Share

chapter 80 - In suddenly

"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.

Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.

Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.

Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.

Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan pada anaknya.

"Jadilah anak yang hebat, Terima kasih telah hadir dalam kehidupan kami, berjuanglah sampai kamu bisa melihat betapa indahnya dunia ini, ibu mencintaimu."

"Ya, aku janji akan memenuhi seluruh keinginan istriku, tapi dengan satu syarat yang harus istriku ini lakukan," ucap Julian, berapa bahagia dirinya saat ini, betapa hal yang tidak terlalu diharapkan kini secara diam-diam terkabulkan, dengan kehadiran calon bayi di dalam perut Liera memberikan Julian semangat untuk memikirkan masa depan mereka.

"Seperti ayah harus bekerja keras untuk kalian," ucap Julian saat dia menghadap ke arah perut Liera, dengan penuh kasih sayang Julian mengecup kening dan bibir Liera setelah mereka masuk ke dalam mobil.

"Jangan menyusahkan ibumu ya, jadilah anak yang baik," lanjutnya lagi, Julian tersenyum saat matanya bertemu dengan Liera, betapa dirinya ingin terus mengucapkan terima kasih padanya, jika ada kata lebih dari tu Julian akan mengatakannya beratus kali.

"Apa syarat itu?" Tanya Liera, dia terkejut saat Julian mengajak bicara calon bayi mereka, inikah kebahagian yang sesungguhnya saat suami dan istri berhasil membuat keluarga kecil mereka, Liera tidak sabar menunggu hari berlalu sampai kelahiran anaknya.

"Kamu harus janji untuk minum vitamin itu, jaga kesehatan dan jangan pernah takut untuk menghubungiku," ucap Julian.

"Rasanya itu bukan hanya satu syarat, tapi itu lebih dari satu." Ucap Liera, dia sampai menunjukan tiga jari dihadapan Julian, membuktikan jika persyaratan itu lebih dari satu.

"Baiklah, tiga syarat, 10 permintaan, aku akan mengabulkan semuanya,"

Liera tersenyum senang, satu permintaan saja sudah cukup untuknya, "baiklah, aku akan memikirkan sepuluh permintaan itu, bisakah kita pergi sekarang? Mungkin ada yang ingin memarkir juga."

"Akh-karena terlalu bahagia aku tidak sadar jika kita masih di rumah sakit, baiklah little wife ingin kemana?" Tanya Julian, dia mulai menyalakan mesin mobilnya dan memakai sabuk pengaman, menyalakan rute yang akan mereka tuju.

"'Aku ingin membeli buku, aku akan menggunakan satu permintaan dulu." ucap Liera, dia kepikiran untuk membeli buku untuk memahami lebih jauh tentang ibu hamil, dia benar-benar akan belajar menjaga anaknya sampai dia bisa melahirkan, menyiapkan segala hal yang harus ibu hamil lakukan.

"Buku? Kamu ingin ke toko buku?" Tanya Julian, dirinya mulai memilih toko buku terdekat di daerah sana.

"Ya, aku ingin membeli buku tentang kehamilan dan juga banyak hal di sana," ucap Liera, haruskan dirinya menghubungi ibunya atau menceritakan kehamilannya pada sahabatnya? Tapi, Asyla sedang menikmati hari pernikahannya, dia pasti sedang menikmati momen indah bersama suaminya.

Mungkin setelah membeli buku, Liera akan menyempatkan diri untuk menghubungi ibu dan kakaknya.

"Kamu bisa membelinya melalui online, Liera ingat kamu tidak boleh lelah, lagipula di toko buku itu pasti ramai dan bagaimana jika terjadi sesuatu pada dirimu?" Tanya Julian, dia mengeluarkan sikap protektifnya, apakah membahayakan itu?

Liera tertawa, dia menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang Julian katakan, siapa yang mengajari pria itu? Dengan gemas Liera mencubit pipi pria itu.

"Siapa yang mengajari suamiku berbicara seperti itu? Apakah kamu tidak tahu? Membeli di online dan membeli secara langsung itu sangat berbeda, aku lebih suka membeli langsung karena bisa membandingkan mana yang bagus, lagipula ini permintaan! Suamiku harus mengabulkannya!" Ucap Liera dengan suara yang sedikit dia buat merajut.

Julian menghela nafas, apakah dirinya salah? Julian hanya khawatir jika nanti Liera lelah, apalagi ini hari libur akan semakin ramai pengunjung, baiklah jika sudah Julian tidak bisa membantahkan.

"Baiklah, tapi setelah membeli kita harus makan siang dan kamu harus meminum vitaminnya," ucap julian, dia mengeluarkan mobil miliknya setelah menentukan rute yang bagus untuk menghindari kemacetan di hari libur.

"Siap! Mengerti pak," ucap Liera, dia berbicara seakan yang memberikan perintah adalah pak gurunya.

Selama perjalanan senyum di wajah Liera tidak pernah hilang, melihat jalanan yang dipenuhi banyak orang dan cuaca yang indah, rasanya seperti alam semesta juga ikut bahagia mendengar kabar bahagia dirinya, apa reaksi ibu dan kakaknya nanti jika Liera hamil? Apakah akan sangat hebat atau sebaliknya mereka akan super ketat memaksa untuk merawat dirinya.

Memikirkan hal itu Liera teringat dengan ayahnya Julian, apakah pria itu sudah menghubungi ayahnya karena tidak bisa datang ke acaranya?

"Bagaimana dengan acara ayahmu?" Tanya Liera, dia berbicara setelah beberapa menit keheningan menemani mereka.

"Ayah? Baru saja Sean mengabari jika acara itu dibatalkan, karena tiba-tiba Ayah harus melakukan pemeriksaan rutin paru-parunya," ucap Julian, ya penyakit lamanya kembali menyerang.

"Haruskan kita mengunjungi Ayahmu?" Tanya Liera, sudah sangat lama rasanya juga Liera tidak datang dan berbicara dengannya, walau tidak menyukainya tapi Liera selalu berusaha untuk menghormatinya.

"Baiklah, kita atur waktu untuk bertemu dengan ayah, jangan terlalu dikhawatirkan, penyakitnya tidak begitu serius." Ucap Julian, karena dia percaya dengan Sean yang bisa membantu ayahnya.

"Kita juga harus memberitahu kabar baik padanya," Lanjut Julian lagi, dengan menoleh dan tersenyum pada Liera, mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Liera.

"Aku juga berpikir untuk segera memberitahu ibu dan kakak Kiera," ucap Liera, dia tidak sabar untuk segera menghubungi ibunya, atau mungkin dirinya berencana untuk memberi kejutan padanya.

"Aku jadi teringat dengan ibuku, sudah lama aku tidak mengunjungi makamnya, Liera terima kasih karena telah memilih untuk bertahan dan memberikan hadiah yang tidak bisa membuatku terus bersyukur." ucap Julian,

rasanya dia akan segera menjadi orang tua, dan akan merasakan bagaimana di repotkan oleh anaknya nanti, walau masih terlalu dini memikirkannya tapi senang bisa membayangkannya.

"Kenapa terus berterima kasih, kehadirannya juga merupakan utusan tuhan, itu berarti dia percaya jika kita bisa menjaganya, aku yakin kamu akan menjadi ayah yang terbaik, mari kita saling berjanji untuk membesarkannya bersama."

"Tentu saja, aku akan berjanji untuk hal itu."

"Selamat pagi pak," sapa Yuri yang sudah berada di meja kerjanya.

"Pagi sekretaris Yuri, sudah lama tidak bertemu denganmu, kirimkan surat pengunduran diri anda," ucap Julian, pria itu langsung menuju ruangannya, sejak menikah dirinya jarang sekali punya alasan untuk tidur di sini lagi.

"Ini sudah mengundurkan, terima kasih untuk kerjasamanya selama ini," ucap Yuri, dia akhirnya bisa menjadi ibu yang sempurna, setelah bekerja untuk memenuhi tabungan masa depan akhirnya dirinya bisa menghirup udara segar, melepaskan posisinya adalah hal yang dirinya inginkan.

Julian mengambil sesuatu pada laci mejanya, menyerahkan pada wanita di hadapannya, "hadiah kecil untukmu dan juga keluargamu, terima kasih untuk segalanya sekretaris Yuri,"

"Tapi-Tuan, aku tidak pantas menerimanya," Tolak Yuri, saat dia membuka amplop coklat yang berisi cek dengan nominal yang cukup banyak, dia tidak bisa menerima hal itu, gajinya cukup untuk menyekolahkan anaknya sampai dewasa nanti.

"Jangan kamu tolak, ini hadiah karena telah setiap padaku selama bertahun, bertahan dengan pria yang begitu keras kepala dan aku harap kamu mengerti,"

Yuri hanya bisa tersenyum, jika sudah seperti ini dirinya tidak bisa menolak buka, "terima kasih Julian dan selama untuk kehamilan Liera, aku akan mengunjungi dan menceritakan banyak hal pada nya, aku izin meninggalkan kantor."

Julian mengangguk, dia akan kehilangan asisten untuk beberapa waktu, tidak masalah. Membiarkan yuri lepas dari pekerjaannya adalah hal terbaik, mungkin di masa nanti akan ada sekretaris yang bisa membuat dirinya nyaman.

"Kakak, rapat akan segera di mulai, semua juga sudah berkumpul." Ucap Sean yang sudah berdiri di depan pintu sang kakak, sekarang melihat Sean dengan pakaian jas seperti itu benar-benar membuatnya bahagia.

"Sean! Ayo kita datang bersama," ucapnya, sebelum meninggalkan kursi Julian menyempatkan untuk mengambil ponselnya, lalu berjalan mendekati sang adik dan merangkulnya.

"Aku dengar kau dekat dengan seorang gadis! Apakah gadis yang di pesta itu?"

"A-apa yang kakak bicara! Aku tidak sedang dekat dengan wanita!" Jawab Sean dengan gugup.

"Kau tahu? Gadis itu adalah kakaknya Liera, mau aku kenalkan dengannya?"

"Apa yang kakak bicarakan!? Aku ini seorang pria! Tidak perlu bantuan karena aku pasti bisa mendapatkannya,"

Julian tersenyum, dia menjauh dari adiknya dan memilih untuk mengusap kepala adiknya dengan sayang, "sekarang adikku sudah dewasa, baiklah katakan saja jika kamu ingin bertemu dengannya."

Saat Julian dan Sean sudah sampai di ruang rapat, tatapan mereka langsung tertuju pada sang ayah yang duduk di antara banyaknya karyawan, keduanya langsung bersikap sebagaimana seorang pria kantoran, lalu melangkah masuk ke dalam dimana kedua harus duduk di samping sang ayah sebagai perwakilan kantor.

"Selamat pagi ayah."

"Kamu sudah minum vitaminmu dan makan siang?

Terus apakah yang sedang kamu lakukan? Jangan melakukan pekerjaan yang berat," ucap Julian, pria itu sedang berdiri didepan jendela ruangannya setelah keluar dari ruangan rapat, sambil menunggu makan siang bersama ayahnya dirinya sempatkan untuk menghubungi Liera.

Liera:"tanpa kamu ingatkan aku sudah pasti akan melakukan pak ceo, jadi tolong jangan khawatir dan cepatlah pulang, anakmu merindukan untuk minta dielus oleh ayahnya."

"Baiklah, katakan padanya jika ayah akan segera pulang."

Tepat setelah Julian menyelesaikan panggilan teleponnya, ayahnya datang bersama dengan Sean, pria itu langsung berjalan mendekatinya.

"Aku sudah memesankan makan siang, jika tidak keberatan aku ingin makan siang bersama ayah dan sean juga," ucap Julian, sudah sangat lama dirinya tidak mengajak sang ayah dan berbicara banyak hal bersamanya.

"Baiklah,"

Julian tersenyum, setidaknya ayahnya sudah seperti dahulu, "tunggulah sebentar, aku akan mengambil makan siangnya."

Sean dan ayahnya duduk di sofa, "Ayah, sudah janji bukan akan membicarakan hal yang kita diskusi hari itu, aku mohon ayah. Demi kebahagian kakak dan kakak ipar."

"Ayah tahu Sean, dan ingatan ayah tidak buruk,"

"Terima kasih ayah."

Tak lama kemudian Julian datang dengan membawa beberapa paper bag, dia memesan cukup banyak lebih tepatnya dia mengambil paket keluarga untuk menu makan siangnya, dengan senyuman di wajahnya Julian melangkah masuk ke dalam dan mengeluarkan makanan itu satu persatu.

"Aku rasa kita seharusnya menikmati makan siang dulu, baru membahas yang lainnya," ucap Sean, dia tahu jika kedua orang itu ingin menyampaikan keinginan masing-masing, lagipula makan siang ini rasakan akan berbeda jika keduanya saling membahas bukan?

Sean ikut turun tangan untuk membantu sang kakak, dia tahu suasana kecanggungan ini akan segera hilang jika dia ikut mendekatkan keduanya, membangun kembali hubungan lama yang sudah senggang sejak lama dan kini waktunya mereka kembali untuk saling melupakan masa lalu.

Hingga akhirnya ketiganya menikmati makan siang dengan suasana sederhana dengan ketenangan yang indah, bahkan Julian tidak lagi ragu untuk menuangkan minuman untuk sang ayah dan memberikan makanan di dalam piringnya.

Kini Sean sudah meninggalkan ruangan karena posisi sebagai direktur utama jadi Sean masih banyak hal yang harus segera dikerjakan, beradaptasi pada posisi sebelum benar-benar diangkat dan diresmikan, dan meninggalkan sang ayah bersama dengan kakaknya untuk menyelesaikan terakhir.

"Ayah, aku ingin mengatakan-bisakah lupakan perjanjian itu? Aku sungguh mencintai Liera dan aku tidak ingin bercerai dengannya, aku sungguh ingin kehidupanku dipenuhi olehnya dan juga anak-anak kami nantinya, ayah aku akan lebih baik lagi menjalankan perusahaan ini, jadi aku mohon tolong hapus perjanjian itu." Ucap Julian, dia bahkan sampai berlutut di hadapan ayahnya, dia akan melakukan apapun untuk mempertahankan pernikahannya dan mempertahankan Liera di sisinya.

Dia tidak ingin menggantikan Liera dengan yang lain, karena dunianya hanya milik gadis itu.

Tuan Grew mengangkat tangannya dan mengusap surai putra pertamanya, membuat Julian terkejut dengan apa yang ayahnya lakukan, tapi rasa ini seperti pertanda semua akan berakhir di sini, rasa takut dan khawatir Liera akan segera pergi.

"Julian, aku tidak akan memisahkan kalian, maafkan diriku yang dimasa lalu, aku harap kamu bahagia bersama istrimu dan bisa menjaga perusahaan ini dengan baik bersama adikmu, sekarang aku bisa benar-benar merasa tenang karena kalian berdua," ucap Tuan Grew, pria itu menarik putranya dan memberikan pelukan, hal yang tidak pernah dirinya lakukan, seharusnya inilah yang dirinya berikan.

"Ayah, Terima Kasih."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status