Share

chapter 75 - Miss U

MISS U

Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.

Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.

Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?

Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?

"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini.

"Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku berusaha melakukan terbaik." Ucap Liera, dia sudah janji akan menemani Asyla kenapa dirinya malah merusak dan membuat Asyla khawatir pada dirinya.

"Liera, lihatlah kedepan dan tolong bertahan sebentar."

Liera mengikuti apa yang Asyla, saat menatap lurus ke arah altar, bola mata Liera langsung merespon dan menemukan Julian yang berdiri di antara Jake dan Sean, degup jantungnya tahu kapan waktunya untuk berdetak, tanpa sadar membuat Liera tersenyum.

Hingga akhirnya Liera harus berhenti di depan altar saat tangan Asyla sudah bertemu dengan jake, peristiwa dimana akan dimulainya sebuah ikrar janji.

Liera tidak bisa menyangka akan berdiri di samping Julian, tubuhnya tersentak saat aroma Julian masih seperti dahulu, bisakah sekarang Liera mengatakan jika dirinya sungguh merindukan sosok itu, merindukan bagaimana hangat tangan itu dan tatapannya, segala hal yang selalu ingin Liera dapatkan.

'Aku merindukanmu Julian, apakah kamu juga merasakan hal itu? Merindukanku?' Tanya Liera dalam hatinya, dia hanya menunduk sambil menatap buket bunga yang ada di tangannya, dia akan memberikan buket bunga setelah Asyla dan Jake mengikrarkan janji mereka.

Dahulu Asyla juga melakukan hal itu untuknya, kini dirinyalah yang melakukannya, Liera bisa merasakan bagaimana rasa pernikahan yang menyatukan kedua yang saling mencintai, rasanya sungguh mengharukan dan bahagia.

Liera jadi tersenyum lagi saat melihat sahabatnya kini sudah resmi menjadi pasangan seumur hidup, dia melangkah untuk memberikan buket bunga poda Liera tapi perhitungan kurang tepat, Liera seharusnya melihat anak tangganya.

"Liera!"

Bola mata Liera terbuka lebar saat namanya disebutkan, dengan tangan yang memeluk tubuhnya, Liera perlahan menoleh untuk melihat bagaimana kini Julian tetap ada di belakangnya, tatapannya bertemu dengan pria itu tapi ketika melihat lebih lekat, kenapa liera masih belum melihat cinta di mata itu?

Apa yang kamu harapkan Liera, dia tahu namamu tapi tidak tahu siapa dirimu.

"Terima kasih," ucap Liera, dia melepaskan tangan Julian di tubuhnya, kembali melangkah untuk memberikan milik Asyla.

"Selamat atas pernikahan kalian, aku harap kamu bisa menjaga Asyla dengan baik dan Asyla, bahagialah selalu." Ucap Liera saat dirinya menyerahkan buket bunga itu.

Lalu membalik tubuh untuk kembali turun, bohong jika Liera tidak bisa menghindari untuk tidak melihat Julian, bagaimana jika pada akhirnya memang harus berakhir seperti orang asing.

Liera melewati red carpet disaat orang-orang memberikan tepuk tangan saat pengantin melakukan pertukaran cincin dan berciuman, dia menjauhkan dirinya dari sebagian yang hanya sebentar dirinya rasakan.

Liera hanya duduk diam di balkon saat pesta dimulai, tidak ada teman yang dirinya kenal, ibu dan Kiera saat ini sedang sibuk dengan jadwal padat mereka, hanya dirinya yang tidak punya pekerjaan, tentang kuliah. Liera tidak bisa masuk ke jurusan yang dirinya inginkan, dia juga gagal di tes akhir.

Dan kemungkinan besar, Liera hanya akan berkuliah tahun depan.

Dia melihat pemandangan kota yang indah, pernikahan mewah dan menjadi sorotan media, sangat beruntung sekali Asyla bisa merasakan hal itu.

Liera memejamkan matanya saat angin kebetulan menerpa dirinya, sedikit memberikan refleks pada tubuhnya, hal yang terpenting Julian baik-baik saja dan dia terlihat jauh lebih sehat, seperti hanya dirinya yang tidak bisa memahami kondisi dirinya.

"Kenapa?"

Liera tersentak hingga menolehkan kepalanya ke belakang, tatapan langsung tertuju pada Julian yang berdiri di belakang dirinya, mengunci Liera di balkon itu dengan kedua tangannya, Liera tidak tahu apa keinginan pria itu. Tapi bisakah hal ini lebih lama? Sepuluh menit atau setidaknya menit sudah cukup.

"Kenapa Liera?" Tanya Julian, dia bertanya tanpa tahu kenapa dirinya menanyakan hal itu, dia kecewa saat Lieda mencoba mengabaikan keberadaannya.

"Kau mengabaikanku, aku datang kesini hanya ingin bertemu denganmu, aku tahu jika kamu ingin bercerai denganku tapi aku tidak bisa! Aku tidak mau kehilanganmu." Ucap Julian, terapi kedua benar-benar membawa Julian pada seluruh ingatannya, walau dirinya terbaring selama dua hari setelahnya.

Tapi setidaknya sekarang dia sudah kembali.

"Aku harus pergi." Liera tidak ingin bersama Julian bukan karena takut dilupakan saja, tapi ketakutan akan berpisah dengannya lebih tinggi. apalagi tentang perjanjian, Liera sungguh membenci itu.

"Tidak!" Julian menahan pergelangan tangan Liera dan memeluk kembali tubuhnya, bagaimana bisa dia membiarkan perpisahan itu terjadi.

"Julian, lepaskan aku, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian." Ucap Liera dengan sedikit melakukan perlawanan.

"Diam! Tidak akan aku biarkan kau pergi lagi, kau milikku dan selama okan seperti itu, Liera memejamkan matanya, tangannya meremas kuat jas yang Julian kenakan, kenapa? Percuma bersama jika kita akan berpisah.

"Aku disini Liera, aku tidak pernah melupakanku, maafkan aku atas segala hal yang terjadi, kau pasti merasa kecewa karena aku menyembunyikan semua ini padamu." Lanjut Julian, tidak bisa dipungkiri jika kini Julian sangat merasa menyesal.

"Dan Aku merindukanmu."

Dan Liera menangis mendengarkan ucapan itu, rasanya sangat melegakan karena Julian mengatakan kata yang baru Liera tanyakan, bahagia pada akhirnya yang di hadapannya adalah pria,yang dirinya cintai.

"Kenapa? Kenapa baru sekarang!? Kenapa kamu membuatku khawatir dan takut Julian! Aku membencimu!" Ucap Liera, gadis itu menggunakan kedua tangannya untuk memukul dada bidang pria itu, melampiaskan rasa kekesalannya.

Julian tersenyum, akhirnya. Dirinya pikir Liera akan sulit untuk diajak bicara, setidaknya itulah yang terjadi, setidaknya belum ada kata terlambat, Julian mencakup wajah Liera.

Menundukan kepalanya lalu menyatukan bibir mereka sebagai satu rasa rindu yang harus tersalurkan, di tengah-tengah ramainya banyak sekali para undangan yang sedang berdansa.

Dan disisi lain ada sebuah pertemuan yang bisa dikatakan sebuah takdir.

Kiera yang menyusul datang ke pernikahan Asyla karena dia pikir Liera butuh teman disana, malah berakhir bertemu dengan pria tampan yang tidak sengaja dirinya tabrak.

Dan keduanya terjebak dalam situasi yang membingungkan dimana tiba-tiba Sean mengajaknya untuk berdansa padahal Kiera bukan wanita yang mudah untuk diajak berdansa seperti itu.

"Kau terlihat cantik, haruskan aku menikahimu lagi?"

"Diamlah, aku sedang tidak ingin di ragu!"

"Istriku sedang marah ternyata, lucu sekali"

"Julian! Menyebalkan!"

Kemudian hari bahagia itu menjadikan sebuah pertemuan untuk beberapa orang dalam memulai sebuah hubungan, ada yang kembali bersama, bertemu cinta masalah lalu atau sebuah pertemuan untuk menemukan cinta.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status