Seumur hidup Riko tidak pernah mengira bahwa dirinya akan cemburu seperti ini kepada seorang wanita. Kilasan yang sempat ia lihat tadi membuat emosinya naik drastis tanpa bisa dikendalikan. Laki-laki itu tak ingin, tapi ia pun tak bisa mengendalikan kecemburuan yang tiba-tiba datang.
Kini Riko terpana melihat Mita keluar dari ruang ganti dengan memakai gaun pengantin pilihan gadis itu sendiri.
Riko meneguk ludah. Tiba-tiba saja gairahnya memuncak melihat penampilan calon istrinya yang terbalut gaun pengantin.
Dengan langkah cepat, Riko langsung memeluk Mita dari belakang dengan nafas yang menderu. Ia melabuhkan kecupan dalam pada leher kanan Mita. Dan itu mampu membuat gadis itu meremang.
“Kak!” Mita tercekat saat Riko tiba-tiba menghisap lehernya yang kemungkinan akan meninggalkan bekas kemerahan di sana.
Dalam sekejap Riko membalikkan posisi Mita menghadap ke arahnya. Gerakan cepat Riko membuat Mita terkejut dan sempat memekik.
Very slow update
“Non Mita lagi ngapain?”Mita yang sedang meracik biji kopi ke dalam alat pembuat kopi menoleh ke arah belakang. “Eh, Bibi. Mita lagi mau buatin kopi buat Kak Riko.”“Mau Bibi bantu?”Mita menggeleng. “Enggak usah, Bik. Mita bisa sendiri kok.”Bik Sari mengangguk dan mengerjakan pekerjaannya sendiri.Walaupun Mita adalah anak tunggal, gadis itu bukanlah seperti anak tunggal yang manja. Ia sering membantu Bik Sari di dapur ketika libur kuliah. Dan setiap hari Minggu, ia pun akan membersihkan kamarnya sendiri.Tanpa kesulitan Mita menghidupkan alat pembuat kopi untuk mulai membuat biji-biji kopi menjadi secangkir kopi panas. Gadis itu tampak lincah karena memang ia sering membuatkan untuk Papanya.“Selesai,” gumamnya lirih.Tanpa Mita sadari ada beberapa tetes air di lantai yang bisa membuatnya tergelincir. Benar saja, sementara kemudian saat ia akan melangkah tiba-tiba
“Ehem .... udah ada yang rapi nih,” sindir Dewi dengan nada jahil saat Mita yang sudah memakai setelan rok mini mendekati meja makan.Bagas melebarkan senyuman mendengar Dewi terang-terangan menyindir putri semata wayangnya.“Ah, kalau mau kencan sih, dunia jadi milik berdua. Yang lainnya mengontrak. Iya nggak, Pa?” goda Dewi yang belum puas menggoda Mita.Bagas hanya mengangguk.“Apalagi kalau udah jadi pengantin baru, pasti dikekepin mulu di kamar,”Uhuk ... uhuk ....Sial! Mendengar godaan sang Mama yang terakhir membuat Mita tersedak susu yang membuat tenggorokannya terasa sakit.“Hati-hati, Sayang,” peringat Bagas.Mita masih meredakan tenggorokannya yang terasa sakit. Dewi yang berada di samping Mita, memberikan tepukan lembut di punggung Mita untuk membantu meringankan sakitnya.“Mama sih! Kalau ngomong suka sembarangan. Mana udah bahas nikah melulu lagi,&rdquo
“Ahh .... Kak ... i- ini geli,” rengek Mita yang merasakan geli luar biasa karena Riko menggelitik area pinggangnya dengan sepuluh jemarinya.“Siapa yang ngajarin gigit lidah kayak tadi?” tanya Riko yang kini mendekap erat tubuh Mita.“Nggak ada,”“Yakin?”Mita mengangguk dalam pelukan Riko.“Kalau kamu gigit kayak tadi,” Riko menjeda ucapannya, membuat Mita mendongak. Riko mendekatkan wajahnya, hingga hidung mereka bersentuhan. “Aku bakalan bikin bibir kamu lebih bengkak dari sekarang.”Hembusan nafas Riko meremangkan Mita. Gadis yang kini terpaku oleh ketampanan Riko, menatap tanpa kedip. Dan entah keberanian dari mana, Mita memiringkan wajahnya untuk menyapa kelembutan bibir Riko, yang membuatnya menjadi candu.Mita sendiri tidak tahu kapan tepatnya, yang pasti mulai saat ini ia selalu tertarik untuk menyapa bibir Riko.Perlahan Mita menggerakkan bibirnya, insting
Mita merasakan kedua pipinya kembali merona. Mirip seperti kepiting rebus, merah sempurna.Kegundahan dalam hatinya yang sejak beberapa hari ini mengusiknya kini terpecah berkeping-keping. Pernyataan Riko yang baru saja diucapkan membuatnya senang sekaligus malu.Bukankah pertanyaannya tadi secara tidak langsung mendesak meminta pernyataan cinta? Bagaimana ia bisa melakukan tindakan memalukan seperti itu?Dan kini Mita harus menahan sekuat tenaga untuk tak mengembangkan senyumannya lebih lebar, saat Riko menatapnya penuh cinta.Cinta? Ya, Mita tahu arti tatapan Riko hari ini padanya. Tatapan yang sering Mita lihat di drama Korea yang sering ia tonton bersama sahabatnya, Melissa.Bahkan Mita merutuki kebodohannya terpancing oleh pertanyaan Melissa yang membuatnya kini harus menanggung malu.Riko memindai seluruh wajahnya dan tak segan-segan memberikan elusan lembut di kedua pipinya.“Sejak kapan Kakak menginginkan Mita?” Mita membe
//Kak RikoAku berangkat ya, Sayang Jadwal penerbangan dimajukan menjadi pagi tadi karena ada pertemuan mendadak.Maaf ya, aku nggak menepati janji untuk pamitan langsung sama kamu.Aku akan pulang segera, begitu urusan pekerjaanku selesai.Jangan lupa makan teratur dan jangan ceroboh!Tunggu aku pulang.Mita menatap layar ponsel yang memperlihatkan sederet pesan dari Riko, satu jam yang lalu. Kedua matanya berkaca-kaca karena merasa dibohongi oleh calon suaminya.Bukankah dia bisa menelepon? Kenapa hanya sederet pesan yang tidak berguna yang dikirimkan?Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu Mita sejak tadi. Gadis itu merasa Riko membohonginya semalam, agar ia tak merasa cemas.‘Apa hak kamu Mita? Bahkan yang terjadi di antara kalian hanya
Dada Mita terasa sesak mengingat pesan yang beberapa jam lalu ia terima. Niatnya untuk menenangkan hati menjadi ambyar seketika.Bagaimana bisa dia pergi dengan wanita yang lain, di saat sudah melamar seorang gadis? Apakah keberangkatan mendadak pagi ini karena wanita itu? Mengapa memberikan harapan jika tak benar-benar menginginkan?“BRENGSEK!!!” umpat Mita ke sekian kali di dalam kamarnya.Mita memilih pulang lebih awal dari rencana yang ia susun sejak pagi. Bahkan ia tadi makan malam bersama dengan kedua orang tuanya di rumah.Dewi yang merasakan keanehan tak mengeluarkan godaannya. Ia memilih diam, membiarkan putrinya yang akan berbicara sendiri padanya. Namun, hingga makan malam selesai pun, putri semata wayangnya hanya diam.Tiba-tiba satu ide gila terbersit di otak Mita. Gadis itu beringsut mengambil pakaian mini yang ia beli dari salah satu pusat perbelanjaan tadi dan memakainya.Pakaian yang Mita kenakan benar-benar mini
Yang terjadi sebelum pernikahan ....“Bagaimana, Ri? Enak, kan, makan di sini?” tanya Alyssa yang masih asyik dengan dessert yang berada di hadapannya.“Pilihan yang bagus ... Lyssa,” jawab Riko seadanya.Kedua pipi Alyssa memerah karena mendapat respon baik dari Riko. Biasanya laki-laki itu tak akan banyak berkomentar dan lebih banyak diam. Tapi entah mengapa hari ini terasa berbeda.“Tapi lebih baik jika kamu membawa laki-laki yang benar-benar tertarik padamu.” ujar Riko kemudian.Wajah Alyssa seketika pias. Bukan ini yang ingin ia dengar.“Aku sudah memiliki calon istri. Dan sebentar lagi akan menikah. Aku harap mulai saat ini kita menjaga jarak, karena aku harus menjaga perasaan calon istriku.” imbuhnya.Riko yang sejak tadi memang merasa tak nyaman karena ulah Alyssa yang menunjukkan kepada pengunjung sekitar, bahwa mereka seperti memiliki hubungan, beranja
Mita merasakan gugup setelah masuk ke kamarnya sendiri bersama seorang laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Ia belum sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Semuanya terasa mendadak dan tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Menikah secara agama hanya untuk menghindari perbuatan yang melibatkan nafsu. Tak bisa di pungkiri jika selama pergi bersama, mereka selalu melakukan kontak fisik yang memang tidak dianjurkan bagi pasangan yang belum menikah. Kecemasan para orang tua memang bukan tanpa alasan. Mereka lebih tahu bagaimana pergaulan anak muda, apalagi jaman sekarang. Mereka pernah muda dan merasakan bagaimana perasaan cinta mampu membuat hati porak-poranda. Sejak masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya, Mita tidak berani menatap Riko yang kini terbaring di atas tempat tidurnya. Ia memilih duduk membelakangi suami yang mengajaknya istirahat bersama. “Mau sampai kapan kamu duduk seperti ini, Sayang?” tanya Riko yang sudah bangun