Share

chapter 74 - By Found

By Found

Beberapa hari kemudian.

Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?

Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.

Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing.

lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.

Liera.

Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.

Menyedihkan bukan?

Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil terjadi, tidak ada satu pihak-pun yang mendukung dan bersama, tapi saat hasil itu keluar akan banyak sekali yang menantinya.

Itulah pilihan, jika berani menentang sebuah pilihan inilah resiko, tidak ada yang mau bersama.

Berjuang tanpa dukungan dan melangkah tanpa tujuan, hanya orang-orang berjiwa besar bisa memiliki hal itu, karena sesungguhnya sebuah dukungan kecil adalah suatu kebahagian yang sangat berarti.

Walau hanya kata 'semangat, aku yakin kau bisa dan semoga berhasil,' itu a simple happiness but a big impact.

Kali ini Julian semakin tidak sabar ingin berlari dari rumah sakit, pergi ke rumah Liera dengan ingatan tentang mereka berdua, Ialu mengatakan banyak hal jika dirinya tidak akan pernah melepaskan Liera walau sang ayah akan memisahkannya.

Sudah hitungan delapan kali Julian menghela nafas, dia duduk di ranjang dengan tatapan hanya mengarah pada sudut ruangan yang berwarna putih, tapi dalam pikirannya menggambarkan sosok Liera yang sedang berdiri di sana dengan senyum manisnya.

Setiap kali memikirkan Lierà ada rasa rindu yang selalu ingin dirinya katakan, ada perasaan kesal yang ingin hilangkan dan ada rasa sakit ketika tidak bisa lagi melihat wajahnya.

Seberapa besar cintanya hingga rasanya sudah terlalu jauh Julian untuk takut melepaskan dirinya, Julian takut jika suatu hari harus melihat Liera bersama yang lain, dirinya tidak sanggup membayangkan hal itu dan setiap kali berpikir degup jantungnya seakan kembali berfungsi.

Setiap sistem dalam tubuhnya hanya merespon ketika berkaitan dengan Liera, dan ketika Julian mencoba membuat jauh dunia hampa dan tubuhnya kehilangan raganya.

"Pasien Julian?" Panggil sang dokter yang sudah di samping pria itu.

"Pasien Julian?" Panggilnya untuk kedua kalinya.

"Pasien Julian! Anda mendengar saya?" Panggilnya, kali ini sang dokter bicara cukup dekat dan dengan terpaksa menyentuh bahu pria itu.

Tubuh Julian tersentak, dia langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya, kenapa pendengarnya berharap yang memanggilnya Liera.

"Maafkan saya, sejak terapi itu banyak hal yang saya pikirkan," ucap Julian, dia tidak boleh bersedih, walau Liera tdk ada disini tapi dia yakin jika gadis itu masih menginginkan kebersamaan dengan dirinya.

"Anda ingin menundanya? Kelihatannya banyak hal yang mengganggu pikiran anda." Tanya sang dokter, ini juga bisa menjadi cara agar pria itu membatalkan terapinya,

karena ini terlalu cepat dan pasti resikonya sangat berat.

"Tidak! Saya baik-baik saja, tolong lakukan saja dan saya tidak ingin mengulur waktu lagi, karena saya ingin segera keluar dari rumah sakit ini."

Dokter itu hanya bisa tersenyum, benar-benar keras kepalanya dan sulit diberikan solusi, bagaimana ada gadis yang mau bertahan dengannya jika dia tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

"It's Okay, mari kita mulai terapi kedua ini dengan waktu yang cukup lama, mungkin saya akan membuat pasien Julian tertidur sadar selama tiga puluh menit." Ucap Sang dokter.

Julian mengangguk, dia pasrah ketika dokter membantu dirinya untuk berbaring di ranjang, "Resiko apa yang akan saya dapatkan?"

"Saya tidak bisa memastikan apa yang terjadi setelah ini, tapi kemungkinan akan menerima rasa sakit di kepala dua kali lipat lebih sakit, dan bahkan anda bisa terbaring selama dua hari."

Julian menelan air liurnya, resiko ini benar-benar sebuah tantangan besar, bisakan dirinya melewatkan hal itu?

"Baiklah, silahkan mulai."

Hari ini Liera berencang untuk menemoni temannya ke tempat perawatan tubuh dan wajah, ya seperti itulah ketika seseorang ingin menikah, pasti dia ingin terlihat cantik dan bisa dengan bangga berdiri di antara para undangan yang datang.

Liera tidak punya alasan untuk menolak, dia juga tahu betul bagaimana baiknya Asyla selama mereka bersekolah bersama dan ketika Liera menikah, sekarang waktu untuknya melakukan hal sebaliknya.

Liera berdiri di depan pintu rumahnya dengan mata yang terus menatap layar ponselnya, dia sedang menunggu Asyla menjemput dirinya, tentu saja gadis itu tidak membawa mobilnya sendiri tapi dengan seorang supir pribadi.

Berita tentang pernikahannya beredar luas, ya pernikahan dari kedua perusahaan besar tentu saja menjadi hal yang tidak bisa dilewatkan, sangat berbeda dengan Liera yang harus menerima pernikahan secara diam-diam, jadi ketika hadir nanti semua orang akan berpikir dirinya belum menikah.

"Hei! Liera, ayo masuk" Panggil Asyla yang langsung membukakan pintu belakang mobilnya, memerintahkan temannya untuk segera masuk.

Liera tersenyum, walau dirinya merasa iri dengan pernikahan Asyla tapi dirinya cukup senang karena setidaknya ada cinta di pernikahannya, tanpa menunggu lama mobil itu langsung meninggalkan area halaman rumah Liera.

"Hari ini kau masih terlihat tidak bersemangat! Padahal diriku setiap hari selalu berdebar memikirkannya pernikahanku!'" Ucap Asyla, dirinya juga ingin sekali bertemu dengan Jake tapi ayahnya selalu melarang dirinya.

"Aku? Aku biasa saja!" Ucap Liera, apakah terlalu terlihat jelas? Jika dikatakan hal itu memang benar, sejak berpisah dengan Julian semangat dalam dirinya perlahan menghilang dan membuat Liera kehilangan apa senyuman tulus.

"Biasa saja? Kau tidak sadar Liera? Sekarang itu kau sudah berbeda dengan Liera sebelum menikah dengan Julian, kau lebih diam dan tenang," ucap Asyla, itu benar duduk di samping temannya harus membuat menyesuaikan Liera kini sudah bersikap seperti orang dewasa.

"Benarkah? Aku masih Liera yang sama, aku tidak berubah." Ucapnya, dia memang tidak bisa menutupi dirinya dengan baik, merusak suasana dengan dirinya yang sedang kacau, pasti Asyla merasakan jelas.

"Ya ampun Liera harus berapa kali aku mengatakannya, aku benar-benar kau tidak ada semangat untuk melakukan hal lain, tubuhmu di sini tapi hatimu berada di tempat lain itulah yang terjadi." Ucap Asyla.

Liera tersentak dengan ucapan itu, benarkah hatinya berada di tempat lain tapi dimana itu? Di tempat yang hanya didominasi warna putih dan aroma obat begitu tercium kuat.

"Ya ampun Liera harus berapa kali aku mengatakannya, aku benar-benar kau tidak ada semangat untuk melakukan hal lain, tubuhmu di sini tapi hatimu berada di tempat lain itulah yang terjadi." Ucap Asyla.

Liera tersentak dengan ucapan itu, benarkah hatinya berada di tempat lain tapi dimana itu? Di tempat yang hanya didominasi warna putih dan aroma obat begitu tercium kuat.

"Asyla, aku ingin membicara hal serius padamu tentang apa yang terjadi padaku dan Julian."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status