Share

Persyaratan yang Berat

Davian sudah siap dengan setelan jas bernuansa abu-abu, lengkap dengan pasangan sekretarisnya yang tampak cantik nan seksi.

Sebagai sekretaris, Cindy dituntut untuk profesional dalam bertugas termasuk dalam menjadi pasangan dadakan Davian jika dibutuhkan.

"Apa ada hal yang harus saya lakukan disana Tuan?"

"Tidak perlu, cukup temani saya kemanapun saya pergi. Selebihnya biar saya yang atur," jawab Davian.

"Baiklah Tuan Dave!"

Mereka berdua pun turun dari mobil. Sejak keluar, semua sorot kamera tertuju kepada Davian dan Cindy. Para wartawan dan tamu undangan yang sudah hadir pun tampak kagum melihatnya.

Cindy yang sudah biasa bergaya pun berusaha mengimbangi sikap Davian.

Melihat Davian datang, para pengusaha yang lainnya pun langsung mendekat untuk sekedar menyapanya.

"Wah, selamat datang Tuan Davian. Saya kira Anda tidak datang malam ini karena terlalu sibuk."

Davian pun tersenyum.

"Mana mungkin saya mengabaikan acara sebesar ini, Tuan Brata. Itu sama saja mengabaikan tambang permata bagi perusahaan!"

"Haha, benar sekali. Saya sangat setuju dengan Anda. Anda memang yang terbaik Tuan Dave!"

Tanpa sengaja, Brata pun melirik ke arah Cindy. Sepertinya ada rasa ketertarikan jika dilihat dari pandangannya.

"Kekasih Anda sangat cantik Tuan Dave. Saya jadi iri."

"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Brata," jawab Cindy dengan sopan.

"Penilaian Tuan Brata memang tak perlu diragukan lagi. Pasangan saya memang sangat cantik malam ini, tapi bukankah Tuan Brata jauh lebih pandai mendapatkan yang lebih cantik? Sampai-sampai istri Anda pun tak bisa menahan Anda," ujar Davian berniat menyindir.

Seketika raut wajah Brata pun berubah. Ia tak menyangka Davian akan membahas tentang mantan istrinya. Namun, ia berusaha untuk biasa saja.

"Haha, Tuan Davian memang ada-ada saja. Saya kira Tuan Dave tidak suka mengikuti gosip murahan, tapi ternyata Anda tipikal orang yang up to date ya?"

"Apapun yang menurut saya menarik, akan saya ikuti Tuan Brata."

Davian pun tersenyum simpul penuh arti. Ucapannya cukup menusuk di hati Brata, hingga membuat dia tak betah lagi.

"Kalau begitu saya ijin pergi dulu, saya ingin menyapa tamu yang lain. Permisi Tuan Dave!" pamit Brata.

Davian pun mempersilahkan Brata pergi.

Cindy yang sedari tadi menahan diri untuk tidak tertawa pun akhirnya tertawa juga.

"Tuan memang sangat pandai menjatuhkan orang lain, sampai-sampai Tuan Brata risih dan pergi dengan sendirinya."

"Sudahlah, orang mata keranjang seperti itu memang perlu di basmi!" tegas Davian.

"Benar, Tuan. Saya sepakat!"

****

"Papa sudah mau berangkat?"

"Iya sayang. Sebentar lagi papa berangkat. Eum, 15 menitan lagi kayaknya. Kenapa? Mau ikut?" ajak Danuarta.

"Emang boleh, Pa? Itu kan acara para pengusaha besar. Apalah daya Liant yang hanya seorang mahasiswa tingkat akhir ini!" jawab Brilliant lesu.

"Haha, memang kenapa? Kamu seorang putri dari Danuarta, mana mungkin di tolak. Kalau memang mau ikut, ayo ikut. Biar papa ada temannya juga."

Mata Brilliant pun langsung berbinar.

"Yes, kalau begitu Brilliant ganti baji dulu ya pa. Tungguin jangan ditinggal!"

"Iya, sayangku. Papa tungguin di bawah ya."

Brilliant pun langsung berlari menuju ke kamarnya. Ia langsung mengeluarkan semua dress pesta yang ia miliki hanya untuk mencari dress yang cocok.

"Eum, pakai yang mana ya? Pakai yang maroon?"

"Enggak deh, udah dipakai Minggu lalu. Masa dipake lagi. Kalau gitu pakai yang kuning, kayaknya lucu. Cerah-cerah gimana gitu!"

Brilliant pun mencoba dres tersebut, namun tiba-tiba ada yang mengganjal dalam hatinya.

Pasalnya warna kuning terlalu cerah warnanya, sangat tidak cocok dipakai sebagai gaun malam.

Brilliant pun kembali memilih, sampai pada akhirnya pilihan itu jatuh kepada dress berwarna biru ocean dengan motif sparkling.

"Nah, ini dia! Pasti gue kelihatan cantik banget!"

Tanpa pikir panjang, Brillaint pun langsung berganti pakaian dengan dress tersebut.

Danuarta yang sedari tadi menunggu pun hanya bisa melihat jam yang ada di tangannya berulang kali.

Brilliant yang sudah siap pun segera menuruni tangga. Bak seorang putri kerajaan, Brilliant terlihat sangat anggun dengan rambut digerai. Danuarta sendiri pun sampai tertegun melihatnya.

"You are so beautiful, Baby!" puji Danuarta. Brilluant pun hanya tersipu malu.

"Mari kita berangkat sayang. Akan papa tunjukkan kalau papa punya putri yang sangat cantik malam ini."

"Siap papa!"

****

Davian tengah sibuk duduk seraya memperhatikan jalannya pesta yang teramat sangat membosankan itu. Jujur, sebagai pengusaha ternama ia bukanlah tipe orang yang menyukai acara sosialita seperti ini.

Tak lama kemudian, Cindy yang tengah duduk di sebelahnya pun membisikkan sesuatu kepada Davian.

"Baiklah, bawa dia ke ruangan pribadiku!" ucap Davian tegas.

Cindy pun dengan segera menyanggupi perintah Davian.

Tanpa menunggu lama, Davian pun beranjak pergi diikuti oleh Cindy di belakangnya.

Sepertinya akan ada pembicaraan penting antara Davian dan tamu spesialnya yang entah siapa itu.

"Suruh dia menemui saya sekarang juga, dan jangan sampai ada orang yang tau akan hal ini."

"Baik, Tuan. Sebelumnya, ini adalah berkas mengenai perusahaan Danuarta. Mungkin Tuan harus mempelajarinya."

Cindy pun meletakkan sebuah berkas di meja Davian.

"Permisi, Tuan!" pamit Cindy.

Davian pun langsung mengambil berkas itu dan membacanya.

"Danuarta Cooperation? Em, menarik juga. Kita lihat apa yang akan terjadi setelah ini."

Davian pun kembali membuka lembar per lembar berkas itu, hingga dia menemukan suatu kebenaran yang kebetulan sekali.

"Brilliant Maydeva? Sepertinya sungguh tak asing di telingaku?" gumam Davian.

Davian pun mencoba mengingat-ingat kembali nama itu.

Sampai pada akhirnya, ia teringat bahwa ini adalah nama dari salah satu mahasiswa bimbingannya di kampus.

"Oh, jadi seperti ini ya? Permainan akan semakin menarik. Sepertinya Tuhan berpihak kepadaku."

Davian pun tersenyum penuh makna. Sepertinya sudah ada rencana yang akan ia jalankan saat ini juga.

Tak lama kemudian, Danuarta pun datang.

"Selamat malam Tuan Davian. Sungguh suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda malam ini."

"Silahkan duduk Tuan Danuarta."

"Baik," jawab Danuarta.

Danuarta pun langsung mengambil duduk tepat di depan Davian.

Tanpa banyak basa-basi, Davian pun langsung mengatakan keinginannya.

"Tidak perlu basa-basi, saya tahu Anda membutuhkan dana yang banyak untuk pengembangan perusahaan Anda. Betul?"

"Betul, Tuan. Betul sekali."

"Baiklah, saya bersedia jadi investor di perusahaan Anda, berapapun dana yang Anda minta akan saya berikan."

Mata Danuarta pun langsung berbinar-binar.

"Benarkah, Tuan Davian? Saya sangat beruntung mendapat kebaikan seperti ini. Saya tidak menyangka akan menjadi salah satu pengusaha yang beruntung di Indonesia karena mendapat bantuan dari Tuan."

Davian pun menyunggingkan senyumnya.

"Jangan senang dahulu. Setiap yang saya lakukan, harus ada konsekuensinya. Karena saya seorang pengusaha, jadi saya harus memperoleh keuntungan juga."

"Apapun akan saya lakukan, Tuan. Karena bekerja sama dengan Tuan adalah suatu kebanggaan."

"Baguslah. Kalau begitu penuhi persyaratanku."

"Persyaratannya apa, Tuan?"

"Aku ingin putrimu menikah denganku!"

Danuarta pun langsung terkejut mendengar permintaan Davian. Bagaikan disambar petir kepalanya, bagaimana bisa Davian meminta putrinya untuk menikah dengannya.

"Kenapa? Keberatan?" tanya Davian.

"Ma-Maksud Tuan? Saya ha-harus menikahkan putri sa-saya dengan Tuan Davian?"

"Ya, itu mau saya. Turuti perkataan saya, maka semua yang kamu minta akan saya kabulkan."

"Apa tidak ada cara lain, Tuan?"

"Tidak ada. Kalau mau, lakukan. Kalau tidak, saya akan batalkan semuanya. Bahkan saya akan pastikan, perusahaanmu akan hancur besok pagi!" ancam Davian.

Danuarta pun tak bisa berkutik mendengar ancaman itu. Ia dilanda kebingungan antara menerima atau menolak permintaan Davian.

Apakah Danuarta akan merima syarat dari Tuan Davian? atau malah menolaknya, dan terancam menjadi miskin?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status