang seseorang. Di sandarkannya tubuh di sofa, memejamkan matanya demi mengusir bayangan masa lalu. 

***

"Nikahin aku, Deon. Mau sampai kapan kita menjalin hubungan tanpa ikatan janji suci?" 

Seorang wanita berseru kencang, membuat Deondra menatapnya sambil tersenyum. 

"Tunggulah diwaktu yang tepat, Anne. Aku akan segera menikahimu," ujar Deondra lembut. 

Anne menatapnya kesal, ucapan itu sudah cukup sering di dengarnya. "Kapan? Aku sudah muak mendengarnya, Deon! Kau tidak pernah menepati janjimu! Apa karena banyak wanita yang mengejar dan mendambakanmu makanya kamu selalu menunda-nunda rencana lamaranmu? Tidakkah kamu tahu, bagaimana perasaanku?"

Anne meraung, rasa cemburunya amat kuat. Dia tak suka melihat Deondra yang merupakan kekasih resminya di kejar-kejar oleh para wanita. Hatinya sakit, takut jika Deondra berkhianat dan itu bisa membuat hubungan mereka merenggang. 

"Percayalah, Sayang. Aku hanya perlu selangkah lagi untuk menemui orang tuamu. Bukankah mereka menginginkan seorang menantu yang sempurna? Ayahku sudah menjanjikan untuk memberikan  separuh sahamnya untukku jika aku berhasil membuat anak perusahaannya berkembang. Sabarlah, aku tengah berusaha untuk menjadi lebih baik agar kelak kamu bahagia denganku!"

Anne yang sudah kalap dengan perasaan cemburunya, tak mau menjawab. Dia meraih tas di atas kursi taman dan berlalu dari sana. 

"Anne ...."

Deondra mencekal tangan kekasihnya lembut, membuat Anne berhenti melangkah tapi tak berniat membalikkan tubuhnya. 

"Tunggulah sampai aku bisa membanggakan sesuatu pada kedua orang tuamu, Anne. Kamu jangan marah padaku, aku mencintaimu ...." Deondra berkata penuh harap. 

Tapi Anne sudah kesal penuh padanya. Dua tahun pacaran, dia selalu di beri harapan tanpa kepastian. Dia tahu Deondra mencintainya, tapi itu tak cukup untuk membuat ayahnya percaya. Apalagi setiap hari Anne harus menahan cemburunya saat melihat tatapan penuh damba di mata para wanita yang ada di penjuru kota. 

"Aku mau pulang, lepaskan tanganku!" Disentaknya cekalan Deondra hingga terlepas, lalu berjalan pergi. 

"Anne, jangan seperti ini ...." Deondra tak mendapat respon, hanya punggung Anne yang semakin jauh meninggalkannya. 

Setelah kejadian itu, Deondra mulai mendapatkan beberapa masalah. Orang tuanya yang berniat liburan dengan sang kekasih tiba-tiba di kabarkan kecelakaan, membuat seluruh dunianya bergetar. Deondra amat sangat menyayangi orang tuanya, bahkan tak orang lain tak bisa menafsirkan seberapa besar kasih sayang Deondra pada ayah dan ibunya. Hingga pada saat keduanya koma, itu adakan hal yang paling mengejutkan dan membuat Deondra kehilangan semangat. 

Tak peduli pada apapun, Deondra fokus pada keadaan dua orang yang paling berjasa dalam hidupnya itu. Bahkan perusahaan kedua orang tuanya dibiarkan Deondra di pegang oleh Anne, yang entah mengapa baik-baik saja padahal berada dalam satu mobil yang kecelakaan. Deondra tak sempat memikirkan itu, dia lebih banyak menghabiskan waktu dan pikirannya pada kesembuhan kedua orang tuanya. Hingga Alrix yang berada di luar negeri saat itu langsung pulang, berusaha membantu untuk meng-handle perusahaan. 

Di sanalah musibah kedua terbuka. Anne terbukti berkhianat, dia sengaja merencanakan kecelakaan dan berniat mengambil alih semua perusahaan. Anne tahu, Deondra tidak akan mempedulikan perusahaan jika kedua orang tuanya sedang tidak baik-baik saja. Mengambil kesempatan itu, Anne mulai mengubah surat kuasa. Tindakannya terhenti dan ketahuan saat kedatangan Alrix, asisten pribadi Deondra. Dia memergoki Anne yang langsung melarikan diri akibat ketahuan dan tahu sedang dalam pengejaran Alrix. Rasa kecewa dan sakit hatinya semakin membesar, membuatnya berniat untuk membuat Deondra menderita sebelum dia menjalani kehidupan yang menunggu dia selanjutnya. 

Saat Deondra tertidur di samping ranjang kedua orang tuanya. Anne menjalankan tugas, dia melepas alat pernapasan dan memasukkan cairan penghenti detak jantung ke dalam botol infus. Niat jahatnya berhasil, tak lama setelah itu kedua orang tua kekasihnya langsung meregang nyawa. Dan saat itu juga dia di buru pihak kepolisian dan berhasil tertangkap. Namun, sebelum di jebloskan dalam penjara Anne berhasil lolos. Dengan sisa tenaga dan rasa ketakutannya, Anne berlari sejauh mungkin dan menghilang dari kehidupan Deondra. Saat itu, Deondra tak mempedulikannya karena masih berkabung. Dan dari sana juga, temperamen dan diri Deondra berubah menjadi seseorang yang tak di kenali, bahkan oleh orang terdekatnya. 

"Aku bersumpah takkan pernah lagi jatuh cinta, dan mulai detik ini aku membenci semua wanita!" 

Di saksikan Alrix para pelayar dan juga kedua temanya, Deondra berucap dingin di bawah langit mendung pemakaman orang tuanya. Wajahnya mulai berubah angkuh, bola matanya memercikkan sorot kebencian dan luka yang mendalam. Diremasnya gundukan tanah merah pemakaman, pupil matanya yang mulai memerah kini sudah mengeluarkan air mata. 


"Aku benci wanita seumur hidupku. Dan kalian semua adalah saksi dari ucapanku!"

Langit seketika menggelegar, rintik hujan mulai turun ke tanah, seakan turut menjadi saksi atas sumpah dan kesedihan pria malang ini. 

***

"Usianya membuatku kesal. Apakah kamu pernah memikirkan tentang ini sebelumnya, Alrix?" sentaknya kesal, emosinya mulai meluap hanya karena sebetik kesalahan. 

Alrix menundukkan kepalanya. "Maafkan  saya, Tuan Muda. Saya akan memecatnya!"

"Untuk apa lagi? Perbuatanmu itu tak bisa membuat rasa kesalku hilang!" 

"Lalu apa yang anda ingin saya lakukan, Tuan?" 

Akhirnya bertanya, hal yang bisa dia lakukan jika sudah tak bisa menenangkan pikiran dan emosi Deondra. 

"Biarkan saja dia." Alrix tersentak, menatap kearah Tuannya yang tengah tersenyum sinis. "Dia akan menjadi mainan yang bagus untukku. Karena menurut pandanganku, wajahnya cukup menarik juga."

Mata Alrix membesar mendengar ucapan Deondra. Apakah dia tak salah mendengar? Tadi, Tuan Mudanya itu memuji seorang pelayan? 

Pikiran Alrix tiba-tiba berlarian, mengingat bagaimana wanita itu melamar pekerjaan padanya, menatap Deondra yang tengah memandangi photo Arinda yang tergeletak mengenaskan di atas lantai. 

Bersambung! 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status