Share

Bab 27 - Feeling

Beberapa hari berlalu.

Dua hari Julian mendadak pergi untuk urusan pekerja di luar negeri, aneh tapi Liera sedikit merasa kehilangan, biasanya dirinya akan mendengarkan suara yang terkadang terdengar lembut dan juga kasar. Mungkin karena efek sudah terbiasa jadi Liera tidak terlalu membebani hal yang Julian lakukan.

Hari terlewat lima hari, tapi rasanya sudah sebulan dia berada disini, selama dua hari itu juga Liera melewatkan banyak hal tanpa Julian. bangun, menyiapkan sarapan, pergi ke sekolah sendiri, belum lagi ketika pelajaran tambahan, Liera bahkan bisa hanya makan malam saja.

Seperti hari ini dia masih sulit mengumpulkan niat untuk mengisi tenaganya, Liera ingin sekali menghubungi Julian dan menanyakan kabarnya. Tapi jika dipikir apakah Liera punya hal untuk itu, jika hari ini pria itu tidak kembali itu berarti dia sudah tiga hari pergi.

Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, padahal Liera besok masih memiliki satu hari di sekolah tapi dia tidak bisa memejamkan matanya sekalipun, ada hal yang mengganjal hatinya dan seakan menyuruhnya untuk menunggu.

Baru lima menit perasaan mengganjal itu berlalu, suara bel berdering mengisi seisi ruangan. Liera dengan cepat mengibaskan selimut, memakai sandal rumah dan berlari menuruni anak tangga, segera memastikan apa itu benar Julian.

“selamat datang.”

Liera tersenyum saat membuka pintu untuk Han, pria sedikit berbeda saat berpisah dengan Liera terakhir. Wajahnya menjelaskan segalanya jika pria itu lelah dan Julin melangkah masuk begitu saja sambil menyeret koper miliknya.

Liera mencoba mengerti, mungkin saat ini Julian tidak ingin membahas apapun karena bagaimanapun dunia orang dewasa berbeda dengan dirinya yang masih memakai seragam, dia berjalan mendekati dapur dan mengambil sesuatu.

Mendekati Julian yang bersandar di sofa, apakah begitu melelah? Apakah terjadi sesuatu? Atau perjalanan pekerjaan kali ini membuatnya lelah dan sampai berkata pun pria itu tidak ingin, padahal Liera ingin sedikit bercerita tentang kunjungan ayahnya saat Julian pergi.

Karena ini cukup penting untuk Julian.

“minumlah, ini bisa mengurangi sedikit rasa lelahmu.” ucap Liera, dia memberikan pada Julian, sedikit membantunya juganya, terlihat jelas jika wajah itu terlihat pucat dan tubuh Julian terasa panas.

“apakah kam—,” Liera mengedipkan matanya berulang kali, Julian menarik tubuhnya sampai duduk dipangkuannya, yang lebih mengejutkan lagi ketika Julian menyandarkan kepalanya di bahu Liera.

Memeluk tubuh gadis itu dengan posesif.

“aku lelah.” suara lemah seperti itu mampu membuat Liera berhenti bergerak menjauh, seperti sebuah perintah tubuhnya mendadak terdiam dan kaku, pria itu tidak pernah manja seperti ini, Liera hanya mengikuti apa yang hatinya berkata.

Dia juga ikut memeluk tubuh itu, sampai rasanya Liera ingin sedikit bergerak pun tidak mampu, Julian seakan menganggap dirinya sebagai tempat untuknya melepas lelah dan selama waktu terlewatkan suara nafas pria itu terdengar beratur, mungkinkah pria itu terlelap dalam pelukan Liera.

Dengan hati-hati Liera memastikan apakah Julian benar tidur, tapi tubuhnya malah ditarik sampai tidak ada lagi jarak bagi dirinya untuk tidak tegang, Liera meneguk liurnya seperti meminum sebotol air mineral. Dirinya yakin senam jantung kembali menghampiri dirinya.

“bukankah aku sudah mengatakan?” kini Julian menatap wajah Liera dengan sedikit tersenyum, dia mengusap rambut Liera dan mencium kening gadis itu selama 5 detik.

“mengatakan apa?” Liera sedikit tersentuh, dia belum pernah merasakan dicium kening orang seorang pria, diperlakukan seakan pria dihadapannya begitu mencintai dirinya.

Tangannya tanpa sadar menyentuh wajah Julian, mengelus pipi dan menyentuh hidung mancungnya.

Julian menahan tangan Liera, menghentikan yang seharusnya tidak gadis itu lakukan, karena mungkin Julian tidak akan bisa melepaskan Liera kali ini. “aku lelah.”

Liera melewati batasan yang dia buat dalam dirinya, bohong jika dia tertarik pada pesona Julian dan tidak menyukai sikap dewasanya. “kamu demam.”

Liera sebenarnya ingin mengatakan ini sedari tadi, dia terus memperhatikan gerak-gerik Han sejak dia membukakan pintu untuknya, dan saat Julian menarik tangannya, dan terakhir saat Liera merasakan hembusan nafasan yang Julian keluarkan ketika menerpa area lehernya.

“kamu harus tidur Liera.” Julian melepaskan pelukannya, sebenarnya ada yang salah dalam hal ini, dia takut salah mengambil langkah dan malah berakhir dengan kesalahpahaman nantinya, karena Julian tidak yakin apakah Liera ingin bersama?

Saat membaca perjanjian itu Julian menyadari banyak sekali hal yang dia renggut dari Liera, mulai dari kehidupan remajanya sampai mungkin nanti masa depannya, bagaimana nanti ketika gadis itu menjalani hidup saat dia mengerti bahwa menikah dan melahirkan kemudian bercerai mungkin akan banyak sekali hal yang mengundang opini buruk tentangnya.

Walau Julian menjanjikan tidak sampai publik tahu jika dia akan menjadi seorang janda di usia apalagi Liera juga akan lahirkan.

“biarkan aku yang merawatmu.” Liera berkata sambil sedikit menahan dirinya disana, untuk tidak turun dari tubuh Julian.

“jika demam itu tidak segera turun, aku bisa tertular.”

“bagaimana dengan sekolahmu besok?”

Liera juga terdiam, jika dia memilih untuk merawat Julian itu berarti dia tidak akan bisa tidur dengan baik dan keesokan harinya Liera bisa tertidur di kelas, tapi Julian akan semakin parah, Karena Liera yakin pria itu tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.

Liera merespon, dia turun pangkuan pria itu, dia sedikit lancang memaksa Julian untuk berbaring di sofa. “aku akan tetap bersekolah.”

Julian memperhatikan punggung gadis itu menjauh, apa yang akan terjadi setelah Julian membuat Liera hamil? Bagaimana nanti jika hati itu terluka karena terlalu lugu dirinya. Namun semakin Julian memikirkannya matanya malah terpejam dan dia kembali tertidur.

Liera kembali membawa sebuah yang berisi air hangat dan kain, meletakkan pada meja di hadapannya, dia memperhatikan Julian yang tertidur dengan keringat dingin yang memenuhi keningnya, sebelum memulai Liera membuka jas dan sepatu Julian kenakan.

Merendam kain dan meletakkan pada kening Han setelah diperas, Liera sedikit berpikir apakah sosok pria di hadapannya pernah mencintai seseorang sampai saat ini dia tidak percaya akan adanya rasa jatuh lagi, dia juga yakin banyak yang mendekati pria itu dan betapa populernya pria itu dikalangan usianya.

Terus mengulang itu sampai suhu Julian menurun hingga batas normal, dan tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam, Liera mulai mengantuk tapi Julian masih harus diberikan kompres beberapa kali, salahnya Liera harusnya menyuruh Julian untuk makan terlebih dahulu baru tidur.

Sebenarnya ucapan sang ayah mertua membebani pikirannya sampai hari ini, seakan Liera merasa jika pria paruh baya itu ingin sekali Liera segera hamil, dan betapa terkejutnya Liera menerima sebuah obat untuk menyuburkan dirinya, mungkin itu terdengar terlalu memaksa, padahal Julian sendiri tidak sebegitunya.

Yang lebih menyakitkan lagi adalah kalimat ‘jika kau tidak bisa hamil sampai waktu 6 bulan yang aku berikan, persiapkan melihat Julian akan menikahi gadis lain, dan kau akan segera bercerai dengannya.’

Itu menyakitkan untuk Liera dengar, walau belum memastikan perasaan apa yang dia miliki untuk Julian tapi seakan ada sedikit luka tergores tanpa sadar, apakah pernikahan ini hanya untuk memenuhi tujuan? Liera tidak pernah berpikir pernikahan akan seperti ini, saat berbeda ketika dia menonton drama atau membaca novel.

Sampai waktu berlalu dan Liera terlelap dalam di sofa yang sama dengan Julian. 

Keesokan harinya ……

Hari terakhir sebelum menuju akhir pekan, cuaca kali ini begitu indah sama seperti sebelumnya, cahaya matahari masuk melalui jendela besar dirumah tamu, mengusik kedua orang yang sedang bersembunyi di sofa.

Yang pertama kali membuka kedua matanya adalah Julian, pria itu tersenyum dan sedikit merasa kehangatan yang sudah lama hilang, seorang gadis tertidur dalam pelukannya dengan wajah imutnya, Julian tidak tahu jika Liera akan tertidur disini juga, dia pikir gadis itu setelah merawat akan segera kembali kemarnya tapi keduanya malah tertidur disini.

Julian melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, seharusnya dia membangunkan Liera? Tapi pria itu takut Lisa akan kekurangan tidurnya, karena mungkin saja gadis itu tertidur lebih lama darinya.

“Liera”

“Liera—bangunlah.”

Julian menepuk-nepuk pipi gadis itu, dia tidak tahu harus bagaimana membangunkan seseorang. Semakin Julian melakukan Liera malah menenggelamkan wajahnya pada dadanya dan memeluk tubuhnya lebih dekat.

Julian terkejut, dia merasa jantung berdetak lebih kencang dari biasanya, dia bahkan tidak bisa bergerak bebas saat nafas Liera mengenai kemeja putihnya,

Sekarang harus bagaimana? Apakah dia harus tetap diam? Jika diam berarti Julian membiarkan gadis itu bolos hari ini, dengan sedikit memaksa Julian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi teman Liera, dia memang pernah meminta nomor Asyla untuk urusan penting jika Liera tidak memberinya kabar.

Liera bangun saat merasa terusik saat lengan Julian terus bergerak, hal pertama yang Liera lihat adalah wajah Julian yang begitu serius menatap layar ponselnya dan menulis sesuatu di sana, pria itu bahkan tetap tampan tanpa harus melakukan sesuatu.

“kau sudah bangun?” Julian bertanya setelah mengirim pesan pada Asyla, dia memang menyadari Liera sudah bangun namun dia hanya berpura-pura.

“Ya, aku masih sedikit mengantuk, tapi sekarang—,” Liera langsung terduduk dan melirik ke arah jam. Dia terkejut jam sudah menunjukkan pukul 07.25 pagi. 

“aku akan telat—,”

Julian menarik tubuh Liera yang akan meninggalkan sampai terlalu kuat, membuat Liera jatuh diatas tubuhnya. “kau tidak perlu berangkat.”

“Tapi—,”

“aku sudah meminta izin melalui temanmu.” lanjut Julian, dia sedikit terpesona pada kecantikan Liera yang memang begitu alami, dia begitu dengan ibu dan ayahnya. Menarik Liera untuk tidur diatas tubuhnya.

“sudahlah, lebih baik kamu melanjutkan tidurmu, istirahatlah dengan baik.” 

“bukankah itu berarti kamu berbohong dan secara tidak langsung aku bolos sekolah.”

Julian menatap kearah Liera, dia juga gadis yang penurut dan gadis itu tidak menolaknya sama sekali. “apa kamu belum pernah melakukannya?”

Liera menggeleng, itu spontan terjadi tapi memiliki efek yang tidak baik pada Julian. “tidak pernah sekalipun aku berbohong.”

“tidak terlalu jujur itu tidak baik.” 

“berbohong juga bukan hal baik!”

Julian ingin semakin tertawa, pemikirannya begitu berbeda dengan Liera, tapi terkesan lucu bertengkar karena masalah sederhana. “sudah, bagaimana jika kita kembali tidur.”

“lalu apa yang akan kita lakukan hari ini.”

“pergi ketaman sore nanti.” 

Liera tersenyum, dia menyandarkan kepala tepat di dada Julian, secara perlahan dia mendengarkan detak jantung pria itu yang berdetak cukup kencang, ternyata pria ini bisa begitu sederhana dan juga mengerti pemikiran Liera.


Comments (1)
goodnovel comment avatar
HeeraKim
lanjut kak, semakin seru ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status