Share

My Perfect Stranger
My Perfect Stranger
Penulis: Chocollacious

Chapter 1: Toko Buku Misterius

“Jadilah istriku, maka kamu akan bisa menemukan jawaban semua misteri yang kamu hadapi selama ini bersamaku!” 

Wanita muda berdiri mematung dan sebenarnya dalam lubuk hatinya ia setengah kesal. Bagaimana bisa pada akhirnya ia harus menikah dengan pemuda yang baru saja ia kenal dalam sehari? 

Tangannya terkepal kuat ingin menampar pipi lembut pemuda tampan itu. Namun, tangan lembut wanita cantik ini tidak tega menampar pemuda itu, karena di sisi lain, ia merasa kasihan padanya. 

Lamaran paksaan itu sudah berlangsung hampir lima menit, tapi wanita muda ini tentunya tidak akan mudah memberikan jawaban yang dapat memengaruhi hidupnya di masa depan. 

‘Haruskah aku menjadi istrinya supaya hidupku bisa terbebas dari semua ancaman yang kuhadapi selama ini?’

*****

Seminggu lalu… 

Wanita ini sedang melakukan sesi pemotretan untuk iklan produk kecantikan. Sorot matanya yang terlihat berkilauan dan juga gigi putihnya tampak bersinar. 

Eleanor Winter. Wanita cantik yang selalu diperbincangkan banyak orang di media sosial selama bertahun-tahun. Entah talentanya, kecantikannya, pendidikannya, dan masih banyak hal lainnya. 

Namun, di balik senyuman cantik yang selalu ditampilkannya, sebenarnya ia memiliki sebuah luka sudah tertanam dalam dirinya sejak dulu. Bisa dikatakan, jangan pernah memandang orang dari luar saja, kita tidak akan pernah tahu jati dirinya sebenarnya seperti apa.

“Oke, stop! Kita akhiri sesi pemotretan hari ini!” pinta sang fotografer profesional yang menangani sesi pemotretan iklan ini. 

Akhirnya Eleanor bernapas lega setelah melakukan sesi pemotretan yang memakan waktu cukup lama. Eleanor berbincang sekilas dengan semua fotografer dan asisten yang sudah melayaninya selama sesi pemotretan. Lalu, ia kembali menghampiri sang asisten pribadi dan dipakaikan blazer putih menutupi tubuh sexynya terlihat jelas karena dress yang dipakainya terlihat terbuka bagian dada. 

Sorot matanya terpaku pada jam tangan mewah di pergelangan tangan kirinya menunjukkan hari sudah malam. 

Senyuman bahagia terpampang pada wajah cantik itu, menandakan ia harus melakukan sesuatu di kediaman mewahnya. Di benaknya, sofa dan ranjang mewah sedang menanti kedatangannya. “Ini sudah malam. Sudah waktunya aku pulang!” 

“Kalau begitu, aku menemanimu sampai di depan apartemen.”

Eleanor menempelkan jari telunjuk di bibir asistennya dengan wajah angkuh. “Tidak usah, Alice. Kamu sebaiknya pulang saja beristirahat. Belakangan ini kamu pulang larut malam karena aku.”

Alice tersenyum simpul. Sejenak ia menepuk pundak sang model cantik di hadapannya sekilas.  “Baiklah, aku pulang sekarang. Ingat, kamu dilarang minum wine atau apa pun itu! Besok kamu ada agenda penting yang harus kamu lakukan!”

Eleanor memutuskan menghampiri sebuah toko buku setelah membaca sebuah artikel sedang trending di media sosial. Toko buku yang penuh misteri bagi semua orang dan bahkan sangat istimewa. Karena toko buku itu bukan toko buku biasa yang membuat rasa penasarannya sangat tinggi. 

Tampak dari luar terlihat seperti toko buku biasa. Namun, jika dilihat dari segi interior, toko buku itu terlihat seperti perpustakaan yang biasanya ada di film fantasi berbau sihir. 

Eleanor membelalakan mata memandangi keindahan toko buku ini terasa seperti di dalam dunia mimpi. Dengan langkah anggun ia menelusuri toko buku itu meraba buku-buku yang dipajang dan tersusun rapi sesuai abjad. 

Langkah kaki indah itu langsung terhenti. Netra hitam bersinar memandangi sebuah buku sangat menarik baginya meski belum membaca isinya sama sekali. 

Eleanor langsung membuka halaman buku satu per satu. Anehnya semua buku di sini terlihat tidak disegel.

Semakin lama semakin candu membaca buku ini berjudul “My Perfect Stranger”. Namun, dibalik rasa candu, dahinya berkerut dalam sekejap. Entah kenapa alur cerita buku ini terlihat sama persis dengan kehidupannya selama ini. Namanya pun juga sama seperti nama aslinya dan juga semua orang terdekatnya sehingga menambah kerutan di dahi. 

‘Bagaimana penulisnya tahu tentang kehidupanku? Apakah dia seorang penguntit? Tidak! Tidak mungkin penguntit yang selama ini mengincarku. Kalau sungguh penguntit, apa alasan dia menulis kisah kehidupanku dalam buku ini?’

Eleanor menggeleng cepat mencoba membangunkan lamunannya sambil melanjutkan mengamati isi buku ini. 

Hingga pada akhirnya, kosong. Ternyata buku ini masih belum selesai ditulis penulisnya. Lebih anehnya lagi. Nama penulis tidak tertera di buku ini. Tidak hanya buku ini. Semua buku di toko buku ini tidak tertera nama penulis atau nama penerbit. Hanya tertera judul buku dan cover buku yang sengaja dibuat terlihat menarik. 

“Ada yang bisa saya bantu?”

Eleanor tersentak hingga punggung lentiknya hampir menabrak rak buku di belakangnya. Sosok wanita paruh baya berpenampilan elegan menghampirinya. Netra Eleanor terfokus pada penampilan wanita itu yang sangat menarik perhatiannya karena terlihat seperti seorang penjaga perpustakaan di dunia sihir dari ujung kepala hingga kaki. 

Wanita paruh baya itu menundukkan kepala hormat. “Maafkan saya sempat mengejutkan Anda tadi.”

Dengan lincah Eleanor merapikan penampilannya kembali terlihat seperti wanita profesional dalam kondisi masih menggenggam buku misterius itu erat. “Tidak apa-apa. Tadi saya hanya sempat melamun.”

“Anda menyukai buku itu?”

Eleanor kembali terfokus pada buku aneh yang mencatat kisah kehidupannya selama ini. Kepalanya sudah pusing dan bahkan ia sudah menyiapkan banyak pertanyaan. Mungkin baginya bisa menghabiskan waktu hampir satu jam hanya untuk mewawancarai sang pemilik toko buku. 

Belum tentu wanita paruh baya di hadapannya adalah sang pemilik toko buku. Ia harus berbasa basi sebelum memasuki topik utama. 

“Omong-omong, saya adalah pemilik toko buku “Magical”. Jika ada pertanyaan apa pun dari Anda, tentunya saya bisa menjelaskannya pada Anda sampai Anda paham.”

Hampir saja tertawa lepas. Seperti tahu saja isi pikirannya saat ini. Eleanor tidak ingin berbasa basi lagi. Ia harus tahu apa maksud isi buku misterius ini. Apakah sungguh penguntit yang mengincarnya selama ini adalah penulisnya? Atau hanya sebuah kebetulan? 

“Memangnya buku ini sebenarnya buku apa? Kenapa kisah di buku ini terlihat sama seperti kehidupanku selama ini?”

Wanita paruh baya itu tertawa lepas seraya menggeleng pelan. Reaksi Eleanor semakin tampak bingung. Jika sang pemilik toko buku bisa tertawa santai seperti ini, berarti buku misterius yang digenggamnya saat ini bukan buku biasa. 

“Cepat katakan! Siapa penulis buku ini? Kenapa buku ini belum ditulis sampai selesai tapi sudah dirilis? Atau pasti semua buku di toko buku ini juga sama seperti buku yang saya baca.”

“Akhirnya Anda datang mengunjungi toko buku ini setelah saya menunggu lama.”

Tatapan Eleanor langsung melotot dan menelan saliva berat. Ia langsung membuang pikirannya jauh-jauh. Mustahil ia langsung berasumsi pemilik toko buku merupakan seorang penguntit yang mengincarnya selama ini. 

“Eleanor Winter, selamat akhirnya Anda berhasil membaca buku kisah kehidupan Anda sendiri.”

“Kisah … saya?” Kepala Eleanor sedikit miring. 

“Bisa dikatakan, hanya Anda yang bisa membuka segel buku itu.”

“Tunggu sebentar! Tadi saat saya ingin membaca buku ini tidak ada segel apa pun.”

Wanita paruh baya itu melangkah mendekati Eleanor dan menampakkan senyuman lebar. “Semua buku di sini hanya bisa dibuka oleh sang pemilik. Tentunya segelnya tidak bisa dilihat kasat mata. Karena kalian hanya manusia biasa.”

Eleanor merasa dirinya sedang berhalusinasi seraya memegangi kepalanya.  “Jadi, bisa disimpulkan buku ini bukan novel biasa. Lalu, kenapa masih banyak halaman kosong? Sebenarnya siapa sih penulisnya? Saya ingin bertemu dengan penulisnya secara langsung.”

Wanita paruh baya itu menggeleng santai sambil mengibaskan jari telunjuknya. “Anda salah. Justru penulis buku ini adalah Anda sendiri, Eleanor Winter.”

Eleanor perlahan memijit pelipisnya terasa sakit. ia merasa dirinya sedang bermimpi atau efek kelelahan bekerja jadi mudah berhalusinasi. 

Apa maksud semua ini? Bagaimana bisa ia adalah seorang penulis kisahnya sendiri sedangkan pekerjaannya adalah seorang model? Bahkan bisa dikatakan hobinya bukan menulis cerita melainkan membaca cerita. 

Tidak ingin berpikir terlalu lama juga, Eleanor akhirnya memutuskan membuka mulutnya lagi setelah terkunci rapat hampir dua menit. “Saya … penulisnya? Bagaimana bisa?”

“Karena semua buku di sini adalah buku tentang kisah kehidupan manusia.”

“Kisah kehidupan manusia? Tapi, di sini bukan kehidupan sihir. Bagaimana bisa ada buku ajaib mencatat kehidupan manusia secara otomatis?”

Wanita paruh baya itu menepuk pundak Eleanor pelan. “Anda pasti sering mendengar, setiap pergantian tahun, maka semua orang akan menciptakan lembaran baru lebih baik lagi dari tahun-tahun yang telah mereka lewati? Seperti itulah gambarannya. Kejadian penting dalam hidup manusia secara otomatis tercatat dalam semua buku di toko buku ini.”

Eleanor hanya merasa dirinya semakin tidak waras mendengar semua omong kosong ini. Berjalan mondar-mandir dengan panik sambil mempererat memegang buku misterius itu. 

Wanita itu tersenyum tipis. “Saya tahu sulit bagi Anda memercayai semua omong kosong ini. Tapi ada satu hal yang harus Anda ketahui.” 

“Satu hal? Apa itu? Jangan membuat saya semakin terlihat tidak waras setelah mendengar semua omong kosong Anda dari tadi!”

“Tadi Anda sempat bingung dengan sisa halaman kosong itu isinya seperti apa. Hanya buku kehidupan Anda yang seperti ini.”

“Maksudnya?”

“Halaman kosong itu nanti akan menceritakan kisah kehidupan Anda setelah menikah dengan seseorang yang Anda cintai.”

Eleanor berdecak pasrah. Apalagi mendengar perkataan berkaitan dengan pernikahan membuat suasana hatinya semakin tidak enak. Usianya sangat cocok untuk menikah, tapi hingga sekarang ia masih belum berkencan dengan siapa pun. Mungkin buku itu tetap kosong sampai ia menua karena sepanjang hidupnya, ia tidak tertarik berkencan dengan siapa pun. 

“Bagaimana kalau seandainya saya tidak menikah dalam waktu dekat ini? Apakah buku ini akan tetap kosong?”

“Anda akan menikah dengan pemuda itu.”

Eleanor membulatkan mata. “Saya menikah dengan siapa? Bagaimana Anda bisa tahu saya akan menikah? Bahkan selama ini saya belum pernah berkencan dengan siapa pun. Sebenarnya Anda siapa?”

Wanita paruh baya itu menutup buku itu, mendekatkan bibir merah tua menuju daun telinga Eleanor. “Nanti Anda pasti akan tahu. Yang pastinya, pemuda itu memiliki nasib seperti Anda. Hanya dia yang bisa menyembuhkan luka Anda selama ini dan Anda harus menyembuhkan lukanya juga.”

“Pemuda itu siapa? Apakah seseorang yang saya kenal selama ini?”

“Anda harus mencari jawaban Anda sendiri. Karena saya tidak berhak ikut campur kehidupan manusia.”

TICK! 

Tiba-tiba Eleanor terbangun dalam mobil sedannya. Bola matanya terbelalak seketika memandangi sekelilingnya seperti sedang berada di lahan parkir taman kota. Mustahil! Bagaimana bisa ia tiba-tiba berada di dalam mobil dan posisinya bukan di depan toko buku. Dalam benaknya penuh dengan pertanyaan. Apakah tadi itu hanya sebuah mimpi aneh? 

‘Apa yang sebenarnya terjadi?’

Eleanor menggeleng cepat sambil menepuk pipi menyadarkan lamunan aneh. Lalu, ia langsung melajukan mobil sedannya menuju sebuah hotel.

Eleanor memilih menikmati minuman alkohol sendirian di bar dalam hotel mewah. Padahal sudah diperingatkan Alice. Untungnya Eleanor masih sadar diri. Ia memilih minum dengan kadar alkohol sangat rendah mengingat ia harus kembali ke kediamannya dengan menyetir mobil sendiri. 

Sebenarnya Eleanor ingin melampiaskan kekesalannya di hari Valentine menyebalkan ini. Semua orang terus mendesaknya berpacaran, apalagi mendengar omong kosong pemilik toko buku itu mengenai pernikahannya telah dekat. Tapi dalam benaknya, menjalin hubungan dengan seseorang tidak akan semudah orang bayangkan. Begitulah nasibnya yang selalu fokus dengan dirinya sendiri. Ada yang mudah bertengkar karena masalah kecil sampai putus hubungan, Eleanor tidak mau memiliki hubungan seperti itu.

Tangan kanannya terus memutar gelas kaca digenggamnya searah jarum jam. Setengah hatinya, ia juga masih penasaran pendamping hidupnya akan seperti apa nantinya. Apakah sungguh mencintainya atau mempermainkannya? Karena di dunia ini banyak sekali pria mempermainkan wanitanya hanya demi kesenangan hidup. Itulah salah satu alasan Eleanor sangat selektif memilih pasangan hidup dan ia tidak mudah memercayai siapa pun. 

“Bolehkah aku bergabung minum bersamamu?” Suara pemuda terdengar sexy berhasil membangunkan lamunan sang model sedang galau.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status