Keduanya masih terdiam. Cangkir teh Yasmin sudah tandas tanpa sisa, entah kebisuan apa yang terjadi saat ini, Yasmin dan Natasya tidak memahami.Hingga pada akhirnya, Natasya memutuskan untuk mengatakan kenyataan tentang Raja pada Yasmin. Yasmin harus tahu itu pemikiran seorang Natasya sebagai dokter. Bukan apa-apa, ia tidak ingin pasiennya kembali merenggang nyawa karena terlalu lama bertindak dan juga salah prediksi. Cukup seorang Sean yang mengakhiri hidupnya karena kehilangan Velin dalam hidupnya, jangan Raja lagi.“Yasmin,” panggil Natasya.“Ya?” Yasmin menyahut.“Kamu harus tahu sesuatu soal Raja.”“Soal kejiwaan?” tebak Yasmin membuat Natasya terdiam. “Dokter itu spesialis kejiwaan, sudah pasti dokter akan membahas itu pada gue, kan?” tukas Yasmin.Natasya mengedipkan mata sebagai jawaban. “Kamu harus tahu jika Raja itu sakit. Dia itu sakit, Yasmin. Tapi bukan berarti dia gila.”Yasmin tersenyum. “Sakit jiwa yang dokter maksud sudah pasti tentang mental illness, bukan sakit jiw
Yasmin terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia merasa heran lantaran saat ini Ia berada di atas ranjang rumah sakit bukan di bangku lagi. Ia menoleh kanan dan kiri, tidak ada Raja sama sekali. Bahkan tiang infus juga tidak berada di tempatnya.Dengan cepat Yasmin turun dari ranjang, berlari keluar mencari suster untuk menanyakan keberadaan Raja. Ia takut jika Raja pergi darinya tanpa pamit sama sekali. Ia tidak ingin Raja kenapa-napa lagi.Yasmin bertemu dengan dua orang suster.“Sus, kalian liat pasien dari bernama Raja? Yang kebetulan dia ditangani oleh Dokter Natasya. Astaga, bagaimana gue mengatakannya, ya?” Yasmin khawatir sendiri.Salah satu suster tersenyum melihat tingkah Yasmin yang seperti itu.“Jangan khawatir. Pasien bernama Raja itu sedang berada di ruangan Dokter Hari bersama Dokter Natasya.”Yasmin lega mendengarnya. “Terima kasih, Sus,” kata Yasmin. “Boleh tahu ruangan Dokter Hari di mana?” tanya Yasmin lagi.“Lurus aja dari sini, baru ada belokan, nah pas belokan itu ada
"Nama lo ... Raja, 'kan?"Cowok yang sedang duduk sembari fokus pada ponselnya itu menengadah saat suara seseorang terdengar. Menatap bingung, lantas kemudian mengangguk pelan. "Gue Yasmin Aurora. Lo bisa panggil gue ... Sayang." Raja mengernyitkan kening, kemudian menggeleng karena tingkah cewek yang ada di depannya itu terkesan aneh. "Lo kenal Maimunah?" Yasmin duduk tepat di samping Raja. Raja menggeleng. "Enggak!" Yasmin tersenyum. "Baguslah kalau enggak kenal. Dia teman sekelas yang super duper genius tapi pelit. Sumpah!" Jari tangan membentuk huruf V di depan wajah. Raja mendengus pelan. Ketenangannya terusik karena kedatangan Yasmin. Padahal niat
"Mengenalmu seperti takdir baru yang Tuhan sematkan padaku. Mungkinkah aku mengabaikannya, sedang itu terlalu sayang untuk dilewatkan!" —Yasmin Aurora —— Namanya Adiraja Haydar. Siswa pindahan dari salah satu SMA lain Jakarta. Wajahnya standar, tidak jelek dan tidak terlalu tampan tapi lumayan untuk ditampilkan di lingkungan ramai. Tidak memalukan! Soal Pelajaran? Tidak terlalu buruk, walau bukan seorang genius seperti Maimunah yang selalu memakai kacamata tebal dan serba culun. Bukan juga seorang idola sekolah seperti Giovano. Bisa dibilang Raja itu serba pas-pasan. Sedikit keunggulan adalah bola matanya yang berwarna cokelat.Namun, entah mengapa Yasmin begitu tertarik padanya. Cewek yang termasuk primadona sekolah itu terang-terangan mengejar Raja yang merupakan adik kelas. Tidak peduli jika reputasi turun dalam sesaat karena itu, yang terpenting ia bisa mendekati Raja dan mengajak pacaran.Bagi Yasmin sesederhana itu untuk menjalin hubungan. Namun, bagi Raja, hubungan antara dir
"Untuk jatuh cinta itu butuh perjuangan! Namun, terkadang ketika hati sudah lelah, apakah masih layak untuk berjuang?"-Yasmin Aurora——"Sumpah ya, Yas. Gue pengin banget sumpahi lo sekarang ini."Yasmin yang tengah menjilat ice cream itu hanya melirik sesaat tanpa berniat menyahut ucapan Devina."Lo kira-kira dong kalau mau ngajak kuliner gitu. Ini bikin malu gue tahu," protes Devina kesal."Kok malu sih? Kan kita enggak telanjang."Itu mulut kenapa asal ceplos saja sih? Devina heran."Yang bilang telanjang siapa, bego?" Devina benar-benar kesal. "Makan ice cream tanpa bawa duit apa enggak malu? Lo kira ini kafe milik nenek gue, apa?"Yasmin menjilat sendok yang masih menempel sisa ice cream. "Mana gue tahu kalau lo enggak bawa duit?""Sialan lo! Jadi gimana nih? Elo juga ... ngapain pakai lupa dompet segala.""Kedip mata saja sama kasirnya. Elo
"Melihatmu dengan amarah yang memuncak, membuat seluruh jiwaku seakan mati rasa!"—Yasmin Aurora——Raja membantingkan buku di meja. Kekesalan sudah mendarah daging dan menjadi ekspresi setiap harinya sejak mengenal Yasmin. Perempuan agresif itu sepertinya tidak ingin membuat jiwanya tenang. Ini pertama kalinya Raja bertemu dengan orang yang selalu mengumbar kata ' nikah' seolah itu hanya sebuah mainan yang bisa dilakukan kapan saja tanpa memikirkan ke depan."Aish!" Dengkusan kasar keluar dari bibir Raja. Mengacak rambutnya frustrasi, lalu setelahnya ia memilih memosisikan kepala di meja dengan kedua lengan sebagai bantalan.Raja tidak menyadari jika kedatangannya beberapa saat lalu telah mencuri perhatian seorang Malvin, teman sebangkunya. Lelaki yang tingginya hampir sama, tetapi terlihat lebih berisi dari Raja itu menatap tanpa berkedip.Bukan karena ia penyuka sesama jenis. Malvin normal b
"Dunia ini terlalu sempit, menyesakkan, hingga dadaku rasanya tak sanggup menampung berjuta rindu yang menyesalkan!"—Yasmin Aurora__"Yas, lo dipanggil Bu Saveta ke kantor tuh."Yasmin yang terlalu fokus selfie, menghentikan aktivitasnya itu dan menatap si empunya suara."Kenapa?" tanya Yasmin bingung. Berharap Naura si pemanggil mempunyai jawaban dari pertanyaan itu."Mana gue tahu!" Naura mengedipkan bahu pertanda tidak tahu. Lalu berlenggang pergi meninggalkan ruang kelas begitu saja.Yasmin menyimpan handphone ke saku rok. Berjalan keluar kelas. Namun sebelumnya, ia sempat mengembuskan napas gusar.Khawatir? Tentu saja. Bu Saveta itu guru bahasa Indonesia yang memberi mereka tugas kelompok. Bisa jadi Maimunah sudah melapor bahwa ia terlambat datang saat berkumpul mengerjakannya."Maimunah!" Yasmin mengacak rambutnya frustrasi. Lagi-lagi dirinya ha
Yasmin membayar ojek online setelah sampai pada tujuannya.Sepi!Itu yang menyambut Yasmin. Tidak ada kegiatan apa pun di sekitar, bahkan tak seorang pun di sana yang menunggunya.Lalu?Yasmin menjilat bibirnya yang kering. Oke, jika seseorang sedang bermain-main dengannya, tidak masalah sama sekali. Ia bisa menghadapi dengan sekali tendang.Hei, jangan tertawa dalam hati. Yasmin pemegang sabuk hitam Taekwondo meskipun ia sudah lama meninggalkan hobinya itu, dan memilih menjadi seorang yang lebih anggun.Yah, kenyataannya Yasmin tidak anggun sama sekali.Lupakan!Yasmin mulai menyusuri area sekitar. Menghubungi nomor Raja, tapi tak ada jawaban sama sekali. Lalu menghubungi nomor asing yang menyuruhnya ke lingkungan sepi saat ini.Terhubung? Jelas. Namun, anehnya tidak ada niatan dari empunya ponsel menyambungkan telepon itu."Aish!" Yasmin memasukka