Share

Empat

Salsa pulang dengan wajah yang murung dan mood yang kacau. Tidak ada semangat dalam dirinya. Tidak jauh dari klinik ada taman kecil yang dibuat sederhana dan ia duduk disalah satu kursinya seraya menatap kearah jalanan yang begitu lenggang. Hanya beberapa mobil saja yang lewat,  mungkin karena waktu yang sudah menunjukan pukul setengah sebelas.  Dimana semua orang sudah masuk kedalam aktivitas kerjanya. 

Salsa membuka hpnya dan menghubungi seseorang. Ia merindukan kabar baik dari orang itu. 

"Hallo." Ucap Salsa saat panggilannya di angkat. 

"kakak,  apa kabar kak? Kakak betah kerja disana?" Ucap adik angkatnya itu,  yah Salsa sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi.  Maka saat bercerai dengan Bagas, ia tidak pergi ke tanah air.  Buat apa? Dia hidup miskin untuk pulang ke tanah air saja membutuhkan uang banyak. Lebih baik ia diam di negara orang.  Tidak jadi masalah,  karena ia sudah mempunyai izin untuk tinggal di negara ini.  Pernikahannya dengan Bagas waktu itu membuat aksesnya masuk ke negara ini sangatlah mudah. 

Salsa tersenyum,  Airmatanya menetes.  "Kakak betah sayang,  kakak baik.  Bagaimana dengan kamu dan anak kakak?" Tanya Salsa. 

"Rendy baik ko kak,  dia menjadi anak yang penurut." Jawab Renata,  adik angkat Salsa.  Lima tahun yang lalu,  ia mengangkat Renata menjadi saudaranya.  Karena melihat anak itu sendirian di sebuah rumah yatim piatu. Umurnya sudah tujuh belas tahun. 

"Syukurlah,  jaga baik-baik ya Renata.  Hanya kamu yang bisa kakak andalkan.  Kalau ada sesuatu hubungi kakak langsung. Jangan sungkan." Ucap Salsa. 

"pasti kak,  kak sudah dulu ya.  Aku sedang memasak." Ucap Renata. 

"Iya udah sana." Ucap Salsa lalu mematikan teleponnya.  Ia menghembuskan nafasnya, baguslah kalau mereka berdua baik-baik saja.  Setidaknya ia bisa lega, mendengar kabar itu. 

"Rupanya kamu disini? Belanja Heh!" Teriak seseorang disamping Salsa. 

Salsa berdiri dan menghadap orang itu.  "Maaf tuan,  saya baru saja pulanh dari klinik." Ucap Salsa yang melihat raut wajah Bagas.

"Ngapain kamu kesana? Lo bisa sakit juga?" Tanya Bagas.

Salsa mengangguk.  "Semua ini kerana tuan, kemarin.." 

Plak!  Bagas menampar Salsa. "Lo bilang salah saya? Hah! Memang pembantu tidak tau di untung.  Bisanya hanya menyalahkan orang lain.  Kalau memang sakit,  ya sakit saja.  Ga usah bawa-bawa Orang lain." Ucap Bagas tidak terima. 

"Maafkan saya tuan." Ucap Salsa. 

"Sudahlah, menyesal saya turun dari mobil dan menghampiri orang yang tidak tau terima kasih sepertimu. Masih untung saya memberikan kamu pekerjaan,  kalau tidak. Mungkin kamu sudah sengsara dijalan." Ucap Bagas. 

"Maafkan saya tuan." Ucap Salsa. 

Bagas berjalan kearah mobil,  namun Salsa menghentikkan langkahnya.  "Tuan,  boleh kah.  Saya menumpang?" Tanya Salsa sedikit takut. 

Bagas tersenyum setan. "Boleh sangat boleh honey." Jawab Bagas. 

"Terima kasih tuan." Ucap Salsa. 

Bagas berjalan ke belakang mobil dan membuka bagasi mobil yang cukup luas.  Karena mobil ini hanya ada kursi depan dan tengah.  Yang belakangnya tidak ada. 

"Masuk." Perintah Bagas. 

Sasa mengkerutkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Bagas. "Maksud tuan apa?" Tanya Salsa. 

Bagas menghampiri Salsa dan berhenti tepat didepan Salsa.  "Kamu mau ikut dengan saya bukan?" Salsa menganguk,  "Kalau begitu sekarang kamu masuk dan duduk di bagasi.  Disana cukup luas dan nyaman.  Kamu pantas mendapatkannya, untung saja saya memakai mobil ini kalau tidak, mungkin saya akan membiarkanmu duduk diatas mobil saja." Ucap Bagas. 

Salsa menggelengkan kepalanya. "Maaf tuan,  terima kasih.  Saya tidak akan jadi ikut dengan tuan.  Lebih baik saya pergi naik taxi atau apa pun." Ucap Salsa. 

Bagas menarik tangan Salsa dan memaksanya masuk kedalam bagasi. "Tadi kamu yang meminta sekarang masuk kedalam bagasi sebelum kesabaranku habis!" Teriak Bagas. 

"Aku tidak mau!" Bantah Salsa. 

Bagas mengangkat Salsa dan membantingnya kedalam bagasi. "Diam disana dan jangan mencoba berteriak atau meminta bantuan apa pun.  Aku tidak mau berurusan dengan polisi,  dan jangan rusakan apa pun.  Harganya lebih mahal dari pekerjaanmu selama satu tahun." Peringatan Bagas,  lalu menutup bagasi itu dan ia pergi ke tempat duduk kemudi. Ia menjalankannya ke kantor. 

Salsa berbaring di bagasi,  disini pengap.  Udaranya sangat sedikit dan hawanya panas. Kakinya di tekuk karena ukuran bagasi yang tidak panjang. Ia memukul-mukul Bagasi dengan tangannya yang terkepal. Ia marah pada Bagas. 

Ternyata pukulannya terdengar sampai ke telinga Bagas. "DIAM!" Teriak Bagas. Salsa menghentikkan pukulannya tidak ingin membuat Bagas semakin marah lagi dan berbuat yang tidak-tidak pada dirinya.  

"Kapan penderitaan ini akan berakhir salam hidupku." Gumam Salsa. Takdir hidupnya sangatlah buruk. Tidak ada kesenangan untuk dirinya, barang sebentar saja. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status