Seperti biasa, Aris akan melampiaskan semua kekesalan dan kegundahan hatinya ke kerjaan. Bahkan pria itu meminta sekretarisnya untuk memberinya pekerjaan yang sangat sulit agar dia bisa berpikir keras dan melupakan sejenak penolakan Elsha.
"Bangke! Gue minta kerjaan paling susah, ini sejam doang udah kelar."
Lagi, Aris mengeluh kesal karena apa yang dia kerjakan sudah selesai. Aris mencebikkan bibir, lalu duduk menyandar di kursi kebesarannya. Mata Aris mengerjap karena baru sadar kalau meja kerjanya sudah tidak ada celah lagi untuk menaruh barang. Benar-benar penuh oleh tumpukan map-map dan beberapa bungkus makanan.
Ketukan di pintu ruangannya membuat Aris sedikit mendongak untuk melihat siapa yang kini berjalan masuk. Sekretarisnya tidak mungkin masuk sebelum Aris mengatakan 'ya'. Itu pasti antara Arjun atau Andreas.
Benar.
"Allahuakbar! Lo habis ngapain, Mas?! Gulung tikar? Perusahaan mau bangkrut? Lo pasti stres berat nih. Gue harus lapor Mas A
Aris duduk di samping Elsha. Hanya itu ruang yang tersisa. Sementara sofa di depannya sudah dipenuhi oleh dua jingan yang sepertinya memang sengaja tidak memberi Aris ruang sedikitpun."Kamu dari mana?" tanya Aris pada Elsha."Habis nemenin Sashi beli sesuatu," Elsha menjawab sambil melirik Aris yang tengah menatapnya."Ayo makan, keburu dingin ini makanan," ajak Andreas sokbossy. Adik Arjun dan Aris itu sejak tadi mencuri pandang pada perempuan cantik yang duduk di sebelah Elsha."Namanya siapa, Mas?" Andreas berbisik pelan pada Arjun. Matanya tak lepas memperhatikan Sashi yang sepertinya tidak peduli sama sekali dengan keadaan sekitar mereka saat ini."El, Andreas mau kenalan sama adik kamu," Arjun berujar santai, sementara Andreas sudah menahan napas dan mengumpati Arjun berulang kali di dalam hati.'Tua sialan!'"Oh, ini, namanya Sashi. Kenalan langsung aja, Dre," ujar Elsha tersenyum geli.Sashi mendongak me
Tidak puas hanya memberi semprotan sekali ke rahim Elsha, Aris sampai mengulang berkali-kali sehingga Elsha kini terkapar pasrah."Duda sialan," lirih Elsha pelan sebelum memejamkan mata karena kantuk yang menyerangnya.Aris tersenyum sangat puas. Dari sekian banyaknya semprotan yang dia berikan pada Elsha hari ini, pasti akan ada kabar baik ke depannya. Aris yakin. Kalau Elsha tidak juga hamil,fix, Aris harus mengecek ulang isi burungnya. Berarti ada yang salah dengan sang otong sehingga produksinya selalu gagal."El," Aris menatap Elsha yang entah kenapa terlihat lebih cantik dan semakin menggoda dengan mata lelapnya."Capek banget?" Aris masih mencoba mengajak Elsha berbicara."Beneran tepar kayaknya," Pria itu mendekati Elsha lalu memberikan kecupan berulang kali pada bibirnya.Aris senang sekali hari ini. Sial. Elsha begitu kuat dalam melayaninya. Dari sofa, pindah ke kursi kebesaran Aris, lalu ingin ke atas meja kerja, s
Elsha keluar dari mobil sambil membawa tas kecil miliknya, lalu ia masuk ke dalam rumah. Sementara Aris keluar dari mobil beralih ke kursi penumpang di belakang untuk mengambil makanan dan beberapa belanjaan Elsha. Kedua tangan pria itu menenteng beberapapaper bagsambil masuk ke dalam rumah mengikuti jejak wanita tersebut.Dari tempat yang tidak terlalu jauh, sepasang mata tua dengan tatapan tajam menatap kepergian dua manusia itu. Bibirnya berdecih sinis karena putranya diperlakukan seperti budak oleh wanita tidak tahu diri tersebut."Jalang," desisnya. "Jalan, Pak, langsung pulang."Donita tidak akan pernah membiarkan putranya jatuh ke tangan wanita seperti Elsha. Donita sudah mencari tahu semua tentang Elsha sejak pertama kalinya Donita memergoki Aris membawa wanita ke apartemennya. Donita memang tidak langsung menemui mereka saat itu. Donita bahkan membiarkannya saja dan mengurungkan niatnya untuk menghampiri unit putranya."Tungg
Silau mentari pagi membuat seorang pria mengerang pelan. Matanya perlahan terbuka, lalu senyumnya terukir manis. Satu tangannya meraba tempat di sebelahnya. Kosong."El?"Aris langsung terduduk dan melihat ke arah kasur di sebelahnya. Ke mana Elsha? Apa wanita itu di luar? Aris beranjak dan mengusap wajahnya, lalu mengerjap saat menatap sosok lain yang bergelung di dalam selimut di atas sofa."Sial!"Aris segera berjalan mendekati sofa dan mengangkat tubuh Elsha untuk pindah ke atas kasur. Apa Elsha sejak semalam tidur di sofa? Tapi kenapa?Setelah menyelimuti Elsha dan mengecup kening wanita-nya, Aris berjalan ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Kebetulan pakaiannya ada yang tertinggal di sini dan dia akan mengenakan itu saja karena Elsha sudah mencuci serta menyetrikanya.Sambil bersenandung kecil, Aris mengguyur kepala hingga tubuhnya dengan air dingin. Pria itu masih bertekad akan secepatnya menjadikan Elsha istrinya. Apa
Aris mengerjap saat ponsel di tangannya bergetar. Pria itu melihat nama sekretarisnya di layar ponsel. Dengan langkah tegap, Aris meninggalkan kamar Elsha untuk menjawab panggilan masuk tersebut. Aris yakin pasti ada hal penting yang harus sekretarisnya sampaikan sehingga menghubunginya pagi begini. Biasanya, bawahan Aris itu akan sabar menunggu di kantor sampai Aris tiba."Kenapa?" Aris berjalan ke sofa ruang tamu di rumah Elsha lalu duduk di sana.
Elsha berkutat di dapur membuat bubur untuk adiknya. Sejak pagi hingga siang adiknya itu tidak keluar kamar. Bahkan Elsha tidak tahu kapan Sashi pulang karena tadi malam, wanita itu kembali dijajah oleh si mesum Aris hingga dia terlelap.Suasana hati Elsha juga sedang bahagia karena Aris kembali melamarnya. Meski terkesan tidak romantis sama sekali, tapi Elsha tidak mau lagi menunda dan menolak si duda itu. Lama-lama dia kasihan juga.
Aris memijat pelipisnya dan memejamkan mata. Masalahnya benar-benar runyam karena adik bajingannya itu. Bisa-bisanya Andreas merusak kesenangannya bersama Elsha dengan menyakiti Sashi. Sial."Mas, gue...."Aris langsung berdiri dan melayangkan kepalan tangannya tepat di bibir Andreas. Laki-laki itu baru saja tiba dan hendak menjelaskan kepada Aris kejadian yang sebenarnya. Sayangnya, Aris yang
Aris mengumpat berulang kali, lalu menjambak rambutnya dengan kesal. Dia tidak tahu kenapa mudah sekali dipermainkan oleh Elsha. Apa karena Aris terlalu mencintai wanita itu sampai Elsha jadi semena-mena padanya?“Sial!”Aris menendang meja di depannya hingga benda tak bersalah itu bergeser jauh membentur sofa di seberang sana. Aris ingin sekali melampiaskan kekesalannya pada barang apa pun dan membuat barang tersebut hancur berderai seperti hatinya saat ini.Si duda mulai mengenaskan.“Mending gue balik dan minta restu Mami. Sekalian ditambahi penyedap bilang Elsha hamil anak gue. Kira-kira Mami serangan jantung gak, ya?” Aris bermonolog sendiri, lalu beranjak dari duduknya untuk segera pergi ke rumah Donita.Sekitar satu jam, Aris akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Butuh tiga puluh menit untuk Aris memikirkan kalimat apa yang akan dia gunakan untuk memulai pembicaraan kepada Donita