"Ada dua kemungkinan ketika kamu menyukai seseorang. Satu, jatuh cinta. Dua, ya ... galau!"—Senior itu...?
****
Raja terbangun dari tidurnya. Merenggangkan otot kaku karena tertidur terlalu lama. You know? Karena bantuan obat penenang yang ia konsumsi tadi malam.
Mengerikan sebenarnya. Ia harus selalu berputar pada poros itu saja sejak dulu. Entah sudah berapa lama, yang jelas, ia tak ingin menghitung waktu yang telah mengurungnya dalam dunia sempit dengan dinding kokoh.
Raja, menyibak selimut, mendekat pada jendela, guna membuka jendela agar cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Sejenak, melirik jam digital yang menempel di dinding kamar, jam 11 siang. Cukup suang untuk dikatakan bangun pagi!
Peduli setan!
Setelah merasa urusan dengan jendela selesai, Raja menuju kamar mandi. Mencuci muka dan gosok gigi. Tidak ada niat mandi karena hari ini ia kan habiskan untuk bermalas-malasan di rumah. Soal papanya, lupak
"Jika pengadilan adalah tempat menjatuhkan vonis, maka aku akan ke sana dengan senang hati. Meminta hakim untuk memvonismu bersalah, karena telah mencuri seluruh perhatianku!” – Yasmin Aurora.“Berada di dekatmu itu seperti mendaki gunung Himalaya, penuh tantangan, tapi terkadang mengasyikkan.” – Adiraja Haydar.****Yasmin membuka pelan pintu kamar Raja, mengintip sedikit melalui celah dan kemudian menghela napas saat ia melihat sang pujaan hati sedang telungkup di atas ranjang. Pakaian yang dikenakan sungguh membuat Seira menelan ludah, bersusah payah untuk memalingkan wajah dari objek yang membuat nafsu nakalnya melejit.Astaga, Raja benar-benar menggodanya. Jika seperti ini bisa saja ia menyeret Jeza ke KUA secepat mungkin, tidak peduli tentang status mereka yang masih pelajar atau hal lainnya.Dia benar-benar tidak tahan melihat tubuh bagian atas Raja yang tidak mengenakan kain penutup, sedang bagian bawah hanya di tutupi menggunakan ce
Itulah hidup, selalu diterpa masalah dan gelintir cobaan lain. Kadang, orang yang tersenyum semanis madu belum tentu bahagia. Bisa saja, si tokoh sedang menutupi segala kepedihan hatinya membagi tawa. Tidak ingin yang lain tahu seberapa tersiksanya ia pada kehidupan yang dijalani saat ini.Yasmin adalah salah satunya. Dunianya kacau sebenarnya. Ada luka mendalam yang ia tutupi dengan segala tingkah konyol. Mengusili teman sekelasnya bukan karena ingin mencari masalah, tapi sebenarnya dirinya mencari perhatian.Mungkin hanya Devina satu-satunya orang yang paham akan tingkah laku keusilan Yasmin. Bahkan Viola saja tidak pernah mampu memahami apa yang dirasakan putrinya itu. Devina bisa diandalkan dalam hal menebak hati seseorang sedalam apa pun itu masalah. Mungkin karena keduanya memiliki sifat yang sama. Bedanya, Devina terlahir dengan keluarga yang utuh dan sayang padanya.Sedangkan Yasmin? Ah, ia dulunya juga baik-baik saja, tapi setelah ayahnya meninggal dalam kecelakaan semua ber
“Menatapmu meskipun sesaat membuat jantungku seperti melompat dari jasadku.” -Yasmin Aurora**Bolos sekolah.Yasmin dan Devina berakhir di pusat perbelanjaan. Hari ini keduanya sengaja tidak datang ke sekolah dengan alasan untuk menghibur diri. Hamdan dan Amara menyetujui bolosnya kedua bocah SMA itu dengan syarat besok tidak boleh lagi bolos. Bahkan Hamdan memberikan kartu kreditnya pada Devina dan menyuruh putri semata wayangnya itu untuk belanja sepuasnya bersama Yasmin.Papa yang baik dan bisa diandalkan.Bukan hanya itu. Diam-diam, Amara juga memberikan uang tunai sebesar 2 juta kepada Yasmin dan menyuruh sahabat anaknya itu belanja sepuasnya.Astaga. Dari mana sifat malaikat kedua manusia itu?Tangan Yasmin gemetaran saat menerima uang itu. Seumur-umur dirinya tidak pernah mendapatkan uang tunai sebesar itu. Paling banyak uang saku diberikan bundanya adalah ratusan ribu. Itu pun dengan disertai kalimat penghematan.“Yas, lo mau beli apa dulu? Sepatu, baju atau tas?” tany
Di sinilah Raja berada, di sebuah kamar serba putih dan bau obat yang terlalu menyengat indra penciumannya. Rumah sakit!Kepalanya di perban menandakan ada luka yang menganga di sana sebelumnya. Raja mengadu sakit saat hendak bangun dari posisi tidurnya.Dia tidak ingat bagaimana bisa berakhir di rumah sakit. Namun, satu hal yang melekat di pikirannya adalah papanya yang pulang ke rumah membawa kekasih.“Selamat pagi, Mas Adiraja. Akhirnya sadar juga, ya.” Seorang perawat yang baru masuk ke dalam kamar rawat Raja menyapa dengan senyum hangat. Memeriksa kondisi Raja dengan teliti.“Bagaimana gue bisa berakhir di sini?” tanya Raja penasaran. Ia mengamati setiap gerak gerik perawat itu tanpa berkedip sama sekali.“Mas Adiraja tidak ingat?” tanya balik sang perawat.Raja menggeleng.“Tadi malam sekitar pukul sepuluh, papa dan mama Anda membawa Anda ke sini. Kondisi Anda pingsan dan banyak darah yang keluar dari kepala.” Perawat itu menjelaskan.Sedikit demi sedikit Raja mengingat kejadia
Yasmin hanya bisa menahan senyum saat menyaksikan Raja makan dengan sangat lahap. Cowok itu seolah tidak makan selama beberapa hari. Terlihat sangat rakus dan makan seperti anak kecil.Saat Yasmin menyuruhnya makan pelan-pelan, Raja menyahut dengan alasan yang sudah bisa dikatakan pasien rumah sakit pada umumnya.“Makanan rumah sakit tidak enak.” Oleh sebab itu, Yasmin membeli makanan di luar yang lebih nikmat untuk perut.Yasmin melirik ke sofa di mana Devina tertidur, lalu kembali fokus pada Raja.“Gue mau keluar dari rumah sakit sekarang. Lo bisa bantu gue ke bagian administrasi?” tanya Raja setelah mengelap bibirnya dengan tisu.“Kenapa harus sekarang? Lo masih sakit.” Yasmin ingin menolak. Cowok itu masih terlihat belum sembuh, bahkan saat duduk saja, ia mengadu sakit di bagian kepalanya. Lalu kenapa harus keluar secepat itu?“Gue baik-baik aja, Yas. Lo gak usah khawatir.”Yasmin menggelengkan kepalanya. “Jangan sekarang, deh. Atau gini aja, gue cari dokter yang tangani lo.”“Ti
“Jika akhirnya kamu memilih membuka hati, dengan senang hati aku akan menanti di persimpangan hati.” -Yasmin Aurora.**Raja mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Menatap nyalang pada cowok yang memakai seragam seperti dirinya. Cowok itu Giovano, terlihat jelas di papan nama seragam yang dikenakan. Jika saja tidak mengingat dirinya berada di lingkungan sekolah, mungkin Raja akan menghadiahi satu pukulan meskipun ia tahu pada akhirnya akan kalah. Namun, ia tidak ingin menyerah begitu saja, cukup sekali ia dihajar babak belur oleh seniornya itu bersama antek-anteknya. Seandainya tidak ditolong oleh Ila mungkin ia sudah berakhir di kuburan karena kehabisan napas.“Lo nantangin gue?” tanya Giovano dengan senyum mengejeknya. Ditambah sorak-sorakkan dari teman-temannya dan seluruh siswa yang ada di kantin.Ah, ini alasan kenapa Raja benci menghabiskan waktu di kantin sekolah. Ia lebih suka menahan lapar dan duduk menyendiri di taman. Namun, karena Yasmin mengirimnya pesan
Seperti biasa, Yasmin menghabiskan malam minggunya di rumah sendirian. Bundanya sudah pergi sejak 2 jam yang lalu tanpa pamit, tanpa menyiapkan makan malam. Terlihat terburu-buru bahkan Yasmin tidak sempat menanyakan soal bundanya yang tergesa-gesa saat memasuki rumah sakit sore kemarin.Yasmin menumpukkan kepalanya di atas meja makan. Kosong, tidak ada satu pun yang bisa dinikmati. Lalu menghela napas kasar dan kemudian berjalan menuju kulkas untuk memeriksa bahan makanan apa yang tersisa dan bisa ia masak. Perutnya sangat lapar sekali, tadi siang ia tidak sempat makan siang.Namun, ia harus menelan kepahitan dan membiarkan perutnya tetap lapar. Kulkas yang biasanya berisi bahan makanan dan buah-buahan kini kosong tanpa ada yang bisa diolah. Hanya air mineral dalam botol.Yasmin menjerit dalam hati. Bundanya melupakan kewajibannya pada keluarga kecil. Bagaimana bisa melupakan Yasmin? Melupakan anak gadis yang masih butuh perhatian dan perawatan.Pada akhirnya air mata Yasmin jatuh. M
Raja pulang ke rumah sekitar jam 12 malam. Ia masuk begitu saja dengan mengandalkan kunci cadangan. Saat melewati ruang tamu yang sengaja lampunya tidak ia nyalakan, suara desahan terdengar di telinganya. Raja mengernyitkan kening lantaran suara desahan perempuan begitu memburu bersamaan dengan suara-suara serak seorang lelaki.Raja membelok langkahnya, mengikuti arah datangnya suara itu. Kamar sang papa adalah tujuannya. Raja merasa suara itu adalah milik kekasih papanya dan juga papanya sendiri. Saat mendekat pada kamar sang papa, suara itu semakin menjadi-jadi. Raja memberanikan diri membuka pintu kamar setelah menarik napas. Tangannya memutar kenop pintu secara perlahan agar tidak menghasilkan bunyi.Pintu terbuka selebar jengkal, Raja mengintip ke dalam kamar. Betapa kaget dirinya saat menyaksikan pakaian berserakan di lantai dan juga menyaksikan pergulatan dua manusia beda jenis kelamin di atas ranjang.Itu adalah papanya dan juga calon mama tirinya.Raja memejam mata. Kembali