"Jose apa yang sedang kau lakukan?" Lexa protes dengan aksi Jose yang kini sudah menduduki perutnya dalam keadaan polos. Ia melihat wajah Jose memelas sambil menatap wajahnya secara intens. Kedua tangannya sudah ditangkap oleh Jose."Jangan menyiksaku, aku tidak tahan jika harus menahannya lagi." ucap Jose penuh nafsu."Menahan apa?" goda Lexa."Kau tahu itu," Jose menggerakkan kejantanannya yang sudah menegang di atas perut Lexa. Menggesek perut ramping itu untuk memberitahu Lexa jika dirinya kini sangat menginginkannya."Aku lelah," Lexa berusaha melepaskan tangannya."Please, aku sudah menahannya sejak dari kantor tadi." pinta Jose yang suaranya sudah berubah serak. Ia langsung melumat bibir Lexa pelan lalu menyesapnya dalam.Lexa menatap Jose penuh cinta. Perasaan cintanya kepada laki-laki itu semakin dalam. "Lepaskan tanganku."Jose menuruti permintaan Lexa, ia tahu jika istri kecilnya itu tidak akan menolaknya malam ini. Kedua mata biru itu juga sedang tersulut gairah. Kini ia ha
Empat jam yang lalu.Ruth baru saja pulang dari Eropa bersama Joseph. Sejak dulu ia sudah menemani ke manapun suaminya pergi berbisnis ke luar negri. Sejak kecil pun Jose sering mengikuti mereka jika sekolahnya libur.Ruth dan Joseph saling berpandangan karena melihat Lexa menangis sesegukan. Menantunya itu sedang duduk di sofa sambil menghapus air matanya. Tumpukan tisu berceceran di meja dan lantai. Sedangkan para pelayan hanya berdiri tidak jauh dari Lexa."Lexa sayang." panggil Ruth."Mom, Dad," Lexa terkesiap melihat mertuanya sudah berada di dekatnya. "Sejak kapan kalian pulang?" Lexa buru-buru menghapus air matanya."Baru saja," Ruth memerintahkan kepada salah satu pelayannya untuk membersihkan tumpukan tisu kotor bekas dari Lexa."Sayang, sebaiknya kau beristirahatlah nanti aku menyusul." Ruth menyuruh Joseph untuk masuk ke dalam kamarnya."Baiklah, Sayang," Joseph mencium pipi Ruth. "Lexa, Daddy bersih-bersih dulu, jika ada masalah cerita saja dengan Mommymu, jangan sungkan."
"Mom," Jose menoleh saat Ruth keluar dari kamarnya setelah mendengar keributan antara Jose dan Lexa."Jose, mungkin dia hamil." Ruth yang sudah berpengalaman bisa menebak jika sumber kegaduhan rumah tangga putranya itu karena hormon Lexa yang tidak stabil. Karena Ruth mengenal Lexa sebagai pribadi yang tenang dan tidak manja. Tapi sekarang Lexa berubah menjadi sensitif dan gampang menangis."Benarksh? Bibir Jose tersenyum lebar. Ia tidak menyangka jika dirinya akan secepat itu mempunyai anak."Mom," Jose merentangkan kedua tangannya."Selamat, Sayang. Mommy juga ikut senang karena akan segera mempunyai cucu. Ingat pesan Mommy; jangan sampai kau sia-siakan Lexa demi wanita lain. Kau akan menyesal jika menyakiti hatinya. Apalagi jika kalian sudah mempunyai anak. Jangan sampai cucuku menjadi korban dari perceraian." Ruth memeluk Jose sambil memberikan nasihat."Mom, bagaimana aku bisa berpaling kepada wanita lain kalau aku sangat mencintai Lexa.""Siapa yang tahu kau kembali kepada kebias
"Usia kandungannya masih dua minggu. Masih berupa gumpalan daging kecil di Rahim anda, Nyonya." Dokter menunjuk monitor komputer."Hamil," gumam Lexa sambil mengelus perutnya yang masih rata.""Terima kasih, Sayang." Jose memeluk Lexa yang masih terbaring di atas brankar."Tidak disangka kita akan mempunyai anak secepat ini." Jose mencium puncak kepala Lexa.Lexa masih terlarut dalam lamunannya. "Hamil, aku hamil, ada anak dalam perutku." Tatapan mata Lexa menerawang."Alex sayang, hei, ada apa?" Jose menepuk lembut pipi Lexa."Jo," Lexa terkesiap lalu menangis. "A-aku hamil," Lexa seakan tak percaya, sepertinya kemarin baru saja bertemu Jose, jatuh cinta, menikah dan sekarang sedang hamil?"Iya, Sayang, di sini ada anak kita." Jose menghapus air mata Lexa yang berada di kedua pipinya."Permisi, Tuan." Suster datang menginterupsi Jose dan Lexa untuk mengelap sisa gel yang berada di perutnya.Jose minggir memberikan tempat agar suster itu bisa lewat."Dokter apakah ada obat, vitamin yan
Jose langsung memeluk Lexa untuk mencegahnya keluar kamar. Lexa melolong, ingin melepaskan diri."Alex, dengarkan aku. Sekarang masih pagi, aku tidak ingin mereka kaget melihat wujudmu yang merupakan seekor serigala. Mereka akan heboh untuk menangkapmu. Kau lupa kau sedang hamil? Aku takut terjadi hal buruk dengan bayi kita. Kumohon mengerti itu, kau adalah seorang ibu sekarang." Jose mengelus punggung Lexa yang dipenuhi bulu-bulu berwarna merah.Jose mengurai pelukannya lalu menatap Lexa yang masih berwujud serigala. Ia mengelus puncak kepala Lexa lalu menatap mata merah Lexa dalam. Dulu ia sangat ketakutan melihat wujud serigala Lexa, tapi kini ia sudah terbiasa. Menurutnya imut juga Lexa dalam wujud seekor serigala berbulu merah."Ada bayi kita di dalam sini," Jose mengelus perut Lexa. Bayi mungil buah cinta kita. Dan aku sangat menyayanginya."Lexa berkedip lalu menatap Jose dengan tatapan manja."Ya, aku juga sangat menyayangimu. Kau tahu itu, kan?" Lexa memejamkan matanya lalu be
"Aku tahu," Jose mengeratkan pelukannya."Jadi izinkan aku mengunjungi pegunungan Siberia.""Aku masih saja belum rela jika kau ingin kembali ke sana. Aku ingat saat bulan madu kita, kau bertempur beberapa kali yang membuatmu terluka. Sekarang ada dua bayi di dalam rahimmu. Aku takut…." Jose mengingat pertempuran antara Lexa bersama, Alexander, Anya dan serigala liar lainnya."Maka dari itu, mereka harus mendapatkan kekuatan dari Dewi Bulan. Mereka adalah penerusku, salah satu dari mereka akan menggantikan posisiku sebagai ketua klan. Mempunyai kekuatan khusus itu adalah suatu kewajiban untuk melindungi klan dan dirinya."Maafkan aku, Alex. Aku lupa akan itu.""Tidak apa," Lexa mengelus perut buncitnya. "Ada dua bayi di dalam rahimku. Satu akan menggantikanku di Klan Bulan Merah menjadi ketua klan. Satu lagi akan menggantikanmu di Armando Corp menjadi CEO. Adil, kan?""Tapi ….""Tentu saja dengan persetujuan dari mereka. Jika tidak ada yang mau menggantikanku di Klan Bulan Merah, aku t
"Kau mau pergi ke mana, Xander?" Ema menggeliatkan tubuhnya setelah merasakan ranjangnya bergerak."Aku ada urusan, Ema.""Oke, setelah urusanmu selesai. Kau harus cepat pulang, aku tidak ingin sendirian." Ema bangkit dari ranjang lalu memeluk tubuh Xander dari belakang. Ia sudah terbiasa polos tidak mengenakan apa pun saat bersama Xander. Karena laki-laki itu membutuhkan tubuhnya untuk dijadikan pelampiasaan saat mereka bertemu. Seperti saat ini, Ema tidak merasa canggung menempelkan tubuh polosnya di punggung Xander yang juga masih polos."Jangan manja, Ema. Aku ada urusan penting. Tidak bisa dipastikan pulangnya."Ema melepaskan pelukannya saat mendengar suara Xander yang dingin."Xander, kau…." Ema teringat jika perilaku dingin ini ia lihat seperti delapan bulan yang lalu. Saat…"Apakah Lexa telah kembali?" tebak Ema."Bukan urusanmu Ema, kau hanya perlu baik-baik di sisiku. Melayaniku jika aku membutuhkanmu. Bukankah Kau sudah tahu posisimu di dekatku?""Kau lupa, hem?" Xander mem
"Alexander Druva," gumam segerombolan pengacau yang melihat laki-laki yang berdiri membelakangi mereka adalah Alexander Druva. Sepupu Lexa yang terkenal mahir bertarung Dan sangat kejam saat melumpuhkan musuh-musuhnya."Pergi dari sini jika kalian menginginkan nyawa kalian selamat." ucap Xander dingin.Segerombolan pengacau itu saling berpandangan."Oh, kalian tidak ingin pergi rupanya." Alexander mengepalkan tangannya bersiap untuk menghajar mereka. Ia paling tidak suka jika ada seseorang yang mengabaikan perintahnya. Lagi-lagi mereka saling lirik."Hajar saja, jumlah kita lebih banyak." ucap salah satu dari pengacau itu."Tapi dia terkenal sangat kuat." timpal yang lainnya."Jadi, bagaimana ini? Mau dilanjutkan apa tidak?""Kita hajar saja dia, kalau kita tidak mencoba. Mana kita tahu, kita mampu atau tidak?""Oke, bersiaplah karena kalian semua setuju."Xander tersenyum miring mendengar perundingan mereka yang ingin membunuhnya."Satu, dua, tiga…."Gerombolan pengacau itu bersamaan