Hati Qeiza berdebar-debar. Ini adalah malam pertamanya dengan Dae Hyun. Dia salah memilih waktu untuk mandi. Seharusnya dia membersihkan diri lebih awal, bukan selepas isya begini. Ah, kalau saja dia tidak ketiduran karena kelelahan. โTapi, kitaโโ Sanggahan Qeiza terputus lantaran Dae Hyun telah membungkam mulutnya dengan lumatan lembut. Qeiza gelagapan. Detak jantungnya semakin berpacu. Dia baru saja kehilangan ciuman pertamanya. Terdengar konyol memang. Di saat teman-teman seusianya sudah kaya dengan pengalaman tentang hubungan lawan jenis, Qeiza malah belum tahu apa-apa. Dia buta akan segala hal tentang cinta. Fokusnya hanya mengejar mimpi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Wajahnya memerah ketika Dae Hyun memberinya kesempatan untuk bernapas. Pipinya memanas karena malu, tetapi dia juga sangat menyukai sensasi rasa yang diperkenalkan Dae Hyun kepadanya. โApa itu tadi ciuman pertamamu?โ Dae Hyun kaget mendapati Qeiza masih sangat kaku. Wanita itu tak merespons perlaku
โKau cantik sekali, Sayang โฆ.โ Sorot mata Nyonya Kim memancarkan bias kekaguman dan rasa bangga akan status baru Qeiza sebagai menantunya. โDae Hyun sangat beruntung mendapatkanmu sebagai istri.โ โEomma โฆ.โ Qeiza tersipu malu. Tamu undangan sudah membubarkan diri. Kini tinggallah keluarga Tuan Kim. Bersiap untuk meninggalkan aula pernikahan itu. Tuan Kim menepuk pundak kiri Dae Hyun. โAe Ri sekarang sepenuhnya menjadi tanggung jawabmu.โ โTentu, Appa. Aku janji akan menjaga dan membahagiakannya.โ Dae Hyun meyakinkan Tuan Kim disertai tangannya yang refleks merangkul pinggang Qeiza. Sebuah mobil pengantin bergerak pelan dan berhenti tepat di hadapan Dae Hyun dan keluarganya. โPergilah!โ ujar Nyonya Kim ketika Qeiza pamit dengan pandangan mata. Dae Hyun segera menggandeng tangan Qeiza, siap berjalan menuju mobil. Ansel menepuk pundak Xander. Memaksa lelaki itu berhenti saat dia melihat Qeiza dan Dae Hyun semakin dekat ke mobil mereka. Buru-buru Ansel turun dari mobil dan berlari
Pupil mata Dae Hyun membesar melihat penampilan Qeiza. Memancarkan kehangatan cinta dari lubuk hati. Ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di perut Dae Hyun ketika Qeiza tiba di dekatnya. Nyonya Kim mengarahkan gadis itu untuk langsung duduk tanpa menoleh kepada calon suaminya. Dae Hyun bergegas ikut duduk di sisi kanan Qeiza. Penghulu siap mengulurkan tangan kepada Dae Hyun untuk memulai prosesi ijab kabul. Dengan keringat bercucuran, Dae Hyun menyambut uluran tangan penghulu. Qeiza sengaja tak menghubungi pamannya dengan alasan jauh. โSaya terima nikah dan kawinnya Anindira Qeiza Pratista binti Pratista Bumantara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.โ โSaaah!โ Helaan napas lega dan teriakan kata sah bergema memenuhi aula pernikahan tersebut setelah Dae Hyun berhasil melafalkan ucapan kabul tanpa hambatan. Tangan-tangan dari jiwa para perindu rida Allah segera menadah ke langit begitu penghulu memimpin doa. Dae Hyun dan Qeiza memutar tubuh agar saling berhadapan. Detak jantun
โKenapa kau terobsesi sekali sama aku?โ โAku tergila-gila padamu. Aku โฆ tak bisa hidup tanpamu.โ โKau baik-baik saja selama empat tahun,โ ujar Qeiza. โKau pasti juga akan hidup dengan baik untuk selanjutnya.โ โQei, please โฆ beri aku kesempatan!โ โAku tak bisa.โ โKenapa? Apa kau benar-benar sangat membenciku?โ โAku telah melarung pecahan hatiku di lautan air mata,โ kata Qeiza. โSia-sia bila kau bersikeras ingin menyatukannya lagi.โ Ansel merasa hatinya seakan baru saja dikoyak oleh taring-taring tajam hewan buas. Sangat sakit dan perih. Langit mendadak mendung. Cuaca di musim gugur memang tak menentu. Hujan bisa turun kapan saja. Sama seperti hati Ansel yang juga tersaput awan kelabu kesedihan. โMaaf, Ansel!โ ujar Qeiza. โMulai sekarang, berhentilah mengejarku!โ โTapi โฆ aku benar-benar tertarik padamu, Qei,โ sahut Ansel. Masih berjuang meyakinkan Qeiza akan kesungguhan perasaannya terhadap wanita itu. โTerima kasih. Aku merasa tersanjung.โ โJadi, apa kau mau mempertimbangka
โSekarang sebaiknya nikmati sarapan kalian,โ ujar Nyonya Kim, menghentikan obrolan Dae Hyun dan Qeiza. Dia menyodorkan piring yang sudah terisi penuh kepada suaminya. Di saat bersamaan, Dae Hyun juga melakukan hal yang sama untuk Qeiza. โAigoo โฆ aku senang sekali melihat kaliar akur begini.โ Mata Nyonya Kim berbinar terang tatkala memandangi Dae Hyun dan Qeiza silih berganti. โKita harus secepatnya menikahkan mereka,โ timpal Tuan Kim. โAku takut Dae Hyun akan selalu mencuri kesempatan untuk melewati batas.โ Ucapan Tuan Kim sukses membuat pipi Dae Hyun memerah laksana kepiting rebus. Dia masih belum berhasil mengungkapkan perasaannya pada Qeiza, tetapi ayahnya sudah menyinggung soal pernikahan. Dae Hyun terbatuk gara-gara menelan makanannya dengan tergesa-gesa. Bergegas dia menyambar gelas yang disodorkan Qeiza. โPelan-pelan makannya,โ tegur Nyonya Kim. โKau juga masih harus menunggu appa-mu, kan?โ Hari itu, Tuan Kim berencana untuk memperkenalkan Dae Hyun sebagai calon penggant
Mendengar gumaman Qeiza, Nyonya Kim menarik album foto tersebut dari tangan Qeiza. Dia juga ingin melihat foto yang menyebabkan air mata Qeiza semakin membanjiri wajahnya. โJangan ambil, Eomma!โ Qeiza berusaha merebut kembali album itu dari tangan Nyonya Kim. โAku sangat merindukan mama sama papa.โ Nyonya Kim memandangi wajah gadis kecil di foto tersebut, lalu beralih pada muka Qeiza. Membandingkan keduanya. Tiba-tiba, dia menghambur memeluk Qeiza. โAnakku โฆ.โ Cairan hangat membanjiri pipinya. โMaafkan aku! Ternyata kau sangat dekat selama ini, tapi โฆ aku tak mengenalimu.โ Setelah cukup lama berpelukan dalam tangis, Nyonya Kim mengangkat wajah Qeiza. Dia menyeka air mata gadis itu dengan jari. โTerima kasih kau kembali pada kami, Sayang!โ Nyonya Kim mengecup kening Qeiza. Tuan Kim juga menyeka air matanya. Dae Hyun tertegun. Dia kehilangan kata-kata. Perasaannya campur adukโantara senang dan haru. Entah berapa lama Qeiza terus memandangi wajah kedua orang tuanya dengan tatapan
Qeiza menepuk kedua pundak Dae Hyun. โTurunkan aku di sini!โ pintanya ketika tiba di depan pintu kamar orang tua angkatnya. Dia tidak mau Nyonya dan Tuan Kim melihat Dae Hyun menggendongnya. Dae Hyun segera berjongkok memenuhi permintaan Qeiza. Dia membimbing wanita itu masuk ke kamar orang tuanya. Nyonya Kim bergegas menyongsong Qeiza. โKau tidak harus datang ke sini,โ ujarnya. โKau juga perlu istirahat.โ Qeiza mengangkat kakinya sedikit. โIni hanya cedera ringan, Eomma,โ sahutnya. โAkan segera membaik.โ Qeiza berjalan dengan sebelah kaki mendekati kursi yang disediakan Dae Hyun di dekat tempat tidur ayahnya. โWajah Appa tampak lebih cerah setelah tiba di rumah.โ Qeiza mencandai Tuan Kim yang melayangkan senyum kepadanya. โTentu saja! Tak ada tempat yang lebih nyaman daripada rumah sendiri.โ โAigoo โฆ kalau begitu, kau harus menjaga kesehatanmu dengan baik,โ timpal Nyonya Kim. โBenar, Appa!โ sambut Qeiza. โSudah saatnya Appa bersantai di rumah.โ Tuan Kim melirik Dae Hyun. โIt
Ansel berjalan dengan mengendap-endap, keluar dari tempat persembunyiannya menuju pintu masuk rumah Dae Hyun. Sesekali dia menoleh ke belakang, memastikan tak seorang pun memergoki aksinya. Ujung jari Ansel baru saja hendak menyentuh gagang pintu ketika dia merasakan sebuah tangan kekar menarik kerah bajunya dari belakang. Ansel memutar kepala ke kanan. Penjaga rumah Dae Hyun langsung menyambutnya dengan tatapan garang. โBukankah seharusnya Anda sudah pulang?โ Ansel tersenyum kecut. โAku belum pamit sama Ae Ri,โ sahutnya. โTuan Muda Kim meminta saya untuk tidak membolehkan siapa pun masuk rumah sebelum dia pulang,โ balas penjaga rumah itu, masih dengan wajah tak bersahabat. โJadi, silakan pulang sekarang!โ Ansel memasang wajah memelas. โSebentar saja โฆ biarkan aku ketemu Ae Ri sebelum pergi.โ โNona Muda Kim butuh istirahat. Dia tidak boleh diganggu.โ Air muka Ansel berubah keruh karena putus asa. Penjaga rumah itu tidak mempan dirayu. Dia hanya bisa menoleh ke lantai atas saat
Qeiza terlonjak duduk. Dia berpegangan pada kedua lengan kursi lantaran kaget mendengar suara gelegar pintu didorong dengan kasar. Mulutnya ternganga ketika melihat Ansel muncul di kamarnya. Roman muka Ansel yang semula memerah karena marah, mendadak berubah risau tatkala melihat Qeiza meringis kesakitan. โKโkakimu kenapa?โ Ansel mendatangi Qeiza. Matanya terpaku pada pergelangan kaki Qeiza yang terbalut perban elastis. Qeiza menyandarkan lagi punggungnya. Dia mendesah seraya memejamkan mata. โSebaiknya kau keluar sekarang!โ Ansel tak menggubris perintah Qeiza. Dia berjongkok di samping meja. โJangan sentuh!โ larang Qeiza ketika Ansel mengulurkan tangan untuk meraih kakinya. โKenapa? Sakit sekali ya?โ Ansel menoleh pada Qeiza. โKalau kau sudah tahu, harusnya kau membiarkan aku istirahat.โ Qeiza menjawab acuh tak acuh. Meskipun dia tak lagi membenci mantan suaminya itu, dia juga tidak berharap untuk bertemu kembali dengannya. Alih-alih menuruti pergi dari kamar itu, Ansel mal