Share

The Ending

Satu tahun kemudian.

Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.

suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.

keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.

dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.

Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum.

biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis, dan Liera ingat jika dirinya tadi malam tertidur di kamar putranya.

"Julian, bangunlah, kamu harus bekerja bukan?" Leira mengguncangkan tubuh suaminya, sambil mengambil putranya yang menangis, ada dua alasan kenapa putranya menangis, jika buka di ganggu oleh ayahnya, itu berarti dirinya sudah nyaman dengan popoknya.

"Putra ibu kenapa? lapar? atau ingin segera bertemu dengan nenek?" tanya Liera, dia membawa putranya dan melepaskan pakaiannya, siapa yang menyangka jika gadis lugu seperti bisa mengurus seorang bayi? itu tidak terjadi secara cepat, hampir selama empat bulan Liera belajar dengan ibunya untuk merawat putranya dengan baik.

setiap hari Liera harus berkunjung dan bahkan sampai memaksa ibunya untuk tinggal mereka, awalnya juga Liera begitu stres mengurus dua hal sekaligus, mengurus putranya sambil menjalani kuliahnya, ya. walau pada akhirnya Liera harus berkuliah juga, banyak hal yang telah dirinya pertimbangan setelah berdebat panjang bukan hanya dengan Julian tapi juga harus menghadap dengan ayah julian dan ibunya.

"Ternyata kamu ingin ini, lapar ya? apakah ayahmu tidak benar membuat susumu?" tanya Liera, dia kembali mendekati Julian untuk membangunkan dirinya.

"Julian bangunlah" Ucap Liera, di sompoi harus menarik tongan pria itu dan menempuh halus pipinya.

"Lima menit-lagi." Julian langsung menolak keras saat Liera menyeretnya don memilih untuk membalik tubuhnya, kemarin malam dirinya hampir beríaga hingga díni hari dan tidak tahu pukul berapa matanya terpejam, dia jodi belajar bagaimana sulit menjadi Liera menjaga putranya tanpa harus membangungkan dirnya ditengah malam.

"Lain kali bangunkan saja aku, jangan menjaganya." Ucap Leira lagi, dia harus melakukan banyak hal selain membangunkan Julian, dia juga harus menyiapkan pakaian pria itu, lalu sarapan untuk mereka bertiga dan menitipkan putranya pada sang ibu kareng hari ini Liera mendapatkan jadwal kuliah pagi. ya dan kelasnya akan di mulai jam 9 pagi ini.

"Julian, ayolah bangun! aku ada kuliah pagi" Ucap Liera untuk kesekian kalinya, pagi yang selalu dimulai dengan melakukan senam pita suara dan peregangan otot wajahnya.

"Baiklah, biar aku yang membuat sarapan," Ucap Julian sambil mengusap mata dan wajahnya, memaksa untuk segera terbangun, menatap kamar mereka yang begitu kacau, hampir di isi oleh pakaian dan barang putra mereka.

"Haruskan aku beli rumah?" tanyanya, Julian mulai meninggalkan sofa dan melangkah untuk membersihkan tubuhnya sebagai aktivitas awal.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tanya Liera, dia menepuk keningnya melihat kekacauan kamar ini, setelah memberi makan putranya dan meletakkannya di dalam ranjangnya, wanita itu mulai mengambil pakaian yang berserakan di lantai lalu mengambil kantong sampah untuk membuang situ yang juga berserakan di lantai.

"Aku menaruh pakaian di ranjang Julian!" Teriakan Liera, dia membawa putranya turun saat dia mendapatkan telepon dari sang ibu, tidak lupa juga membawa hal yang putranya butuhkan.

Dan saat pintu terbuka sudah ada sang kakak dan ibu disana, dirinya langsung disambut oleh senyuman hangat dari mereka. "Kakak Kiera sudah pulang? kenapa tidak memberi kabar?"

"Kau bodoh! untuk menghubungimu, aku juga akan berkunjung! aku ingin melihat Jean-ku," Ucap Kiera. Jean? ya nama putraku adalah Jean Zoe, nama itu aku dan Julian usulkan karena sangat cocok dengan karakternya, walau memang tidak ada sambungan atau unsur nama kedua orang tuanya tapi baik Liera maupun Julian menyukai nama itu.

"lbu, maaf harus merepotkanmu lagi, aku tidak bisa menolak jika jadwalku dirubah pagi hari." Ucap Liera, dia menyerahkan Jean pada sang ibu setelah memberikan barangnya.

"Tidak masalah jika harus direpotkan oleh cucuku sendiri, lihatlah dia bahkan tahu siapa yang menjemputnya, kamu tampan sekali." Ucap sang ibu.

"Aku akan menjemputnya setelah jam kuliahku selesai, sampai jumpa ibu, kakak dan putraku." Ucap Liera, dia melambaikan tangan pada mereka saat akan hendak meninggalkan rumahnya, walau Liera setidak kecewa harus terus seperti ini, jika boleh dia ingin berkuliah sambil membawa anaknya, tapi peraturan kampus tidak mudah dibantah.

Liera kembali menutup pintunya setelah melihat mobil ibunya sudah menjauh, dengan wajah sedikit murung Liera kembali melangkah masuk ke dalam, tugasnya belum selesai dia masih menjadi seorang istri yang harus melayani suaminya, dan saat akan menaiki anak tangga dirinya dibuat terkejut dengan Julian yang sudah berdiri disana.

"Kenapa wajah itu? kenapa istriku yang cantik itu? siapa pelakunya?" tanya Julian, dia mencakup wajah istrinya dengan seluruh pertanyaan itu, padahal dirinya sudah jelas tahu jawabannya, jika putra mereka harus dijemput oleh ibu Liera.

"Aku tahu jika pasti sulit, kamu yang sudah mengatakannya bukan? sejak awal aku sudah mengatakan jangan menyesal setelah membuat keputusan, jadi masih ingin berkuliah?" Tanya Julian, ini yang dirinya takutkan, tapi dia tidak bisa membantah keinginan istrinya dan alasan Liera waktu itu cukup masuk akal.

"Ya, tapi aku tidak mau! aku ingin menjadi ibu yang pintar, mana bisa aku membiarkan putraku memiliki ibu dengan pendidikan sma." Ucap Liera, dia malu jika dirinya hanya berpendidikan seperti itu dan seluruh keluarga hampir bergelar sarjana, dia juga berpikir akan bekerja suatu hari nanti.

"Baiklah, jangan bersedih nanti juga kamu bisa bertemu sedangkan aku harus menunggu hingga pulang kantor untuk menghabiskan waktu bersamanya apalagi memanjakanmu," Ucap Julian, dia mengecup kening istrinya sebentar lalu mengecup bibirnya sebagai salah satu sapaan di pagi hari.

"Ingin sarapan dengan apa?" Tanyanya, sekarang pria dingin itu sungguh banyak bicara, tapi itulah Julian.

"Dirimu!" Ucap Liera, dia tahu jika selama ada Jean dan kesibukan masing-masing Julian jarang sekali mendapatkan keinginannya, kali ini Liera hanya menggodanya.

"Kau yakin? aku tidak masalah jika harus datang telat ke kantor." Ucap Julian, dirinya langsung merespon dengan baik, tangannya tidak ragu lagi untuk merangkul tubuhnya istrinya dan dengan mudahnya menggendong istrinya seperti karung beras.

"Tidak! hentikan Julian! hanya menggodamu! kali ini aku sungguh hanya menggoda! sebentar lagi aku harus sampai ke kampus, aku juga ada tugas untuk presentasi! Julian!!"

Julian terus membawa istrinya sampai ke kamar mereka, dia suka dengan godaan, apa yang dia lakukan maka harus dilakukan dan tidak ada kata bercanda disana, karena Julian juga sudah lama menginginkannya.

"Julian, kali ini tolong lepaskan aku, lain kali aku akan menyerahkan,"

"Tidak! sarapan pagi kali ini kau penemunya." Ucap Julian, dia membuka pintu kamar mereka dan melangkah masuk kedalam tampak lupa untuk mengunci.

Dengan wajah cemberutnya Liera duduk di dalam mobil dengan kedua tangan yang dilipat di dadanya, menunggu pria yang sedang menuju ke mobil dengan wajah cerianya, wajahnya pria itu tersenyum penuh kemenangan setelah membuat Liera harus susah berjalan, bahkan sudah dikatakan untuk berhenti meninggalkan tanda tetap saja Julian meninggalkan banyak disuruh tubuhnya, dengan terpaksa syal harus dirinya keenakan padahal ini dengan reason summer.

"Ayolah, kamu juga tadi—"

"Diam, dan segeralah hantar aku aku sudah telat, dan tidak tahu lagi berapa nilaiku akan dikurangi." Ucap Liera dengan santainya dia mencela ucapan seorang ceo di sebuah perusahaan ternama dan dia takuti oleh banyak karyawannya.

"Kau marah? Seorang istri tidak boleh marah jika suaminya menginginkan hal itu, lagi pula kamu—"

"Sayang, jika kamu tidak ada hal penting lagi bisakah kita jalan? aku yakin karyawanmu sedang ketakutan menunggumu, dan dosenku sedang sibuk menelpon sekarang." Ucap Liera, dengan senyum paksaan dia mencoba untuk melihat ke arah suaminya, dia tidak marah hanya saja Julian terlalu santai sedangkan banyak hal yang harus dirinya persiapkan, apalagi hari ini dia harus melakukan presentasi untuk desainnya kali ini.

Ya, seperti yang sudah Liera katakan sebelumnya jika dia akan mengambil jurusan desain, dia berencana untuk membuat karyanya menjadi sebuah pakaian dan suatu hari bisa membuka butik pakaian hasil kerjanya sendiri.

"Baiklah, maafkan aku." Ucap Julian, setelah memakai sabuk pengaman tanpa menunggu hal lainnya, pria itu langsung mengeluarkan mobilnya dari bagasi dan segera menuju tujuan utama mengantar Liera ke kampusnya.

"Aku berencana untuk membeli rumah." Ucap Julian saat mereka sedang berada di lintas jalan, dia melirik sekilas ke arah Liera yang sibuk dengan ipad di tangannya.

"Rumah? untuk apa? Villa itu saja sudah cukup besar untuk kita bertiga Julian, pikirkan saja tabungan masa depan untuk putra kita," Ucap Liera, aneh tiba-tiba Julian membahas rumah jangan-pria memiliki kekasih lain?

"Kau punya simpanan?" Tanya Liera dengan wajah sinisnya, bisa jadi dia membeli rumah dan membiarkan simpanannya tinggal villa.

Julian membanting sterik mobilnya, dengan terpaksa menepi karena terlalu begitu terkejut mendengar ucapan Liera, apa hubungan membeli rumah dengan simpanan?

"Apa yang kamu katakan sayang? Simpanan? Aku memiliki istri yang cantik dan seksi seperti ini untuk apa aku mencari wanita lain? Dirimu saja cukup untuk memuaskanku," ucap Julian, dia menarik Liera hingga dirinya duduk di atas pangkuannya, melepaskan syal yang ada di area lehernya, menggoda wanita yang berani mengatakan hal terlarang.

"Ak-aku hanya bertanya, to-tolong turunkan aku, Julian!" Liera hampir berteriak kencang saat Julian menyentuh tubuhnya dan menaiki sedikit pakaian yang dia kenakan,

"Ba-baik, seperti aku salah menanyakan hal itu padamu."

Julian meringai, bisa gila jika lama-lama Liera semakin banyak mengetahui tentang kehidupan, pria mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Liera dengan wajah mengintimidasi.

Liera gugup, dia tidak pernah melihat Julian seperti ini, hanya dengan melihat tatapannya saja membuat seluruh tubuhnya menegang dan begitu kaku untuk bergerak.

Julian mendekatkan dirinya, berhenti tetap di telinga Liera dan menyampaikan suatu hal padanya. "Jika aku memiliki simpanan, itulah dirimu Liera, jangan pernah memancing diriku, kau tahu bukan?"

Julian menjauhkan wajahnya lagi, menatap wanita yang ada dihadapannya, "jika aku begitu mencintai dan rasanya mustahil untuk melirik wanita lain."

Liera langsung menghela nafas saat wajah Julian berubah seperti biasanya, "kau menyebalkan!"

Julian menarik Liera untuk memeluk tubuh wanita yang begitu dirinya cintai, menghirup kuat aroma tubuhnya dengan bahagia, setelah satu tahun Julian pikir akan banyak hal yang membuat mereka jarang seperti ini, tapi itulah kehidupan rumah tangga semakin lama usia pernikahan akan semakin banyak hal yang terlewatkan.

"Liera, aku mencintaimu, tetaplah seperti ini dan jangan pernah berubah, karena aku akan selalu mencintaimu apa adanya," ucap Julian, entah kenapa hari ini dia merasa sangat begitu merindukan Liera, rindu akan sepanjang hari selalu bersamanya.

Apalagi lagi ketika mengajarkan gadis Lugu untuk menuruti hal yang membuat menjadi pria brengsek, memanfaatkan kepolosannya untuk mempelajari hal yang bukan penting.

"Julian, tapi aku harus ke kampus, seperti aku sudah telat tiga puluh menit," ucap Liera, dia terus melihat jam tangan karena selama kuliah hampir beberapa kali Liera terlambat dan bahkan bolos karena Julian.

"Hari ini aku ingin terus berSamamu, hari ini boloskan dan ikut aku ke kantor," ucap Julian, dia bahkan tidak bergema saat Liera berusaha untuk melepaskan dirinya, semakin erat dia memeluk tubuh sang istri.

"Kau! Julian lepaskan! Jangan mencoba membuatku marah lagi! Aku masih baru dan sudah banyak kasus karena dirimu!" Ucap Liera, dia mencoba menjauhkan tubuhnya dengan terus mendorong Julian.

"Dan aku sudah bilang tidak perlu berkuliah karena aku akan memberikan pekerjaan di kantorku, menjadi asisten CEO Grup JK."

Kini giliran Liera yang menatap tajam ke arah pria itu,

"Dengar pak Ceo, maaf sekali tapi aku sungguh tidak terakhir menjadi asistenmu!"

"Baik! Jangan salahkan aku, jika aku memang punya simpanan!"

"Jika salahkan aku jika banyak pria kampus yang ingin menjadi pacarku, dia tidak akan tahu jika aku sudah menikah bukan? Bahkan beberapa hari yang lalu aku menerima coklat dari seseorang," ucap Liera, dia berbohong pada Julian, padahal di kampus dia selalu menunjukkan jika dirinya seorang ibu dan istri ketika ada pria yang mendekatinya.

"Baik, kita berangkat." Ucap Julian, dia melepaskan tautan tangannya di tubuh Liera dan mulai fokus mengemudi kembali, siapa yang berani memberikan coklat pada istri, Julian pastikan akan mematahkan tangan itu.

"Aku mencintaimu Julian." Ucap Liera, dia suka sekali mempermainkan perasaan Julian, tapi anehnya pria itu tidak pernah sampai marah sangat berbeda dengan dirinya yang sangat mudah terpancing, mungkin karena sejak awal bertemu Julian memang selalu menyesuaikan dirinya.

"Aku tahu,"

"Aku sungguh teramat mencintai pria bernama Julian!"

"Ya, Terima Kasih."

Ya, itulah kisah kecil sederhana dari kedua orang yang tidak tahu akan dipertemukan tapi takdir memberikan kesempatan untuk mereka saling mengenal, jatuh cinta dan menikah adalah hal begitu rasanya sulit untuk di satukan, tapi itulah kisah dimana takdir dan sebuah pertemuan adalah hal keajaiban yang memiliki petunjuk.

Mungkin kisah ini terlalu membosankan, tapi terkadang mempertahankan pernikahan untuk saling bersama lebih sulit daripada membawa orang lain terlibat, karena tidak perlu orang ketiga untuk mengetahui seberapa kamu ingin bersamanya bukan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status