Heidy mengendarai mobilnya dengan hati yang berbunga-bunga. Barusan notifikasi transferan dari Dominic sudah masuk ke ponselnya. Hahhh, sering-sering saja Chalondra ngambek, supaya dia dapat uang secara cuma-cuma lagi. Lumayan untuk membayar uang kuliah.
Kemudian pesan lain pun menyusul. Pesan dari Mami yang biasanya mengatur jadwal kencannya. Untunglah Chalondra sudah bersama Dominic. Kebetulans sekali dia mendapat klien dadakan. Uang besar. Hahhhh, ada apa dengan hari ini? Kenapa dia tiba-tiba seperti ketiban durian runtuh?
Sementara itu di apartemen Dominic....
Tadi pria itu memutuskan untuk berbicara dengan Chalondra di apartemennya saja. Ketimbang mengobrol di dalam mobil dan berujung pada melakukan tindak maksiat di sana.
"Mau minum apa, Cha?" Dominic masih belum mengeluarkan kata sapaan 'sayang'-nya sejak tadi. Sebelum Chalondra yang memulainya, dia akan menahan diri. Dia menghargai gadis yang mengaku masih kesal kepadanya itu. Selama di da
Dominic membuka dalaman Chalondra dengan sekali tarik. Gadis itu memekik malu. Astaga, tadi kan dia sedikit terangsang dengan skin ship mereka berdua, apalagi pas melihat terongnya Dominic. Miliknya pasti sudah basah sekarang. Bagaimana kalau pria itu melihatnya?Dominic tidak sungkan langsung membuka kedua paha Chalondra lebar-lebar. Dia ingin melihat hasil dari perbuatannya malam kemarin lusa. Saat bagian sensitif Chalondra terpampang di hadapannya, Dominic langsung mengerang lemah. Ohhh, so beautiful."Sayang, kamu basah karena apa ini?""Daddddd... bisa nggak usah diperjelas? Aku malu, Dad. Udah, Daddy mau ngapain di situ?"Chalondra tidak memungkiri jika dia semakin bergairah saat Dominic tepat berada di depan kemaluannya. Amsyongg! Dia sendiri bisa merasakan miliknya berdenyut sekarang. Apakah Dominic akan menyadarinya?"Mana yang sakit, Cha?" tanya Dom polos."Ya itu, Daddy. Masak aku harus jelasin? Barangnya udah ada di depan m
Cakrawala Paper…Semenjak peristiwa kecerobohan Brandon yang mengakibatkan lepasnya Daily You dari perusahaannya, laki-laki berwajah dingin itu seperti menghukum dirinya dengan bekerja tidak kenal waktu. Janjinya pada ayahnya, Chris, untuk mencarikan pengganti, seperti sebuah gentleman agreement yang harus dia wujudkan secepatnya. Disamping itu omset penjualan yang menurun secara drastis jelas-jelas mempengaruhi kestabilan finansial perusahaan. Dana oprasional bahkan sudah harus mendapat supply dari anak perusahaan Cakrawala Group yang lain. Brandon sangat malu.Saat ini, saat jam dinding di ruangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh malam pun dia masih berkutat dengan database di system kantornya. Dia sadar ini adalah kesalahannya, jadi dia tidak membebankan manajer-manajer dan SPV untuk ikut lembur semalaman bersamanya di kantor.Brandon melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja. Sudah satu jam dia mengutak-atik program namun belum ketemu yang se-potensi
Dominic tidak ikut treatment. Dia hanya menemani Chalondra sambil memeriksa pekerjaannya di tablet. Dom sengaja memilih therapist yang sudah berusia senja. Selain pijatannya sudah pasti lebih oke, Dom tidak ingin nanti therapistnya justru lebih perhatian kepadanya ketimbang pasien yang sedang dia pegang. Bukan bermaksud tinggi hati, namun itulah kenyataannya. Dominic sudah pasti jadi pusat perhatian dimana pun dia berada. Dan biasanya therapist yang lebih muda sering melakukannya.Sesekali dia melihat Chalondra yang merem melek lantaran terlena dengan pijitan-pijitan di seluruh tubuhnya. Pria itu tersenyum senang. Jika sekarang Chalondra sudah dibuat nyaman dan kembali bugar, itu artinya sesi jacuzzi mereka akan berjalan dengan panas nanti. Dominic mengulum senyum sambil menatap tabletnya."Jangan gila, Dad..." desis Chalondra yang melihat sugar daddy-nya senyum-senyum sendiri."Biarin..." balas Dom cuek."Miris banget aku jatuh cinta sama om-om gila..."
Flashback hari Minggu sebelumnya... Pagi hari, sekitar pukul delapan, Reina sedang bersiap untuk menghadiri arisan alumni kampus ibunya yang kebetulan diadakan di rumah orangtuanya sendiri. Dia juga mengajak Dominic dan laki-laki itu mau tidak mau harus ikut lantaran diminta langsung oleh ibunya. Satu hal yang masih harus disyukuri Reina, sekalipun Dominic membencinya, pria itu masih bisa diajak kompromi untuk bersandiwara untuk menunjukkan kalau rumah tangga mereka baik-baik saja. Setidaknya, ayah Reina yang sedang sakit-sakitan tidak akan kepikiran tentang dia. Yaa… meskipun setelah itu Dominic akan kembali seperti orang asing setelah mereka pulang ke rumah. Saat sudah berada di dalam mobil dan siap untuk berangkat, Dominic tiba-tiba mengingat bahwa dompetnya tertinggal di ruang tamu. Dia pun kembali masuk ke rumah dengan tanpa membawa ponselnya yang dia letakkan begitu saja di atas kursi. Saat itulah, Reina mendapati sesuatu yang disembunyikan oleh Dom, suaminya.
Namun harapan Dominic untuk segera mewujudkan perceraiannya dengan Reina tidak semulus rencana yang sudah dia susun. Tidak ada angin ataupun hujan, keesokan harinya ayah mertuanya mendadak dilarikan ke rumah sakit. Sakit jantungnya kumat dan menurut info dari dokter yang menangani, sebelum dibawa ke rumah sakit, beliau sempat tidak sadarkan diri. Dominic menghela napas. Map gugatan cerai yang sudah ditandatangani oleh Reina kembali dia simpan dalam brankas yang ada di dalam kantornya. Dia masih punya hati. Tidak mungkin mendesak untuk berpisah sementara kondisi sedang tidak kondusif seperti ini. Sekarang Dom sedang menunggu Chalondra di sebuah café. Dia mengajak gadis itu ketemuan karena galau dengan urusan rumah tangganya. Sebuah café yang mempunyai ruangan khusus untuk privat meeting dan Dominic sudah memesan ruangan tersebut. Ponsel Dom berbunyi, Chalondra memanggil. Gadis itu sudah ada di luar dan meminta Dominic untuk keluar. Namun Dom mengirim waitress
Time flies... tak terasa satu tahun pun berlalu. Dominic dan Reina masih belum bisa mewujudkan perceraian mereka karena ayah Reina justru mengalami koma setelah penanganan dokter satu tahun yang silam. Saat itu, Reina sudah pasrah dengan apa pun keputusan Dominic karena dia tau Dominic sudah tidak sabar ingin menikahi Chalondra. Namun kenyataannya, pria itu masih menaruh iba. Status pernikahan pun digantung entah sampai kapan. Tidak ada kepastian dari tim medis kapan mertuanya akan sadarkan diri. Yang pasti, Reina tetap bersama anjar dan Dominic pun tetap menjalin hubungan dengan Chalondra. Malahan sekarang keduanya lebih mirip seperti sepasang suami istri karena Chalondra diijinkan oleh orangtuanya untuk menyewa sebuah apartemen lantaran kampusnya yang jauh dari rumah. Dominic cukup telaten mengurus semua anak buah Chris Ellordi yang bertugas mengawasi Chalondra. Tapi dia harus mengakui kalau dia sedikit kewalahan selama satu tahun ini. Namun demi quality time-nya d
Keesokan harinya Dominic segera memanggil kepala bagian purchasing untuk mendengar penjelasan yang lebih mendetail mengenai pergantian supplier mereka. Arita -lebih tepatnya Dominic memanggil wanita berusia empat puluhan itu dengan sebutan 'Bu Arita'- datang ke ruangan Dominic dengan membawa berkas-berkas yang sudah dia persiapkan di dalam sebuah map khusus. Mungkin beliau sudah punya feeling kalau Dominic akan memanggilnya setelah membuat laporannya kemarin sore. Dia benar-benar mengenal atasannya itu. "Bu Arita, silakan duduk, Bu." Dominic yang sudah menunggu di sofa set-nya berdiri sebentar untuk menyambut wanita yang lebih tua darinya itu. Dom jelas sangat tau tentang tata krama. Arita pun duduk di kursi yang ada di seberang Dominic. Setelahnya Dom kembali duduk. "Bu, bisa ceritakan tentang Sagara Natural?" Dominic langsung memulai pembicaraan dengan menyebutkan nama perusahaan supplier bahan baku mereka. Dia sudah membuat posisi duduk yang siap untuk men
Setelah Dominic pergi begitu saja tanpa memberinya kesempatan untuk bicara, Firdaus pun segera kembali masuk ke dalam gedung kantor dan langsung menuju lantai empat, alias lantai divisi marketing mereka. Baru saja keluar dari lift, pria itu dengan terburu-buru langsung menghampiri seseorang yang bertanggung-jawab dalam mengurus kontrak bisnis dengan klien-klien mereka. Namanya Julie, seorang wanita berusia tiga puluh lima yang sudah lama mengabdi di Sagara natural, jauh sebelum Firdaus ada. “Bu Julie …” Firdaus memanggil dengan napas yang terengah-engah. Wanita yang sedang mengerjakan sesuatu di komputer pribadi miliknya itu pun menengadah dan memasang wajah bertanya kepada Firdaus. “Saya mau bertanya soal kontrak Inti Global.” “Kenapa, Pak? Bukannya kemarin saya sudah mengeluarkan surat keputusan soal itu?” jawab Julie dingin. Hah, dia sudah menebak hal ini akan terjadi. Tapi dia tidak menyangka akan secepat ini. “Ibu Julie tidak menjelaskan