Pukul 3 sore.
Liera dan Julian dalam perjalanan menuju sungai di pinggiran kota London, lokasi ini cukup menyenangkan untuk sekedar menikmati udara sore dan melepaskan penatnya hari.
Banyak sekali warga yang senang pergi kesana dan menjadi salah satu tempat rekomendasi untuk para turis yang berkunjung, sebenarnya rencana ini tidak pernah sepintas dalam pikiran Julian, dia juga tidak pernah akan mengabaikan pekerjaannya hari ini.
Dia melakukannya atas keinginan hatinya, karena belum pernah ada kenangan yang terbuat, apalagi mereka baru menikah segalanya terasa indah jika dilakukan bersama, Julian merasakan itu dan entah kenapa dia ingin sekali bersama Liera lebih lama.
Mungkinkah benih cinta mulai tumbuh?
Julian mengeluarkan sepeda setelah memarkirkan mobilnya, dia memang ingin sekali bersepeda mengelilingi area Sungai, tapi selalu tidak ada waktu untuknya melakukan itu dan tentu saja terkadang melakukan sendiri itu tidak menyenangkan jika melakukan bersama orang lain.
Jika Sean tidak mengalami hal itu, mungkin adiknya akan selalu Julian ajak kemanapun dia pergi, tapi hal itu semakin membuat Julian takut mempertemukan Liera dengan adiknya, karena Liera tak tahu apapun tentang keluarganya maupun kehidupannya.
Diibaratkan Liera hanya mimpi indah bagi Julian, dia hanya perlu disisinya tanpa mengetahui apapun tentangnya, memang egois tapi Julian tidak ingin melepaskan Liera untuk saat ini, tapi jika suatu hari gadis itu menemukan cinta mungkin Julian akan melepaskannya.
Karena Julian bukan pria baik, terkadang dia bisa menyakiti gadis itu kapanpun tanpa dia sadari.
“Kamu kenapa hanya membawa satu?” tanya Leira, padahal dia sangat menyukai bersepeda di sore hari.
“karena aku hanya punya satu.”
Liera mengembangkan pipinya, menandakan jika kesal. “Lalu aku bagaimana? Aku Kan juga ingin bersepeda!”
Julian tersenyum, dia mengecup bibir itu sekilas, Julian tidak bisa mengatakan betapa menggodanya bibir peach itu dan ketika Julian melakukan wajah Liera pasti akan sedikit memerah, lalu dia akan tertunduk malu.
“kita berada diluar, bisakah kamu jangan menciumku?”
Julian mengacak rambut Liera dengan gemas, seorang orang tamu itu sebuah kecupan bukan ciuman. “itu kecupan Liera, kau harus belajar denganku setelah pulang ini.”
Julian yang menaiki sepeda itu lebih dahulu, lalu memerintah kan Liera untuk didik di belakang sepeda itu dan mulakan mereka berdua mengelilingi pinggiran kota di sore yang cerah ini.
Sesekali terdengar suara teriakan Liera yang memarahi Julian karena membuatnya takut, dan tanpa sadar keduanya tersenyum bahagia dalam kesederhanaan itu.
Setelah hampir setengah jam berada diatas sepeda, Liera dan Julian memilih untuk duduk di salah satu bangku taman, menikmati ice cream cup dengan topping yang banyak. Itu milik Liera dan Julian hanya minum segelas ice americano, terkadang Julian juga diam-diam menarik tangan Liera untuk memberinya satu sendok.
“aku belum pernah merasa sesenang ini, bahkan pergi ke tempat ini hanya sebuah rencana.” ucap Liera, dia ingat jika ibunya pernah berjanji akan mengajaknya berjalan-jalan sore tapi sekali lagi itu hanya sebuah rencana pada akhirnya tidak pernah terwujud.
“aku pernah kesini waktu kecil bersama mendiang ibuku.” Julian juga terbawa suasana dimana dia pernah pergi bersama ibunya disini, melakukan hal yang hampir sama, tapi waktu itu Julian bersama ibunya makan dari bekal yang ibunya bawa. Itu kenangan sebelum sang ibu pergi dan sekarang Julian semakin merindukan dirinya.
Liera menatap kearah Julian, dia tidak tahu jika ucapan akan mengingatkan dirinya pada sang ibu, “maaf, aku tidak tahu.”
“tidak, aku senang bisa mengingat hal itu lagi.” Julian juga menatap ke arah Liera, mungkinkah sekarang dia mulai berani terbuka padanya, tapi jika Julian tetap mengikuti ketakutannya apakah Liera bisa bertahan?
“kamu ingin membeli sesuatu?” tanya Julian, dia tidak ingin membuat suasana menjadi canggung.
“sebenarnya aku sedikit lapar, bisakah kamu membelikan ayam goreng untukku?”
“tunggulah disini.” ucapnya, Julian mulai meninggalkan Liera.
Liera mengambil ponselnya, seperti ada pesan masuk dan benar ada email yang masuk, itu merupakan email dari Universitas London. Liera membaca dengan hati-hati dan setrika tulis lolos ujian tahap awal, Liera tersenyum tak percaya, tinggal satu langkah lagi dirinya akan masuk ke Universitas London.
Dia yang melihat Julian yang sudah membeli, Liera segera berlari dan memeluk Julian secara tiba-tiba, membuat pria itu juga bingung tapi Julian tidak ingin merusak momen ini, dengan sabar dia menunggu Liera menjelaskan segalanya.
“seperti kamu begitu bahagia.” ucap Julian, dia sedikit kesulitan memeluk Liera karena kedua tangannya membawa barang.
“a—Aku berhasil dan aku akan masuk ke seleksi akhir!” Teriak Liera dengan senangnya, dia bahkan melompat-lompat dalam pelukan.
“aku senang, aku ingin sekali merancang sesuatu.”
“selamat untukmu, ingat untuk tetap saja kesehatanmu, ujian sekolah tinggal menghitung hari.”
Liera mengangguk, kemudian dia segera melepaskan pelukan itu, dia merasa malu karena terlalu kekanakan di depan Julian.
“bagaimana jika kita makan ini?” Julian menunjukkan yang tadi Liera minta.
Liera mengangguk, dia menggandeng Julian kembali ketempat duduk mereka.
Harus terasa sedikit memiliki kenangan berbeda, Liera belajar memahami karakter dari sosok Julian dan dia masih ingin mencoba memahami lebih jauh, sebelum meyakini jika cinta itu datang diwaktu yang tepat.
Ketika segalanya menjadi lebih jelas.
Diam-diam Liera memperhatikan Julian, satu pertanyaan yang mungkin bisa membuat Julian marah padanya tapi Liera ingin mengetahui itu, walau akan terkesan Liera tidak berpikir dengan baik.
“kamu menyukainya?” Julian bertanya, dia tidak memakan apa yang tadi Liera inginkan, dirinya tidak terbiasa makan didepan umum seperti, segelas kopi sudah cukup untuknya.
“apakah kau gay?” inilah pertanyaan Liera, mungkin efek karena Liera pernah membaca salah satu komik memiliki unsur boy love boy. Ini juga karena Asyla yang menyuruhnya agar Liera tidak tertipu ketika berkencan nantinya.
Julian tanpa tenang, dia hanya menatap kearah Liera yang sedang menatap ke arahnya, ada sedikit noda di area bibirnya. Mungkin karena minyak atau bumbu, gadis itu benar-benar tidak bisa menjaga dirinya dengan baik.
“apakah gay melakukan ini?”
Julian menarik tangan Liera, menyatukan kedua bibir mereka, Julian sedikit bermain nakal, dia membersihkan noda itu dengan bibir dan menyesap bibir Liera sedikit kasar.
Liera tidak bisa berpikir apa maksud dengan ini, mata terbuka lebar berbeda dengan Julian yang memejamkan matanya, seakan pria itu menikmati apa yang sedang dilakukan, lidah Julian membelai area mulut Liera seakan itu adalah ice cream.
Ciuman yang lebih lama dan panjang, cukup lelah berada diposisi seperti ini dan belum lagi banyak orang yang memperhatikan mereka.
Liera menggerakkan tangannya yang ditahan oleh Julian, pria itu membuka mata dan melepaskan tautan bibir mereka, rasa bingungkan Julian, padahal sebelumnya dia pernah berciuman tapi sekali lagi hanya Liera yang membuatnya selalu merasa kurang.
Liera merapatkan bibirnya, dia pikir pertanyaan itu akan membuat pria itu marah tapi malah berakhir dengan mungkinkah ini sebuah ciuman?
“aku tidak mengerti.”
“bagaimana jika kita pulang? Aku akan menjelaskan semuanya.”
Julian menggandeng Liera meninggalkan pinggiran kota dan segera menuju mobil mereka, akhir-akhir Julian tidak bisa berbohong dengan dirinya. Dia tertarik dengan Liera atau lebih menginginkan dirinya, entah itu masih membingungkan untuknya, karena sekarang pun dirinya masih menahan keinginannya.
“aku ingin memberitahu jika ayahmu mengunjungiku kamu saat pergi, dia mengatakan jika hari sabtu ayah ingin kamu datang ke pesta.” ucap Liera, dia ingin mengatakan ini dan saru sekaranglah dia membahasnya.
“bersamamu?”
“Ya, itu merupakan acara untuk kerja sama antara Grup Grew dan Crop Vins.”
“kenapa kamu baru memberitahu? Seharusnya kamu segera mengabari, lain kali jika ayah berkunjung kamu tidak perlu takut untuk menghubungiku.”
Liera mengangguk, mungkin seharusnya itu yang dilakukan sejak awal.
Mereka sampai pada waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, Liera langsung masuk ke dalam meninggalkan Julian begitu saja, dia merasa ada yang mengganjal dan dia harus memastikan apa itu.
Julian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi asistennya, Julian mulai berpikir tidak mungkin ayahnya mengatakan hal itu pada Liera, kenapa harus dari Liera? Kenapa tidak memberitahunya secara langsung atau melalui asistennya, mungkinkah ada rencana yang ingin ayahnya lakukan.
Liera turun, ini waktu makan malam dan dia juga ingin mengatakan jika besok mungkin dirinya akan pergi membeli gaun untuk pesta besok malam.
Dia menemukan Julian yang sibuk di dapur, pria itu membuat makanan sama seperti biasanya, Liera melangkah mendekati meja dengan pakaian piyama. Sebenarnya Liera cukup gugup dan senam jantung mulai mendekatinya, itu berarti malam dia akan tidur dengan Julian.
“makanan, ini sangat enak jika dimakan selagi hangat.” Julian meletakkan menu makan yang dia buat di depan Liera, memasak memang sudah menjadi keahlian sejak dirinya berpergian keluar negeri, belum lagi Julian memutuskan untuk pindah saat usianya 23 tahun.
“terimakasih.”
Julian mengangguk, lagi-lagi dia tidak berselera makan dan lebih memilih mengeluarkan soju, lalu meminumnya saat Liera tidak menatap ke arahnya, dia butuh sebuah ketenangan untuk masalah kali ini, Yuri mengatakan jika ayahnya tidak mengirimkan pesan apapun tapi malah memberitahunya melalui Liera.
Dirinya tidak sadar sudah menghabiskan dua botol bir, dan mulailah sedikit terpengaruh oleh kadar alkohol, itu hanya sedikit dan sepenuhnya Julian masih bisa bersikap biasa, dia meninggalkan dapur dan menuju kamarnya. Mungkin dengan mandi bisa menyejukkan pikirannya.
Liera kembali setelah menyelesaikan makan malamnya dan membersihkan dapur, dia ragu untuk membuka pintu kamar, tapi dia tidak ingin tidur sendiri karena villa ini cukup menyeramkan untuknya.
“mau berlatih?”
Liera yang baru menutup pintu, langsung menatap kearah Julian dengan tatapan bingungnya, apa yang dimaksud dengan latihan? Apakah ini waktunya sesi pembelajaran. “apakah itu penting?”
Julian menempuh sisinya yang kosong, memerintahkan Liera duduk di ranjang bersamanya. “tentu.”
Liera melangkah mendekati setelah membuka sandalnya, dia duduk disamping Julian dan menghela nafas sejenak, apa yang akan Julian ajarkan untuknya.
“besok kita harus bersandiwara, besok akan banyak rekan kerja ayahku dan mereka akan terkejut saat aku membawamu, jadi kita harus berlatihan ciuman yang benar.” Julin menunggu reaksi Liera, pikirannya tidak berjalan dengan baik, dia memikirkan banyak hal apalagi Liera terus menuruti apa yang dikatakan.
Liera menggigit bibir bawahnya, dia tidak tahu harus mengatakan apa, menurutnya mereka sudah beberapa kali berciuman tapi kenapa masih harus berlatih.
“bukankah—kita—sudah, sering melakukan?”
“mana yang sering dilakukan kecupan dan ciuman?”
Liera menegang, bukankah itu keduanya sama?
“ciu—hmph!” Julian mengecup bibir Liera menempelkannya selama beberapa detik dan kembali melepaskannya.
“ini kecupan, ciuman berbeda Liera.”
“Tap—,” Julian kembali mengatuhkam bibir mereka, kali ini dia sengaja menggigit bibir bawah Liera.
“Hmph!!”
Liera menyeramkan kaos yang hanya kenakan, rasa tidak nyaman ketika lidah Julian bermain di dalam membuat dirinya ingin sekali melupakannya, tapi itu sulit Julian memegang kendali untuk setiap pergerakkan tubuhnya.
Bergerak kekanan dan ke kiri Julian lakukan, dia mencari posisi yang nyaman dan sedikit memberitahu Liera untuk membalas, walau mungkin akan sedikit mustahil untuknya, seharusnya Julian tidak meminum bir itu dan sekarang seakan alkohol mempengaruhi dirinya.
“hmph—!” Liera tidak bisa bernafas dengan baik, dia mendorong Julian menjauh. Dan detik berikut Julian melepaskan setelah menyadari dirinya sudah terlalu jauh.
“apakah melakukan ciuman itu berlangsung selama 15 menit?”
Julian sedikit merasa bersalah telah menghasut Liera dalam imajinasi liarnya, tidak seharusnya dia mengajak Liera lebih dalam mengenal apa itu ciuman. “Liera, kamu mengertikan?”
“aku mengerti, tapi apa harus mempraktekkannya?”
“bukankah lebih mudah dipahami? Haruskah kita berlatih lebih sedikit lambat?”
Liera menggeleng dengan cepat, “aku tidak nyaman melakukannya.”
“itu berarti kamu harus lebih sering melakukan agar terbiasa.”
Penutup Julian menarik tubuh Liera untuk berbaring di ranjang mereka, memeluk tubuh gadis itu dalam kukuhan tubuhnya, rasanya Julian tidak akan bisa melepaskan Liera jika terus seperti ini, dan perasaan nyaman akan muncul.
“jika aku terbiasa, apakah yang akan aku dapatkan?”
“bayi dalam perutmu” Julian sudah cukup lelah meladeni Liera yang bahkan sulit untuk diajak mengerti, dia memejamkan mata setelah mengatakan itu.
‘bayi?’
Liera membuang nafas, dia masih harus memahami hal yang sulit dimengerti nya, tanpa sadar tangannya menyentuh bibirnya, sedikit bengkak dan merah. Tapi mampu membuat Liera terdiam malu.
“baiklah aku akan tidur” Dan keduanya terlelap.
Liera merangkul lengan Julian dengan kegugupan dan ketegangan, langkahnya saat melewati red carpet membuat ketegangan semakin tinggi melihat ada begitu banyak orang, walau memang tidak ada media atau apapun berhubungan dengan publik, Liera takut akan mengacaukan segalanya.Ini pertama kalinya dirinya melangkah masuk ke acara yang sebenarnya sangat penting hampir yang datang kesini adalah mereka yang sudah terbiasa termasuk Julian, dia bahkan sampai menolak untuk datang kesini saat berbicara dengan sang ayah mertua, katalah seperti itu.Acara ini di lakukan di balkon rumah Tuan Grew, dibuat sedemikian indah seperti ballroom, belum lagi setiap akan melangkah ke dalam banyak sekali para pelayan yang menyambut kedatangannya dengan baik, padahal ini sebuah acara ya
Keesokan paginya.Hari ini cuaca sedikit mendung dan rintihan air hujan memberikan kesan tersendiri, waktu yang tepat untuk menikmati secangkir susu coklat hangat an berbagi cerita dalam hangatnya di balik selimut.Liera membuka matanya saat suara hujan mengetuk-ngetuk jendela nya, belum lagi suhu yang terasa lebih dingin, padahal Liera sudah memakai selimut tebal dan?Liera membuka selimut, dia membuang nafas lega karena dia masih memakai pakaian, tapi? Liera melihat untuk kedua kalinya, dia memakai piyama? Bukankah seingat dirinya Liera masih mengenakan gaun?Dia mencoba mengingat apa yang terjadi, ta
Hari ini Julian memiliki janji dengan Crop Vins, kesempatan juga untuknya bertemu dengan pria bernama ‘Vins Cassano’. Walau Julian tahu jika pria itu masih berkuliah, dilihat dari biodata yang dia terima kemarin pria itu berusia sama dengan adiknya, riwayat pendidikan juga sama seperti Sean.Mungkin saja mereka satu angkatan, jika Sean masih menjalani pendidikannya.Julian jadi teringat dengan adiknya, sudah beberapa minggu dirinya tidak bertemu dengan Sean, bahkan di hari pernikahan dirinya, Julian tidak bisa berharap Sean ada disana.Bagaimanapun dia adalah orang yang ibunya titipkan padanya dan sampai sekarang Julian tidak bisa menjaganya dengan baik.Mungkin saat makan siang nanti Julian akan ke rumah sang ayah untuk mengetahui kabar adiknya, benernya Sea
Pikiran rumit mengganggu suasana hati Liera, ada tanda tanya besar saat dia melihat seorang wanita dengan dua anak yang mendatangi Villa mereka, dan bahkan Julian tidak memberikan kabar apapun, pria itu hilang ditelan bumi.Belum lagi kesalahpahaman Liera tentang kejadian beberapa hari yang lalu, membuat dirinya berspekulasi jika Julian mungkin saja memiliki wanita lain, salah satu racun yang diajarkan oleh mina sahabatnya.Dia masih mengenakan seragam sekolah saat melewati ruang tamu, dia ragu untuk mendekati wanita itu, apalagi mengajukan pertanyaan. Bisa saja disini hanya Liera yang berlalu sebagai orang asing.“kau sudah kembali.” ucap Yuri, wanita itu sibuk membantu kedua anak
Julian datang ke kantor hanya untuk menerima beberapa dokumen untuk ditandatangani, kemudian pergi kerumah sakit dengan membawa laptop yang berisikan rekaman CCTV di rumahnya, dia akan menyeret siapapun yang telah mencoba untuk membunuh adiknya, dan walaupun itu ayahnya sendiri.Julian tidak akan memberikan toleransi pada siapapun.Dia cukup lega mendengar jika kondisi adiknya berlangsung baik dan bahkan tubuhnya memberikan reaksi yang bagus selama pemeriksaan, adiknya harus terus diperhatikan setiap 5 jam sekali, karena melakukan operasi saat tubuhnya hampir alergi karena obat cukup beresiko. Dan bahkan jika adiknya tidak kuat, mungkin saja dia bisa mengalami koma.Ju
Hari Julian kembali, dia sedikit berat meninggalkan Sean lagi, tapi keputusan dokter tidak bisa pria itu bantah dan apalagi Julian tidak tahu apapun tentang dunia medis, jadi terpaksa harus menunda membawa pulang Sean, dokter baru mengizinkannya karena masih harus melakukan pemeriksaan lainnya.Karena tadi siang Julian sempat konseling dan mengatakan jika sang adik memiliki gangguan mental akibat kecelakaan kurang lebih 7 tahun yang lalu. Dan saat itu juga dokter mengajukan untuk memeriksa kepala Sean dan besok keduanya harus diskusi lagi.Julian menyempatkan untuk menjemput Liera, dia tidak bisa membantu gadis itu padahal hari ini adalah hari dirinya melaksanakan ujian hari pertama, dan tinggal dua bulan lagi gadis itu akan menghadapi kelulusanny
« Cinta terjadi dalam sekejap. Tapi akhirnya bisa berubah tergantung apakah kita ini orang yang bisa menangkap cinta yang mendekat itu dengan gagah, atau orang yang malah menendang cinta itu dengan kaki sendiri. »Kemarin malam Julian mengatakan jika hasil ujian Liera kali ini melebihi apa yang akan diajukan Julian, pria itu akan memberikan sebuah tiket liburan selama 2 minggu ke Paris, tentu saja itu dengan syarat jika Julian ikut dengannya.Kota Paris adalah kota yang sangat ingin Liera kunjungi, dia ingin melihat menara terkenal itu dan mengenal kota yang memiliki julukan ‘romantis’ banyak sekali novel yang pernah dirinya baca tentang kota paris, dan dirinya memutuskan keinginan itu pada Julian.Apalagi setelah ujian dirinya akan bebas dalam segala kegiatan sekolah, membuan
Kebahagian?Sebuah hal yang tidak bisa diukur dengan apapun. Ada yang kebahagiaan berasal dari uang, ada yang terjadi karena hal kecil.Karena manusia tidak bisa mengukur kebahagian orang lain hanya dalam satu pandangan saja, bahkan hal seperti itu bukan lagi hal yang harus diperdebatkan.Beberapa hari kemudian.Sesuai dengan yang sudah disepakati sebelum Julian dan Leira memutuskan untuk memisah kamar mereka, kamar mereka bersebelahan dengan satu pintu penghubung untuk kedua ruangan mereka.