Share

BAB 5: Obsesi

Diam-diam pandangan Leonardo tertuju lurus pada Rosea yang kini tengah duduk berdua dengan Jacob, wanita itu tertawa lepas saling membisikan sesuatu dengan Jacob.

Rosea yang setengah mati Leonardo rindukan, wanita yang sudah membuat dirinya terjatuh dalam jurang obsesi parah.

Biru mata Leonardo berubah gelap dipenuhi oleh kilatan kemarahan.

Seharusnya Leonardo yang berada di tempat itu, dan seharusnya juga, Rosea yang dia umumkan menjadi tunangannya. Tidak ada yang lain.

Di antara banyak orang di dalam ruangan besar itu, pandangan Leonardo terus menerus tertuju padanya, pada sosoknya yang selalu menakjubkan dan bersinar.

Rosea masih sama indahnya seperti terakhir kali mereka bertemu, tidak ada celah kekurangan, cantik mempesona, eksistensinya seperti sebuah mahakarya yang semakin lama dipandang, ada banyak kesan di dalamnya.

Sangat menyenangkan hanya melihatnya, sayangnya kesenangan itu harus cacat oleh keberadaan Jacob yang merangkulnya.

Apa hubungan mereka? Mengapa bajingan itu yang harus berada di sisi Rosea?

Darah Leonardo mendidih dalam kemarahan.

Apa yang kini harus Leonardo lakukan pada mahluk indah itu? Langkah pertama yang harus Leonardo lakukan atas kemunculannya yang setelah sekian lama dapat bersembunyi dengan baik dari pencariannya.

Leonardo ingin mengikatnya pada simpul yang kuat, menahan dia untuk tidak melangkah jauh dari sisinya. Jika perlu, dia akan mengurungnya dalam sangkar emas. Memilikinya lagi, bukan hanya sekadar bayangan dan kenangan.

Leonardo tidak ingin kehilangannya lagi.

“Kenapa? Apa sebenarnya kekuranganku?” Suara Mikhaila yang bertanya menyentak keterdiaman Leonardo.

“Aku tidak bisa menilai kekuranganmu, namun semua yang ada padamu tidak aku inginkan.”

“Kamu keterlaluan.”

Leonardo terdiam tidak menjawab, tidak ada yang harus dia katakan untuk menanggapi rajukan Mikhaila yang tidak penting untuknya.

Mikhaila melepaskan pelukannya dan mundur satu langkah kecil, tidak ada lagi kata yang terucap di antara mereka berdua karena musik dansa sudah berganti lagi.

Leonardo memutuskan mundur dan kembali duduk dibangkunya meski beberapa pasangan lain masih menari, termasuk Jacob dan Rosea yang kini mulai berdiri dan menari di lantai dansa.

***

Wajah Mikhaila terlihat merah karena menahan amarah, malamnya yang sempurna harus dinodai oleh kedatangan tidak terduga Rosea. Wanita tidak berkelas yang berhasil membuat Leonardo tergila-gila padanya.

Sepanjang di ruangan pesta, Mikhaila sudah berusaha untuk menjaga sikapnya dan mempertahankan kehormatannya, tidak menunjukan kegelisahan yang begitu kuat dan kecemburuan yang meledak-ledak.

Ada banyak pasang mata yang melihat. Mikhaila berusaha untuk bertindak setenang mungkin, menunjukan senyuman bahagianya didepan banyak orang.

Tapi ternyata ini sangat sulit. Mikhaila sudah kehilangan mukanya, terabaikan sepenuhnya oleh Leonardo juga putranya sendiri.

“Untuk apa jalang itu kembali?” bisik Mikhaila dalam amarah. Tangan rampingnya merenggut bunga dalam pot dan melemparkannya ke lantai, menginjaknnya sampai hancur. “Kenapa kamu tidak mati saja,” geram Mikhaila terus menginjak bunga itu.

***

“Sea, jangan mempermalukan aku, jika kamu lupa gerakan dansa, beritahu aku,” kata Jacob begitu Rosea sudah berada di pelukannya.

“Kamu pikir ingatanku yang hilang separah itu?” protes Rosea.

Jacob memutar bola matanya seketika. “Apa kamu lupa, kamu juga sempat lupa bagaimana caranya berjalan dan menggunakan handpone?”

Sontak Rosea tertawa malu mendengarya. Orang-orang mengatakan jika saat Rosea kecelakaan, dia mendapatkan benturan keras papan seluncur dan terjebak beberapa jam di bawah tumpukan salju.

Sampai saat ini, Rosea masih belum mengetahui alasan jelas mengapa dia bisa sampai terluka dan berada di tempat dingin sendirian.

***

Pesta pertunangan di antara Leonardo dan Mikhaila berlangsung dengan sempurna, Rosea menikmati setiap sesi pesta yang elegant dan juga romantis, menikmati pemandangan orang-orang kelas atas yang membicarakan bisnis.

Ada beberapa moment ketika melihat keberadaan orang-orang kelas atas yang berkumpul, Rosea berdebar seperti merasakan déjà vu. Rosea familiar dengan keadaan itu.

Jacob sempat memberitahu Rosea bahwa dulu Rosea sering kali datang ke pesta dan banyak membangun komunikasi dengan beberapa pengusaha dan pejabat, sayangnya kini Rosea melupakan hal itu.

Kini, dalam beberapa kesempatan Jacob memperkenalkan Rosea pada beberapa orang asing kenalannya untuk membangun kembali rasa percaya diri Rosea yang sempat hilang.

Rosea menikmati semuanya, terkecuali sikap tuan rumah yang tidak berhenti memperhatikannya tanpa alasan, terutama wanita yang diumumkan sebagai tunangan Leonardo.

Rosea bisa merasakan tatapan tajam penuh permusuhan Mikhaila, beberapa kali wanita itu kedapatan merangkul lengan Leonardo dan sedikit mengangkat wajahnya dengan angkuh.

Rosea tidak nyaman dan bergelut dalam rasa penasaran.

Ada apa dengan mereka berdua? Mengapa mereka terus memperhatikanku? Apa dulu aku pernah membuat kesalahan?

Beberapa pertanyaan muncul di benak Rosea.

“Sea, aku mau memperkenalkan kamu kepada seseorang,” ucap Jacob terdengar serius seraya menarik Rosea pergi menjauh dari kerumunan.

“Pada siapa?”

Jacob tersenyum lebar. “Aku ingin mengajak seseorang untuk berpesta lagi di luar, tapi dia terlihat ragu karena aku bersamamu. Jadi Sea, kamu harus mengaku sebagai saudara agar urusanku lancar,” ucap Jacob terdengar seperti memohon kerjasama Rosea.

“Ini untuk urusan bisnis atau pribadi?”

Jacob tertsenyum malu. “Sea sayang, jika ini urusan bisnis, aku tidak ragu untuk mengaku pacar kamu agar kamu aman, tentu saja ini untuk urusan pribadi.”

Rosea memutar bola matanya terlihat malas, dia tidak suka terlibat dengan petualangan cinta Jacob yang liar tidak terkendali. Namun di sisi lain Rosea tidak bisa menolak karena dia juga sering membutuhkan Jacob.

Sedikit aneh bila memikirkan kejadian delapan bulan yang lalu, ketika Rosea terbangun setelah kecelakaan, orang pertama yang dia ingat adalah Jacob, teman masa sekolahnya, tetapi Rosea sampai membutuhkan waktu beberapa hari untuk Rosea kembali teringat kedua orang tuanya.

“Sea, kenapa melamun?”

“Aku tidak apa-apa.”

“Ayo.” Jacob menarik Rosea pergi.

To Be continued...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status