Share

William

Faye memasuki salah satu coffe shop yang baru-baru ini buka. Ramai pengunjung yang berdatangan kesana untuk mencoba menu-menu yang di hadirkan di sana. Faye iseng mampir ketika melewati tempat itu, tempat itu begitu ramai pengunjung, seolah terlihat sekali banyak peminat. Faye memesan segelas kopi dan sepotong kue. Setelah melakukan transaksi dia mengambil posisi duduk di dekat jendela. Banyak pengunjung di sini, mereka tidak ada yang sendiri seperti diri nya. Lonceng yang melekat di pintu caffe berbunyi, tanda bahwa seorang pengunjung baru datang. Sontak mata Faye mendongak ke arah pintu, pria dengan tubuh kekar memasuki coffe shop di tangan kanan nya membawa sebuah tas kulit yang seperti nya tas yang menyimpan banyak dokumen di sana.

Pandangan Faye naik ke arah wajah pria itu, napas nya terasa berhenti, dia melihat William disana, sudah lama dia tidak bertemu dengan William setelah mereka memutuskan mengakhiri hubungan karna William memilih wanita lain daripada diri nya.

Pandangan mata mereka bertemu, mereka beradu pandang beberapa kian detik, terlihat William juga kaget dengan kehadiran Faye di sana.

William segera memesan segelas minuman, dia sengaja mengambil posisi duduk di samping Faye. Pesanan mereka di antar secara bersamaan. Bertepatan dengan seruputan pertama yang membahasahi bibir Faye, William berdehem, membuat pandangan Faye tertuju kepada diri nya.

“Kau sendiri?” Tanya William, Faye mengangguk, sudah jelas sekali dia sendirian disini, untuk apa lagi dia mempertanyakan hal itu.

“Cuaca hari ini cerah,” ucap William lagi, dahi Faye berkerut, tidak mengerti dengan pola pembicaraan William yang terkesan sangat kaku dan tidak nyambung. Terlihat sekali dia memaksa mencari topik antara dirinya.

“Mana kekasihmu?” Tanya Faye, pandangan nya lurus kedepan, tidak melihat sedikitpun. William menerawang ke arah depan, mengingat kejadian beberapa hari lalu tentang pertengkaran dirinya dengan kekasihnya yang menyebabkan putusnya hubungan mereka.

“Sudah selesai,” ucap William enteng sambil terkekeh ringan.

“Kau ada acara malam ini? Mau keluar bersamaku?” William menawarkan sebuah tawaran yang tidak mungkin Faye tolak. Faye bertengkar dengan batin nya sendiri, dia mati-matian menyusun penolakan sedemikian rupa.

“Tolak Faye, kau sudah sangat amat dipermainkan oleh laki-laki sialan ini,” batin Faye.

“Kau harus menjadi wanita yang teguh pada pendirian, dan jangan pernah mau diperalat seperti ini,” sambung Faye, dia masih saja berperang dengan batin nya.

“Ya, aku pasti bisa menolak nya.”

“Aku kosong malam ini,” ucap Faye, ya walau bagaimanapun, orang-orang akan terlihat bodoh ketika jatuh cinta, lihatlah Faye, dia sibuk berperang dengan batin nya sendiri malah tidak membuahkan hasil apapun, malah menerima ajakan William.

“Mau keluar denganku?” Tanya William, dia tersenyum senang karna mudah sekali membuat Faye mau keluar bersama nya.

“Boleh,” Faye bodoh, andai ada Natasya dan Feronica di sini pasti dia akan di caci maki nya sekarang juga.

“Aku akan menjemputmu jam tujuh malam,” ucap William, dia menghabiskan satu tegukan minuman nya lalu dia beranjak dari sana.

“Aku pergi, ada meeting setelah ini,” Faye mengangguk, sambil tersenyum manis. Cepat sekali pertahanan diri Faye runtuh jika sudah berurusan dengan William. Sepeninggal William, Faye ingin berteriak girang sekarang juga, pasal nya dia senang sekali bisa kembali bercengkarama dengan William, dengan cepat dia merogoh ponsel nya yang tersimpan rapi di dalam tas, dia melakukan panggilan grub bersama Natasya dan Feronica, dua sahabat nya itu memang tidak memiliki kesibukan lain, sehingga langsung menjawab panggilan dari Faye.

Beberapa saat kemudian wajah mereka memenuhi benda pipih keluaran terbaru yang dimiliki Faye.

“Hallo,” sapa Natasya ramah tamah serta tak sombong.

“Kalian harus tau sesuatu,” ucap Faye girang, Natasya menatap nya heran, perasaan kemarin dia sedih karna ayah nya menikah lagi, dia memiliki ibu tiri satu paket dengan saudara tiri, kenapa sekarang terlihat seperti mendapatkan semangat hidup kembali.

“Tadi aku bertemu dengan Will di sini,” Faye memperlihatkan suasana coffe shop tempat dia bertemu William tadi.

“Jangan bilang kalau,” ucapan Natasya menggantung, dia masih menebak-nebak saja apa yang di lakukan oleh sahabat nya itu.

“Ya. Benar sekali, aku akan berkencan dengan nya,” ucap Faye girang sekali sambil bertepuk tangan. Natasya dan Feronica terpelongo, si bodoh ini benar-benar tidak bisa dibiarkan sendiri, inilah akibatnya jika dia dibiarkan sendiri, kinerja otak nya akan lumpuh dan dia akan melakukan hal bodoh semacam ini.

“Girl? Are you serious?” Tanya Feronica tidak percaya.

“Yap, of course,” Ucap Faye girang, wajahnya berseri.

Kompak Natasya dan Feronica menutup wajah, mereka sudah Lelah memberi wejengan kepada Faye, tidak membuahkan hasil apapun. Tetap saja kuda lumping itu akan kembali kepada william yang jelas-jelas menyakiti nya berulang kali.

“Terserah kau saja,” ucap Natasya Pasrah.

“Ya, terserah kau saja,” Feronica menimpali, dia tidak sanggup lagi harus berbicara panjang kali lebar mendoktrin otak Faye agar membenci William, tidak bisa. Perempuan itu sudah cinta mati, tanpa pamrih.

“Aku akan menceritakan kepada kalian tentang kencan kami malam ini,” ucap Faye. Feronica dan Natasya diam saja, mereka tidak tau lagi harus melakukan apa.

“Aku tutup ya, byeee,” Faye mematikan panggilan sepihak, meninggalkan amarah terpendam dua sahabat nya di sebrang sana. Faye segera mengemasi barang-barang nya, dia ingin lekas pulang dan bersiap-siap meskipun masih terlalu dini tapi dia tidak perduli.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status