Share

Bab 47 - What?

Dua hari sudah berlalu begitu saja.

Leira masih tidak bisa beristirahat dengan baik atau setidaknya berhenti sejenak untuk memikirkan Julian, tapi kemarin malam Leira langsung drop dan mau tidak mau dirinya harus berbaring di rumah sakit, saat membuka mata Leira hanya melihat bagaimana kosongnya rungan ini.

Mungkin seharusnya sejak kemarin Leira meminta untuk pulang saja, dia tidak bisa beraktivitas jika pikirannya terganggu, dan belum lagi penyesuaian jam makan yang menyiksa dirinya, mengubah pola makan bukan baik.

Leira hanya bisa menghela nafas, dengan tubuh lemas dirinya paksakan untuk terduduk di ranjang, tangannya terulur mengambil ponselnya yang tergeletak di atas laci di samping ranjang, hanya menyala dan menatap layarnya sana.

Leira sudah bisa menebak jika tidak akan pesan atau panggilan dari pria itu, padahal Leira berharap apa sesuatu walau itu hanya sebuah pesan singkat, apakah sudah terjadi sesuatu pada pria itu? apakah itu sebuah hal buruk?

Gadis itu mengusap dada bagian dirinya, aneh setiap kali memikirkan Julian selalu saja dadanya terasa sesak, dan membuatnya tidak ingin terus ada di sini, feeling mengatakan dia harus segera kembali dan menemui Julian.

“Leira!” Panggil Merry, dengan koper yang masih dibawa Merry langsung melangkah masuk ke dalam dan memberikan pelukan hangat pada putrinya, kemarin malam Keira menghubunginya dan menjelaskan apa yang terjadi pada Leira, tanpa berpikir panjang Merry memutuskan untuk langsung terbang ke sini.

“Ibu, aku sangat merindukanmu,” Ucap Leira, dia sedikit merasa baik karena setidaknya dirinya bisa bertemu dengan Ibunya, walau dia berharap ada seseorang yang kembali membuka pintu dan seseorang itu adalah Julian.

“Oh putriku, kau pasti kesulitan di sini, maafkan ibu sayang,” Ucap Merry, dia melepaskan pelukannya dan mengusap wajah putrinya, lalu melihat kondisi Leira yang begitu pucat dan lemas, Merry jadi teringat bagaimana seringnya Leira sakit saat kecil.

“Ibu, aku baik-baik saja,” Ucap Leira, tatapannya teralihkan saat knop pintu sepertinya akan terbuka, dia sudah bersiap untuk tersenyum karena mungkin saja itu Julian, tapi yang dirinya lihat adalah sang kakak, kesedihan semakin menyelimuti hatinya.

‘Dimana kamu Julian? Kamu baik-baik saja?’

Dengan sedikit paksaan Leira membuat dirinya untuk tersenyum ke arah Ibu dan kakaknya, keluarganya ada di sini bersamanya tapi kenapa hatinya terasa begitu kosong, dia masih berharap seseorang datang untuk menghilangkan keresahan ini.

“Dokter mengatakan kamu bisa pulang nanti siang, kamu sudah merasa baik?” Ucap Keira, sang kakak berdiri tepat berseberangan dengan sang Ibu, mungkin karena masih belum terbiasa dan Keira masih canggung untuk interaksi begitu dekat.

“Aku sudah merasa baik,” Balas Leira, sebenarnya dirinya masih merasa lemas dan sedikit mual, tapi saat ini Leira tidak ingin lebih lama disini,Leira kembali menoleh ke arah sang Ibu.

“Ibu, apakah Julian tidak ikut bersamamu?” Tanya Leira, jika memang Julian tidak bisa di hubungi, mungkin saja Ibunya sempat bertemu dan tahu keadaan pria itu, karena sungguh perasaan buruk ini terus menghantui Leira selama beberapa hari setelah insiden itu.

Merry terlihat terkejut, jadi sebelum pergi ke sini Tuan Grew pernah menghubungi dirinya dan menanyakan keberadaan Julian dan kemarin berita mengatakan jika ada insiden kecelakaan yang melibatkan banyak korban dan salah satunya Julian, haruskah Merry menceritakan apa yang terjadi pada Julian.

“Tidak, beberapa hari ini Ibu memiliki banyak urusan tapi tidak pernah bertemu dengan Julian." Dengan terpaksa Merry menggelengkan kepalanya, jika Leira tahu berita suaminya mungkin dirinya akan memaksa untuk langsung ingin bertemu dengannya, setidaknya Merry ingin Leira sedikit membaik, atau dia bisa memberitahunya nanti setelah mereka dalam perjalanan pulang.

“Pekerjaanku sudah selesai, Ki—kita bisa pulang hari ini,” Ucap Keira, dia tidak akan menyangka jika hal ini bisa membuat mereka bersama kembali, dan betapa canggungnya saat Keira menghubungi sang ibu kemarin malam, tapi—karena hal itu bisa membuat dirinya kembali membangun keakraban dengan Ibunya.

Leira tersenyum lebar, rasa lemas dan mual hilang begitu saja, dengan senyuman itu Leira terus menatap ke arah sang kakak, “Terima kasih kakak Keira,”

Ketiganya larut dalam kehangatan yang tidak pernah ada sebelumnya, hingga kegiatan itu harus terusik oleh kehadiran seorang yang membuat ketiganya menoleh ke arah pintu.

“Permisi, aku hanya akan mengantarkan sarapan pagi untuk Nona Leira dan beserta obatnya,” Ucap seorang suster yang ditugaskan untuk memberikan obat dan sarapan untuk setiap pasien, dia meletakkan nampan di atas meja laci milik Leira.

“Terima kasih suster,” Ucap Leira.

“Sekarang makanlah, kamu ingin segera pulang bukan? jadi ayo habiskan,” Ucap Merry, dia meletakan nampan itu di atas pangkuannya, dia memutuskan untuk menyuapi putrinya.

Leira hanya mengangguk dan menerima saat sang ibu memberikannya satu sendok ke arah mulutnya, Leira sudah tidak sabar untuk kembali bertemu dengan Julian, haruskah Leira memberikan kejutan padanya, dia juga sudah menyiapkan hadiah untuk pria itu.

‘Aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu, Julian.’

*******

Kini ketiga wanita itu sudah berada di dalam bandara Internasional Los Angeles, mereka memilih penerbangan siang hari dengan jarak tempuh sembilan jam, karena biasanya perkiraan waktunya seperti itu antara sembilan sampai dua belas jam.

Mereka menunggu untuk giliran mereka masuk ke dalam pesawat, setelah meletakan koper milik masing-masing, ketiga sibuk dengan ponsel di tangan mereka, Leira langsung menanyakan kabar Asyla dan masih terus menghubungi Julian atau Jake.

Degup jantung Leira berpacu dengan sangat cepat saat melihat link berita yang Asyla berikan, dia menjauhkan ponselnya dan menatap tidak percaya dengan artikel yang menulis tentang Julian, dengan gemetar Leira kembali mengambil ponselnya.

“Leira, apa yang terjadi? kau terlihat begitu tegang?” Tanya Sang kakak, tatapan Keira langsung teralihkan oleh apa yang ada di dalam ponselnya dan terlihat nama Julian dalam artikel itu.

“Jul—Julian, kecelakaan! Tidak—mungkin,” Leira menutup wajahnya dan menangis saat itu juga, dia tidak tahu harus mengatakan apa dan harus menyampaikan apa lagi, jadi pikiran buruk itu benar tapi—kenapa saat dirinya tidak ada disamping pria itu dan saat Julian menyatakan perasaannya.

Merry langsung memeluk putrinya, dia sudah tahu jika ini akan terjadi, Leira sudah terikat dengan pria itu seperti ikatan benang merah, jadi Merry tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan ini sungguh menyakitkan jika suatu hari mereka harus berpisah, padahal perasaan tidak boleh terlibat di sana.

“Setelah sampai kamu bisa langsung menemuinya, kita tidak tahu apa yang terjadi, jadi Leira harus mengerti dan jangan menyalahkan dirimu,” Ucap Merry, dia mengusap punggung putrinya, entah kenapa Merry semakin takut jika Leira akan terluka suatu hari.

Sejak awal kebohong dan perjodohan itu sudah lama, dan kini Leira semakin jatuh pada penderitaan yang menanti dirinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status