Sesampainya di Vila mereka.
Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat setelah melepaskan sepatu yang dirinya kenakan, menarik kursi untuk duduk di depan bar dapur dimana Julian sedang masak, pria itu tampan jika sudah beradu dengan alat dapur, Liera masih tidak menyangka pria yang ada di hadapannya benar-benar Julian."Apa yang akan Tuan Grew masak malam ini?" Tanya Liera, dia senang sekali memanggil Julian dengan sebuatan Tuan jika sudah berada di kondisi seperti ini.Julian menoleh ke arah Liera setelah dirinya mengiris bawang bombai. Ucapan itu terdengar begitu menggelitik di telinganya, senang juga karena Liera tidak lagi dingin padanya, dirinya tidak masalah jika Liera terus menggodanya."Maaf sekali Nyonya Grew, kita hanya bisa makan telur gulung dengan nasi instan, Tuan Grew ini lupa membeli bahan makanan," Ucap Julian, ia sebenarnya ingin mengatakan pada Liera untuk memesan makan saja dan berjanji akan memasakan esok hari tapi rasanya dia sudha terlalu banyak berjanji hari ini."Tidak masalah Tuan grew, Istrimu akan memakannya." Julian tersenyum, pria itu lalu memecahkan beberapa butir telur setelah memotong beberapa bahan makanan, dengan telaten tangannya mengocok telur yang sudah campuri oleh bahan yang tadk di potong seperti bawang bombay, cabai, tomat dan daun bawang, dan terakhir menambahkan bumbu penyedap.Setelah selesai, Julian menyiapkam wajan yang sudah diberikan butter, lalu secara perlahan memasukan telur itu ke dalam setelah butter itu meleleh, mengulung bagian bawah dan menambahkan telur, hal itu terus berulang di lakukan hingga telur habis.Selesai, Julian mengeluarkan nasi instan di dalam oven, memindahkannya ke piring yang sudah disi oleh telur gulung, dan sedikit mengolesi saus dan mayonias di atasnya."Selamat menikmati Nyonya Grew," ucap Julian, sebelum itu duduk makan bersama Liera, pria itu kembali membuka lemari kulkasnya, mengambil minum soda untuk dirinya dan air mineral untuk Liera.Menuangkannya ke dalam gelas, menyajikan segalanya seakan itu adalah makan malam yang berkelas."Terimakasih Tuan Grew."Keduanya memutuskan untuk tidak mengatakan hal apapun, membiarkan suara sendok dan garpu yang saling bertemu, menikmati setiap detik dan menit yang lalu dengan suasana yang tenang itu.Hingga kini waktunya untuk membuka sesi pembicaraan yang lebih serius, dimana Julian dan Liera duduk di balkon mereka dengan makanan penutup, menikmati suasana malam di sana dengan terangannya rembulan.Julian meneguk kaleng bir untuk mengurangi rasa tegangnya, dia harus menerima apa yang akan Liera sampaikan dan berharap tidak ada kata perceraian darinya."Hm-baruskan aku yang memulai dahulu?" Tanya Liera, menatap ke arah Julian dengan senyuman tipis di bawahnya, memeluk erat tubuhnya yang tidak menyukai udara malam hari."Aku hanya akan menjadi pendengar hari ini, tapi aku juga akan menjawab semua pertanyaanmu." balas Julian, tidak ada hal yang ingin dirinya sampaikan, kehadiran Liera disini sudah mengusir jauh rasa hampanya."Baiklah," Liera menghela nafas sejenak, sebelum kesini banyak hal yang ingin dirinya sampaikan, tapi sekarang rasanya hilang begitu saja, aneh sekali."Julian, bisakah kamu membujuk ayahmu untuk berhenti membahas perjanjian? Dari semua hal yang kita lewati, pikiranku tida pernah lepas dari perjanjian itu, tidak bisa juga aku pungkiri jika karena perjanjian itu aku bisa bertemu denganmu, tapi? Ini sangat melukaiku." Ucap Liera, dia menatap ke arah langit malam yang berbeda hari ini."Jadi ini yang membuatmu pergi dariku Liera? Karena ayahku yang terus menekanmu?" Tanya Julian, padahal setelah pualng dari rumah sakit, ayahnya bilang jika sudah tidak lagi mempermasalahkan tentang kehamilan Liera, karena Sean sudah bisa membantunya."Bukan hanya ayah yang menekan, tapi kontrak yang membebaniku untuk bersamamu Julian, tapi seseorang berkata padaku jika aku mau menunggu jawaban itu pasti akan datang, setidaknya aku ingin kamu menyudahi kebohongan itu dan berkata yang sejujurnya pada ayahmu," ucap Liera, dia tersentak saat Julian menarik dirinya untuk menatap ke arah pria itu."Aku juga ingin kisah kita menjadi hal yang berbeda di akhir, dimana kita bisa seperti pasangan lainnya." Lanjut Liera, dia menyentuh tangan Julian dan menatap ke arahnya lebih lekat lagi.Julian mendekat untuk mencakul wajah sang istri, mengecup keningnya cukup lama dan kembali menatapnya tanpa melepaskan wajah Liera, "kenapa kamu selaku berbicara pasangan lain, Liera kehidupan kita tidak bisa di samakan dengan mereka, kisah kita adalah tentang kita, biarkan ini menjadi berbeda dari yang lain."Liera kembali di buat terkejut, kalimat Julian harusnya sejak awal dirinya sadari, kisah mereka tidak seharusnya menyesuaikan dengan kisah lainnya, karena setiap orang punya perjalanan cinta yang berbeda."Kamu takut bukan jika aku akan menikahi gadis lain? Aku tidak akan melakukan hal itu walau kamu tidak hamil nantinya, aku tidak masalah jika Group Grew jatuh ditangan Sean, yang terpenting aku bisa selalu bersamamu," Lanjut Julian, kali ini dia beralih menggenggam tangan Liera."Julian, maafkan aku yang penakut ini, aku memang sangat takut kamu akan meninggalkanku dan aku tidak bisa mengenggam erat tanganmu saat perjanjian itu dibawah ke pengadilan oleh ayahmu," Ucap Liera, dia hanya gadis lugu yang takut akan kehilangan dan perpisahaan, dia tidak paham tentang cinta tapi dia mengerti jika dia membiarkan perpisahan itu terjadi akan menjadi bagaian penyesalan yang tidak akan pernah bisa dirinya terima, karena Julian sudah menjadi dunianya.Dan dunia itu hanya milik Julian."Tidak masalah Liera, jangan meminta maaf, aku yang seharusnya mengatakan itu, aku harusnya menghapus rasa takut itu dan membuatku aman bersamaku, aku tidak akan menjanjikan hal besar, tapi aku akan membuktikan jika aku akan terus bersamamu."Liera kembali merasakan kedamaian hati yang sebelumnya selalu dipenuhi oleh badai ketakutan, kini hanya menunggu waktu dimana semua kembali lagi.Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba