Share

chapter 73 - Still Wishing

Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.

Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.

Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan.

"Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian melihat dirinya jatuh bersama pria yang dirinya selamatkan, dengan posisi kepalanya menghantam keras pembatas jalan.

Seketika Julian merasakan benturan itu juga di kepalanya, dia sampai terduduk di jalan sambil memegang kepalanya, dirinya masih ingat terus menerus ingatannya, lalu sampai berubah menjadi berada di rumah sakit.

Julian kini menatap dirinya yang terbaring di ranjang, tatapan teralihkan saat seorang gadis berlari masuk ke dalam, dengan air mata yang membasahi pipinya, bola mata Julian terbuka lebar, Itu Leira. Melihat keadaan itu membuat sesak dadanya hingga Julian harus mengusap dadanya.

"Apa yang terjadi padamu, Julian? Maafkan aku, aku janji tdak akan pergi lagi,"

Julian mulai mengerti kenapa saat itu Leira begitu kecewa saat dirinya tidak mengenalinya, Julian terus melihat kejadian seperti itu layaknya sebuah film yang hanya berwarna hitam dan putih, hingga dimana Leira yang tertidur sampai menunggunya terbangun.

"Apa kita saling mencintai?" Tanya Julian dalam dirinya, jika saling mencintai kenapa harus dirinya lupa tentang Leira, apa karena terlalu mencintainya hingga rasanya tidak bisa membuat Julian melupakannya.

Julian membuka kedua matanya, saat merasa sebuah petikan jari terdengar di telinga, dia mengusap air matanya yang mengalir, bingung tapi terapi ini sedikit membantu, dan benar terapi ini memberikan efek, baru beberapa detik membuka mata Julian langsung merasa kepalanya begitu pusing.

"Aku membangunkanmu karena kamu berusaha untuk memaksakan diri, kamu sudah berteriak dan merasakan sakit hanya melihat alam sadar itu, jadi untuk ini kita selesaikan sekarang," Ucap Sang dokter, dia juga sudah mencatat seluruhnya dan karena ini tahap awal tidak bisa terlalu membiarkan waktu lama untuk Julian, pria itu harus beradaptasi dahulu.

Julian mengangguk, dia mencoba untuk bangun dari ranjang, tapi sakit di kepalanya luar biasa rasanya, membuatnya harus berpegangan agar tidak jatuh, hingga akhirnya Julian hanya bisa melihat kegelapan setelah memejamkan matanya.

"Pasien Julian!"

Teriak dokter itu membuat kedua orang yang menunggu di luar terpaksa membuka pintu ruangan, Sean dan Jake langsung berlari mendekati Julian yang sudah tergeletak di lantai walau dokter berusaha membangunkannya.

Jake tahu, karena selama ini membantu Sean dalam penyembuhannya, pria itu juga berulang kali jatuh pingsan saat terapi terakhir, tapi melihat Julian entah kenapa Jake selalu tahu.

"Apa yang terjadi pada kakak Julian?" Tanya Sean, setelah memindahkan sang kakak ke ranjang ruang rawat, Sean bertanya pada sang dokter.

"Inilah resiko ringan yang dirinya terima, semakin lama ingatannya kembali efeknya akan semakin besar, jadi pertimbangkan kali untuk melakukan lagi, aku selalu menyarankan untuk menyuruh kalian yang membuatnya mengembalikan ingatannya," Ucap sang dokter.

"Untuk saat ini semua proses berjalan baik, Pasien Julian hanya perlu istirahat saja,"

________

Leira duduk sambil menikmati ice americano, ini pertama kalinya dirinya menikmati kopi pahit itu, tapi lama-lama rasanya menyenangkan, sedikit mengurangi pikiran dalam dirinya karena kepahitan itu, Leira menghela nafas. Aneh kenapa dirinya jadi merasa sudah dewasa, sejak Julian mengajarkan dirinya tentang banyak hal, Leira semakin bisa beradaptasi dengan kakak keira atau istrinya.

Dia duduk di sebuah cafe sambil menunggu sang kakak dan ibu yang menemui seseorang, tatapannya tertuju pada jalanan kota, akhirnya pekan memang selalu ramai bukan? Jadi, wajar jika jalan di penuhi banyak orang.

Tatapan Leira beralihkan saat ponsel di dalam tasnya berdering, tangan terulur untuk melihat, baru saja berharap jika Julian menghubungi, tapi nama Asyla tertulis jelas disana.

Jadi menambahkan pertanyaan dalam dirinya, apa yang sedang pria itu lakukan? Bagaimana dengan kondisinya? Apakah dia tidak berniat mencari dirinya?

"Ya, Asyla?"

Asyla :"Leira? Kamu tidak lupa bukan dengan pernikahanku minggu depan? Aku sudah pakaian yang akan kau gunakan nanti, Leira aku harap kamu mau menjadi pendampingku nanti,"

Leira mengusap keningnya, bagaimana dirinha bisa lupa hari penting sahabatnya, bahkan Asyla sampai mengingatkan, seharusnya tidak boleh seperti ini, Leira harus mencoba untuk melihat dunia lagi, dia tidak bisa terpuruk pada keadaan sedih ini.

"Terima kasih Asyla, aku pastikan akan ada di sampingmu di hari penting itu, aku akan segera melihat barang yang kamu kirim, karena saat ini sedang berada di luar," Ucap Leira, pantas saja kemarin ibunya terus mengatakan jika ada paket untuknya.

Asyla :"Aku senang mendengarnya, bagaimana kabar Julian? Atau kau sedang keluar bersamanya?"

Leira terkejut, apakah Asyla tidak tahu tapi seharusnya dokter jake memberitahu bukan?

"Asyla, sepertinya aku ada urusan penting, jadi aku akan menghubungimu lagi nanti, kamu pasti gugup bukan untuk pernikahanmu ini, banyaklah istirahat dan sampai jumpa,"

Leira memutuskan sambungan itu secara sepihak, dia tidak tahu harus mencerita bagaimana nantinya, Asyla tidak boleh terlibat oleh masalahnya, gadis itu sudah sibuk dengan pernikahannya, jadi biarkan saja nanti dirinya bercerita pada temannya.

"Kenapa? Kenapa aku sekarang terus berusaha menghindari? Liera, ayolah! Kenapa kamu seperti ini!" Tanya Leira pada dirinya, gadis itu mengusap wajahnya dan berulang kali menghela nafa, rasa lelah ini terus membuat dirinya tidak bisa berpikir apapun.

"Aku tidak bisa seharipun berhenti meyakini apa pilihanku!"

"Kenapa? Kenapa pergi kebahagian itu, kenapa malah jadi semakin buruk seperti ini?"

Leira tersentak saat seseorang menyentuh bahunya, dia menolah kebelakang dan melihat sang kakak bersama sang ibu, dia mencoba menunjukan senyuman terpaksa pada mereka.

"Kenapa kalian lama sekali? Aku menunggu cukup lama disini," Ucap Leira, dia mengambil ponsel miliknya dan kembali memasukkannya ke dalam tas.

"Tapi aku harus rapat dadakan dengan managerku dan ibu juga harus ikut karena ibu asistenku, ayo kita pergi sekarang!"

Leira mengangguk dia mengambil americano yang tinggal setengah, membawanya ikut bersamanya meninggalkan cafe.

"Kemana kita akan pergi?" Tanya Leira, saat dirinya sudah masuk ke dalam mobil, tangan sibuk memasang sabuk pengaman untuk dirinya.

Keira yang sudah menyalakan mesin mobil menolah ke arah belakang, melihat sang adik dan sang ibu.

"Entahlah, yang penting kita menghabiskan waktu bersama."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status