Share

chapter 77 - Take My Hand

Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.

Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.

Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>

Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu.

"Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu.

"lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga Kiera tidak bisa bertemu dengan pria tampan itu, siapa namanya?

Kenapa tadi dirinya tidak bertanya balik namanya?

"Aku juga tidak tahu jika Julian ada disana, aku tidak berbohong okupun terkejut ada dirinya, awalnya aku ingin pergi tapi Julian telah kembali, pria itu sudah melewati amnesianya." Ucap Liera, untuk masalah Julian ingat tidak sebenarnya itu masih menjadi pertanyaan, karena hatinya masih dilema antara percaya atau tidak.

"Lalu apa keputusanmu?" Tanya Kiera, dia tidak akan ada dipihak manapun, apapun itu keputusan Liera dirinya akan mendukungnya, karena dirinya tidak pernah mengharapkan adiknya menderita dam menyesal jika dirinya ikut campur, itu keputusan dan masalah pribadi mereka.

Dirinya hanya perlu menjadi pihak penasehat dan pendukung.

Liera menghela nafas, dia menyandarkan tubuhnya di penyangga kursi, kembali menatap ke arah luar jendela, dirinya tidak tahu keputusannya apa yang akan dipilih, butuh waktu lagi untuk beradapatasi, walau kini hatinya begitu hangat setelah bertemu dengan Julian, dirinya bisa kembali merasakan berdebar dan bernafas.

"Kakak Kiera tahu bukan? Aku menikah dengan Julian atas dasar perjanjian, saat ini perjanjan itu tinggal satu bulan lagi. jika aku tidak bisa hamil, aku harus berpisah dengan Julian walau kita sudah saling mencintai." Ucap Liera, dia takut jika memilih kembali malah dirinya yang akan terluka lagi, sudah cukup ayahnya Julian menekan hubungan dan terus mengungkit tentang perjanjian.

Liera tidak bisa berdiri di samping Julian dengan ancaman dan perjanjian seperti itu.

"Aku tahu, satu bulan? Cobalah berpikir terbuka, aku yakin Julian dan kau sudah melakukan 'itu' bukan? Jadi tunggu saja hasilnya." Ucap Kiera, dia tahu jika keinginan Liera bersama Julian seperti pasangan normalnya begitu kuat, jika Kiera jadi Liera, dia juga bakal terus berulang kali memikirkan keputusannya.

Tapi Kiera lebih suka jika harus membuat jarak, setidaknya Liera harus berdiskusi dengan Julian, jika membuat jarak terus waktu akan terbuang?

"Jadi kakak Kiera berharap aku kembali pada Julian?" Tanya Liera.

Kiera tidak langsung menjawab, dirinya mengutamakan dahulu untuk memarkirkan mobilnya ketika sudah sampai di rumah mereka, setelah selesai barulah Kiera melihat ke arah Liera.

"Aku hanya mengatakan, kalian saling mencintai apakah tidak sedih dengan jarak itu? Liera, kau bilang sendiri jika kamu ingin keputusan yang terbaik, jadi diskusilah dengan Julian dan pikirkan cara agar penjanjian itu batal." Ucap Kiera, setelah mengatakan itu, dia mengambil ponselnya dan membuka sabuk pengamannya, memilih untuk keluar dari mobilnya.

Liera segera keluar setelah mendengar panggilan dari sang kakak sambil menghubungi nomor Julian, ya benar dirinya yang harus menghapus jarak itu dan menyelesikan masalah ini.

"Halo,"

Julian Dengan tangan yang satu memegang ponsel dan satu lagi sibuk mengangkat gaun, Liera mulai melangkah masuk ke dalam rumahnya.

"Malam ini, jemputlah aku."

Malam harinya.

Kini Liera bersiap untuk berpamitan dengan lbunya dan sang kakak, setelah tadi sore mendengarkan segalanya tentang menyelesaikan masalah dengan baik, Liera belajar banyak untuk menghadapi siatusi ini, dia tidak boleh meninggikan egonya dan mengutamakan keinginan bersama, dirinya juga berhak mengatakan apa ke gelisahannya.

"Jaga kesehatanmu dengan baik, sering-seringlah menghubungi ibumu atou kakakmu," ucap sang ibu yang memberikan pelukan pada putrinya, rasanya begitu singkat bisa menghabiskan wakti bersama Liera, dirinya menyesal karena sulit membagi waktu untuknya.

Liera mengangguk paham, dia menjauhkan tubuhnya setelah ibunya berbicara, "aku juga akan sering berkunjung, aku pasti akan merindukan kalian."

Kiera juga tidak lupa untuk memberikan pelukan pada sang adik dan menyampaikan salam perpisahan.

"Keputusan yang baik Liera, aku harap akan segera mendengar kapan baik, hubungi aku jika kamu kesulitan, dan jagalah kesehatanmu." Ucapnya, Kiera mengusap punggung sang adik dan menatap tajam pada pria yang ada tidak jauh dari mereka, siapa lagi jika bukan Julian.

"Kakak Kiera, tolong jaga ibu dan juga dirimu, terima kasih untuk sarannya selama ini, aku juga akan sering menghubungimu."

Setelah berpamitan dengan ibu dan kakaknya, Liera berjalan mengikuti Julian yang sudah membukakan pintu mobil untuknya, setidaknya Liera sudah mempertimbangan banyak hal dan menghabiskan waktu bersama keluarganya, kini waktunya menyelesaikan masalah dirinya dan Julian.

Permasalahan suami istri yang hanya bisa mereka selesaikan.

Julian langsung berlari untuk segera masuk ke dalam mobil, dia melihat ke arah Liera yang belum mengenakan sabuk pengaman, dengan cepat dirinya bergegas memakai itu untuk istrinya, dan kesempatan itu Julian gunakan untuk bertatapan dengan Liera, memberikan senyuman berbaiknya.

"Terima Kasih karena mau kembali, aku akan mendengarkan seluruh keluh kesahmu, mari kita berbagai semua itu." Ucap Julian, dia kembali pada kursinya dan menarik sabuk pengaman, menyalakan mesin mobilnya dan perlahan meninggalkan rumah keluarga Liera.

Selama perjalanan Liera hanya bisa menoleh ke arah luar, rasanya hanya dirinya yang merasa canggung di sana, apalagi ketika Julian menarik tangannya dan menggenggam erat, membuat Liera tidak bisa berhenti mendengar degup jantungnya.

"Kamu ingin makan sesuatu? Atau ingin makan malam diluar?" Tanya Julian, dia akan memperlakukan Liera lebih baik lagi kedepannya, dan sebelum mereka bertukar ucapan, akan lebih baik mengisi perut.

"Aku ingin masakanmu." ucap Liera dengan pelan, inilah yang ingin dirinya dapatkan, menikmati masakan Julian yang rasanya membuat dirinya ingin dan meridukan buatannya.

"Baiklah," ucap Julian, dia senang akhirnya ada kesempatan bisa bersama, tidak percaya kini Leira akan pulang bersamanya dan perasaan semakin hangat saat Liera masih ingin menikmati masakan buatannya.

"Julian, aku harap ini menjadi awalan yang indah, aku ingin bersamamu tanpa ada ancaman atau sebuah perjanjian, aku ingin seperti sama saat kita honeymoon, dimana tidak ada hal yang aku pikirkan dan takutkan," ucap Liera, dia berbicara panjang setelah hanya berbicara singkat dengan Julian.

Julian menoleh sebentar ke arah sang istri, dia mengangguk dengan paham dan memilih untuk mengecup punggung tangan Liera.

"Aku janji, kali ini segalanya akan hilang dan kamu tidak perlu khawatir."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status