Share

Bab 6

Author: Nurja
last update Last Updated: 2021-05-02 12:50:29

"Tante ngapain sih, narik-narik tangan aku segala?!" cebikku pada wanita berambut ikal ini. Ya, dia Tante Sarah. Ibu tiriku. Yang tiba-tiba muncul bak jalangkung. 

"Ssstt! Diam kamu. Semua ini gara-gara kamu, ya. Lihat tuh si Satya nggak jadi nikah sama Mira. Semua salah kamu!" ketus Tante Sarah, dengan mata melotot hendak melompat dari pelupuknya. 

"Tante kok nyalahin aku sih! Semua karena ketidak sengajaan ya," balasku tak kalah sengit. Memang aku dengan Tante Sarah tak pernah akur. Dia selalu menindasku, jika cerita di bawang merah bawang putih si Ibu tiri jahat. Itu memang benar. Sama seperti wanita ini. Untung saja, dia menikah dengan Papa aku sudah besar. Coba kalo masih piyik, bisa-bisa dijadikan lalapan aku sama nih orang. 

"Apa? Kamu bilang nggak sengaja? Heh Rindu semua karena tingkah kamu yang tengil dan urakan ya, dasar anak tidak punya akhlak kamu." ucap Mak Lampir ini panjang lebar. Dengan mulut pletat-pletot kayak dukun baca mantra. 

"Terserah Tante, deh, mau ngomong apa. Percuma juga aku ngejelasinnya. Tante nggak bakalan paham. IQ Tante 'kan Nol." aku tersenyum devils mengejek wanita bergincu tebal ini. 

"Kamu nggak ada sopan-sopannya ya, bicara sama orang tua. Rasain tuh, motor kamu udah Tante jual. Lumayan buat beli tas baru." terang Tante Sarah seraya membolak-balikan telapak tangannya. Tentu tertawa puas. 

"Apa?  Tante jual motorku? Udah mulai lancang ya, sekarang. Awas aja, aku bakal aduin ke Papa." sialan! beraninya dia jual motor kesayanganku. 

"Ngadu aja sana sama Papa kamu. Dia udah setuju kok, bahkan dia juga yang nyuruh. Biar kamu nggak ikut balap liar lagi." tambahnya semakin tersenyum puas. 

Aku menghunuskan nafas berat. Harus bagaimana membalas wanita rese ini. Pasti dia yang sudah meracuni Papa, agar mau menjual motor itu. 

"Oh, oke. Jangan salahkan aku ya, kalo Pak Satya akan jadi milikku. Tadinya sih ... aku pengen pisah sama dia. Tapi, setelah malam pertama kami. Aku jadi semakin ada rasa sama dia." aku berlalu melewati Tante Sarah. Dengan senyum manis yang membuatnya mengerutkan dahi. 

"Heh! Denger ya, jangan macam-macam sama Satya. Tante yakin, Satya nggak akan mau menyentuhmu. Dia cuma cinta sama Mira." Tante Sarah menarik pergelangan tanganku. Kini kami saling menatap sengit. 

"Hahah ... Tante, Tante, dia itu lelaki normal ya, siapa yang tahan kalo setiap hari kami berduaan dalam satu kamar." gemelitik tawa kembali aku suguhkan pada Tante Sarah. Aku yakin hatinya tengah memanas saat ini. Kena kamu Mak Lampir!

"Dasar wanita tak punya hati. Adik macam apa kamu, yang tega bahagia di atas derita kakaknya." cetusnya membuat bibirku diam. 

"Kalian lagi ngomongin apa sih?" pertanyaan itu membuatku dan Tante Sarah sama-sama terhenyak kaget. Ternyata Papa yang datang. 

"Papa baru pulang ya? Rindu kangen." aku menghambur memeluk lelaki berkemeja maroon ini. 

"Rindu, kapan datang? Sama siapa?" tanyanya menunduk memandangku. 

"Sama suami Rindu dong Pa." kataku. Ekor mataku melirik Tante Sarah. Ia bergeming tak jelas. 

"Oh, kemana dia?" 

"Em, dia ... lagi di taman Pa," kulepas pelukanku pada Papa. Dan mengajaknya duduk di ruang tamu. Papa menurut. Dan Mak Lampir pun ngikut. 

"Pa, wanita ini sudah jual motor Rindu." aduku pada Papa.

"Iya, Rindu. Papa yang suruh biar kamu nggak ikut balapan liar lagi." jelas Papa tanpa sesal. Sedangkan Mak Lampir menjulurkan lidahnya mengejekku. 

"Papa kok tega sih?" alisku bertaut. Heran dengan Papa yang sekarang. 

"Biar kamu bisa berubah, Rin. Sekarang kamu sudah menikah. Dan ... Papa sudah memblokir semua kartu debit kamu. Mulai sekarang, Papa akan jatah kamu satu juta untuk satu bulan." sungguh, semua ucapan Papa membuatku menelan ludah. Getir. 

"Uang satu juta buat satu bulan untuk apa, Pa? Buat beli diamon di game o****e aja kurang." protesku. Tentu aku tak terima dengan keputusan Papa. Enak saja main pelit sama anak sendiri.

"Terserah kamu, Rin. Keputusan Papa tidak bisa diganggu gugat. Jika uang kamu kurang, kamu bisa minta suami kamu. Atau, kamu bisa kerja sambil kuliah 'kan?" kembali Papa berbicara. Ia merogoh sesuatu dari saku celananya. Lalu mengambil sepuluh lembar uang berwarna merah dari dalam dompet bermerk levi's itu.

"Rin ...." panggil Pak Satya sembari berjalan ke arah kami. Aku memincingkan mata. Nampak Kak Mira juga tengah melangkah ke sini. 

"Iya, Mas. Kamu udah selesai ngobrolnya?" tanyaku pada Pak Satya selembut mungkin. Dan menyambutnya untuk duduk di sampingku. Tentu Tante  Sarah melihatnya tak suka. 'rasain lo Mak Lampir. Emang enak gue kerjain.' batinku tertawa. 

Pak Satya berekspresi entah. Mungkin dia kaget. Karena aku bertanya hal itu padanya. Tak lama, Kak Mira pun ikut duduk bersama kami. 

"Rindu, kamu nggak nginep sini?" tanya Kak Mira, ia melempar pandangan ke arahku. Matanya terlihat sembab. Raut wajahnya jelas terlihat sendu. 

"Nggak, Kak. Kapan-kapan aja Rindu nginep." sahutku. Sungguh, tak tega aku melihat Kak Mira seperti ini. Ia terluka. Aku harus apa Tuhan? Mana tega aku membiarkan dia menelan pil pahit takdir yang semua jelas karena ulahku. Pak Satya dan  Kak Mira saling mencintai. Aku hanya sekat penghalang bagi keduanya. 

"Oh ...." balas Kak Mira ber oh ria. Ia kembali menunduk. Dan Pak Satya, tak bisa berhenti memandang ke arah Kak Mira terus-terusan. 

Kurasa semua sudah jelas. Papa tidak akan merubah keputusannya. Dengan berat hati, aku harus menerima semuannya. Tanpa motor, tanpa kartu debit, ATM, dan fasilitas lainnya. Nyesek sekali.

"Ya, udah, Pa. Rindu mau pulang. Percuma di sini. Papa nggak akan berubah pikiran 'kan." ucapku seraya bangkit dari sofa. 

"Nih, uangnya bawa." Papa mengangsurkan lembaran uang itu padaku. Tentu aku menerimannya. Ini uang guys, mana mungkin kutolak. Lumayanlah bisa buat jajan. "Rindu pamit, Pa. Ayo Mas, kita pulang."  kutarik tangan Pak Satya. Dengan berat ia beranjak dari tempat duduknya.

"Hati-hati, Nak. Semoga kamu cepat insyaf ya," pekik Tante Sarah. Sialan, dia mendoakan atau mengejek sih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
yah gimana ya namanya juga terlanjur...tante nya juga gitu amat dah btw thor ada sosmed ga?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My First Night   Bab 16 Bukan Salahku

    Malam Pertama Dengan DosenPart 16"Mira!" Sekarang ganti Pak Satya yang berteriak hingga telinga ini berdengung.Gegas kami berdua berlari menghampiri Kak Mira yang tengah terkulai dengan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya. Lebih miris lagi,Kak Mira tak sadarkan diri dengan tubuh setengah telanjang."Kamu kenapa, Mir?! Bangun ...!""Kak, bangun, Kak!"Teriakan kami berdua tak membuahkan hasil. Kak Mira masih terpejam rapat. Kuraih jaket yang sudah terlempar jauh dari posisi Kak Mira. Lalu menutupi tubuhnya menggunakan jaket itu.Pikiran buruk hinggap di kepalaku. Apa Kak Mira korban pemerkos**n?Bicara apa kau Rindu! Jangan aneh-aneh! Batinku bermonolog merutuki diri sendiri."Mir, apa yang terjadi?!" Berulang kali lelaki yang tengah memangku Kak Mira ini mengguncang pundak kakak tiriku. Gurat wajahnya amat terlihat sedih dan cemas."Kita bawa Kak Mira ke rumah sakit sekara

  • My First Night   Bab 15. Malam Mencekam

    MALAM PERTAMA DENGAN DOSENPART 15Mataku membola, Kak Mira yang tadi duduk di kursi sebelah kemudi sudah tak ada di tempatnya lagi."Kak! Kak Mira!" teriakku nyaring, tak ada jawaban sedikit pun. Kulihat ponsel Kak Mira yang tergelak di atas kursi.Kugapai benda pipih itu dan lantas menyalakan senter.Sebenarnya aku agak ngeri berada di tempat ini sendirian. Di sini sangat sepi, tak ada pemukiman warga, yang ada hanya tanah lapang juga pabrik bekas pembuatan bumbu petis khas daerah sini. Seram juga alasan kenapa pabrik itu bisa non aktif, dulu ada insiden pegawainya tercebur dalam wajan panas yang berisi bumbu petis. Dengar-dengar, pegawai itu tewas dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Semua kulitnya melepuh, itulah yang kudengar dari warga sekitar rumahku juga di media sosial. Karena memang beritanya dulu sangat viral.Bergidik sendiri kedua pundakku merasakan hawa dingin yang menerpa wajah. Lagi pula, Kak Mi

  • My First Night   Bab 14 Hilangnya Kak Mira

    Malam Pertama Dengan DosenBab 14Benar dugaanku, kalau suara itu berasal dari tante Sarah. Memangnya siapa lagi yang gemar mengomel seperti itu, selain dia."Aku mau nginep di rumah ini." kataku santai. Kulintasi wanita ini begitu saja."Apa? Nginep?!" pekiknya heboh. "Mira, kamu ngapain ngajak dia nginep di rumah ini. Nyusahin aja!" tambahnya terdengar memekak di telinga, meski aku sudah memasuki ruang tamu."Ma, inikan rumah Rindu, dia berhak dong tidur di sini." sanggah Kak Mira setengah berteriak.Sembari mengayunkan langkah menuju kamar, tak hentinya dua wanita berstatus Ibu dan anak itu saling adu kata demi kata. Terserah mereka mau apa? Aku tetap fokus melangkah hingga sudah sampai undakkan anak tangga di bagian tengah.Baru teringat soal Papa. Rumah ini sepi, mungkin Papa belum pulang. Pikirku.Karena memang sangat biasa sekali begitu, dari dulu Papa selalu pulang malam. Hingga akhirny

  • My First Night   Bab 13 Kehadiran Kakak Tiriku

    MALAM PERTAMA DENGAN DOSEN Bab 13"Maaf, maaf, nggak sengaja!" Cepat kutarik diri ke belakang agar menjauh dari Pak Satya. Secepat kilat, ia yang tadi membungkuk pun langsung berdiri tegap. Dengan wajah pias dan salah tingkah. Jelaslah, dia salah tingkah. Karena tadi bibirnya dan bibirku tak sengaja bersalaman. Eh, bersentuhan maksudnya. Ini bukan karena sengaja, melainkan sebuah tragedi yang membuat aku akan tersudut dan akan menjadi tersangka lagi."Pasti kamu sengaja 'kan?" tuduhnya dengan mata elang menyorot tajam."Enggak. Pak Satya sih, yang bikin aku kaget." sanggahku tak terima."Iya, iya, saya tahu kok." seulas senyum manis ia sunggingkan. Tak kusangka, jika ia akan semudah itu membiarkan insident tadi berlalu. Jangan-jangan dia juga mulai ada sesuatu nih sama aku. "Rindu, pulang yuk, udah malam." ajaknya lalu melangkahkan kaki menuju mobil."Tungguin!" Kakiku terasa berat untuk beranjak. Mungkin karena masih terpuk

  • My First Night   Bab 12. Senja Lebih Indah Dari Pelangi

    Gadis kecil itu menghambur memelukku. Namanya Arin. Kakinya memang bermasalah sejak kecelakaan satu bulan lalu."Kak Rindu, Kakak ke mana aja?" Arin menarik dirinya perlahan mundur. Lalu mendongak mentapku."Kak Rindu sibuk," jawabku sambil mengulum senyum."Dia siapa, Kak?" gadis kecil berkaos putih lusuh ini mengangkat dagunya ke arah Pak Satya."Oh, dia temen Kakak, kenalin ya, namanya Satya," kulirik Pak Satya sesaat. Lelaki berwajah teduh itu juga menyunggingkan senyum."Arin, yuk kita makan sama-sama. Tadi Kakak beli nasi bungkus." titahku. Lantas mengajak ia duduk. Diikuti yang lainnya juga. Termasuk Pak Satya."Nggak Kak, Arin pulang aja, nanti Ibu nyariin. Ini udah mau malam, Kak.""Iya, Kak. Kami juga pulang aja ya, kalau boleh nasinya kita bawa pulang aja." anak-anak yang lain menyahut. Sekilas kulirik mentari yang hampir tenggelam di ujung sana. Benar saja, sebentar lagi akan gelap. Lembayu

  • My First Night   Bab 11 Lembayung Senja

    "Rindu ... kamu bicara apa?""Apa anda kurang jelas dengan yang saya bicarakan?""Saya tidak akan menceraikan kamu dalam waktu sesingkat ini.""Apa jika waktunya sudah seperkian bulan anda akan menceraikan saya? Atau, anda ingin saya semakin dalam mencintai anda. Saya tahu, tak seharusnya saya seperti ini. Tapi saya bukan lah orang yang piawai berbohong. Jika iya, iya, jika tidak ya, tidak. Lebih baik anda buat keputusan sekarang. Jangan biarkan saya lebih tersakiti dengan kedekatan anda dengan Kak Mira." lega hati ini bisa mengatakan sejujurnya."Biarkan waktu yang menjawab semuanya, Rindu," balasnya singkat. Sambil fokus mengemudikan kendaraan roda empat ini.Aku tidak malu, mengatakan cinta terlebih dulu pada seorang lelaki. Bagiku malu itu adalah mengambil hak orang lain. Sedangkan Pak Satya, ia adalah hakku yang halal untukku.Aku juga tidak mengambilnya dari Kak Mira. Semua berjalan atas sekenario Tuhan. Kita seba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status