Share

Akal Licik Saudara

Deon menghela napas frustasi, mengusap kening berulang kali karena harus terjebak dalam situasi rumit seperti ini. Niat hati ingin menolong, tapi dirinya malah kini terjebak masalah.

Deon memijat kepalanya, urusan semakin panjang dan kini kedua orangtuanya juga sang kakak datang ke hotel dengan wajah panik.

“Apa yang sebenarnya terjadi, De? Kamu pamit untuk bekerja, tapi kenapa malah jadi seperti ini?” tanya ibu Deon dengan ekspresi wajah panik dan bingung.

Deon dari keluarga menengah ke bawah. Dia adalah seorang mahasiswa yang juga bekerja serabutan untuk membiayai kuliah.

Dari penampilan, sebenarnya Deon termasuk pria yang sedap dipandang. Perawakannya tinggi dan gagah, wajahnya juga cukup tampan.

“Ini hanya salah paham, Bu. Tidak seperti yang Ibu dan Ayah pikirkan,” ujar Deon menjelaskan.

“Lalu, kenapa kamu sampai diminta menikah?” tanya ibu Deon yang juga bingung dengan keadaan yang terjadi.

Deon menoleh ke Ayana. Dia melihat wanita itu sedang membujuk kedua orangtuanya seperti dirinya, untuk tidak memaksa mereka menikah.

“Pa, Ma, ini benar-benar tidak seperti yang kalian pikirkan. Dia mengira aku mau bunuh diri, kemudian menarikku. Karena aku terpeleset, membuatku jatuh di atasnya. Ini benar-benar salah paham, Ma, Pa.” Ayana mencoba menjelaskan.

“Tidak bisa, mama dan Papa tidak mau semakin menanggung malu. Jangan sampai ada fitnah yang bisa menjatuhkan harga diri dan nama baik keluarga!” Suci bicara dengan tegas, agar Ayana tidak membantah.

“Sepertinya aku bisa memanfaatkan mereka,” gumam Satria, kakak laki-laki Deon. Dia matre dan sering memanfaatkan sesuatu demi mendapatkan uang, sehingga Satria pun berniat memanfaatkan pernikahan adiknya itu untuk keuntungan pribadinya.

Satria mendekat ke Firman yang berada di dekat Suci, lantas mencoba mengajak bicara, selagi orangtuanya sedang bicara dengan Deon.

“Maaf, sebenarnya ada apa ini? Kenapa kami diminta ke sini?” tanya Satria bicara dengan sopan, untuk menarik perhatian orangtua Ayana.

Ayana dan Suci menatap Satria yang bertanya, hingga Firman dan Suci pun mengajak bicara pria itu.

“Begini, adikmu sudah bertindak tak senonoh kepada putri kami. Pernikahan putri kami batal, dan sekarang siapa yang akan menikahinya?” Firman pun menjelaskan.

Satria langsung bisa menangkap duduk permasalahan itu, hingga di otaknya tiba-tiba memiliki rencana licik untuk mendapatkan keuntungan dari kejadian itu.

“Maksud Anda? Adik saya itu pemuda terpandang, dia sopan dan sangat berbakti kepada orangtua, mana mungkin adik saya melakukan tindakan yang Anda tuduhkan,” ujar Satria mencoba menarik-ulur.

Suci dan Firman saling tatap, hingga akhirnya Firman pun mengajak Satria bicara berdua, menjauh dari Ayana agar putrinya tidak mendengar.

“Adik saya terlalu berharga untuk menikahi, seorang wanita yang sepertinya lebih tua umurnya dari dia. Adik saya juga masih kuliah dan sangat berprestasi, mana mungkin adik saya diminta menikahi anak Anda,” ujar Satria lagi.

“Sebenarnya kami pun bingung harus bagaimana. Tapi kami tidak punya pilihan,” ujar Firman.

Satria melihat kecemasan dalam tatapan mata firman, membuat Satria semakin berniat memanfaatkan hal itu.

“Lalu, maksud Anda. Maaf, orangtua kami pun tidak akan setuju menikahkan adik saya dengan putri Anda. Hanya dengan alasan itu, kami bisa banding dan mencari bukti kalau adik saya tidak bersalah,” ujar Satria memancing karena yakin kalau Deon tidak akan melakukan hal itu. Ini adalah cara Satria untuk menekan dan membuat orangtua Ayana memberikan penawaran yang menguntungkan untuknya.

Firman terkejut mendengar ucapan Satria, tampaknya dia tidak bisa membodohi kakak Deon hanya dengan kata menjebak.

“Begini, kalau kamu bisa meyakinkan orangtuamu untuk menikahkan adikmu dengan putriku, aku akan memberikan berapapun uang yang kamu inginkan, bagaimana?” tanya Firman memberi penawaran.

“Anda meminta saya menjual adik saya sendiri?” tanya Satria berpura terkejut, padahal inilah yang dia mau. Dia tidak ingin sampai dibilang menjual adiknya, meski itu benar. Dia ingin mendapatkan uang, tapi tanpa dianggap bertanggung jawab atas apa yang diputuskan.

Firman terkejut mendengar ucapan Satria, hingga akhirnya mengubah kalimat penawaran yang diucapkan.

“Bukan menjual, hanya saja anggap ini maharnya. Kami akan memberikan mahar untuk kalian, asal bisa meyakinkan adikmu mau menikahi putriku. Soal nominalnya, kamu jangan cemas. Sebutkan saja, akan aku penuhi, asal anakku menikah hari ini.”

Satria tersenyum penuh kemenangan, hingga kemudian berkata, “Saya akan mencoba membujuk orangtua saya.”

Saat Deon masih menjelaskan pada kedua orangtuanya yang ketakutan jika dirinya bisa dipidanakan, karena dianggap hampir melecehkan wanita, Deon melihat dari kejauhan kalau Satria sedang berbicara dengan orang tua Ayana.

Dia pun menaruh curiga, sampai akhirnya Deon menoleh ke Ayana, melihat wanita itu duduk sambil memegangi kepala dengan kedua tangan, seolah beban yang dipikul begitu berat.

“Kasihan sekali dia. Melihat calon suami berselingkuh, kemudian hendak bunuh diri, sekarang diminta menikah dengan pria asing, siapa yang tidak syok menghadapi hal itu,” gumam Deon dalam hati.

Satria yang baru saja mencapai kesepakatan dengan Firman, lantas mendekat dan mengajak orangtuanya berunding menjauhi Deon.

Satria mencoba meyakinkan kedua orangtuanya, meski sang ibu sempat menolak.

“Tapi adikmu masih kuliah, Sat. Bagaimana bisa kamu memintanya menikah?” Sang ibu tidak setuju.

“Bu, sudah menikah tapi kuliah itu ga papa, Ibu pikir anak SMP, kalau nikah ya kudu berhenti sekolah. Lagi pula mereka ngancam, Bu. Kalau Deon ga mau tanggung jawab, nanti mereka mau lapor polisi,” ucap Satria mengancam agar orangtuanya setuju.

“Tapi adikmu bilang itu hanya salah paham,” balas ibu lagi.

“Ya, mereka punya bukti kalau Deon melakukan hal mesum,” kilah Satria, “gini aja, Bu. Ibu milih Deon dipenjara atau nikah sama wanita itu. Lagi pula kalau Deon menikah dengannya, siapa tahu hidup kita juga ikut membaik, karena mereka kaya, Bu.”

Ibu dan ayah bingung, mereka saling tatap kemudian memandang Deon. Mereka tidak mungkin membiarkan putra mereka masuk penjara dan menghancurkan masa depannya.

Satria tersenyum miring, tampaknya rencananya berhasil dan dia bisa mendapatkan uang jika Deon menikah dengan Ayana.

Deon masih menunggu Satria bicara dengan orangtua mereka, hingga ayah dan ibunya mendekat dengan wajah bingung.

“Ada apa, Bu?” tanya Deon.

“De, Ibu dan Ayah ingin yang terbaik untukmu. Kamu nikahi saja gadis itu, ibu dan Ayah merestui kok,” kata ibu.

“Hah!” Deon begitu syok karena sang ibu malah memintanya menikahi Ayana yang sama sekali tidak dikenalnya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Muhammad Ridwan
mantap ceritanya bagaimana selanjutnya...akankah dia menerimanya
goodnovel comment avatar
Dina Oktariy
Gapapa. Ini awal kisah cinta deon dan ayana dimulai. Deon emang jodohnya ayana kok
goodnovel comment avatar
Tuti Amaliyah
Hmmm Satria memanfaatkan situasi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status