“Belum ada info terbaru lagi. Kemungkinan Detektif Jackson hanya di culik, atau kemungkinan terburuk adalah Detektif Jackson telah tewas di bunuh.”
Dylan terdiam sesaat. “Siapa tersangka saat ini?”
“Rival perusahaan Detektif Jackson. Tersangka mengarah kesana karena penyerangan pertama mengarah kebangkrutan perusahaan baja milik keluarga Detektif Jackson,” jelas Zunaira.
Merasa ada yang ganjil, Dylan mengetukkan jemarinya ke atas meja secara irama. Menunjukkan dengan jelas jika ia sedang berpikir.
“Kenapa kau tidak mencurigai Hilton? Bukankah yang paling di untungkan atas menghilangnya Detektif Jackson selain rival perusahaan, Hilton juga di untungkan dalam hal ini? bukti Hilton juga menghilang bersamaan dengan hilangnya Detektif Jackson.”
Zunaira mengubah posisinya menjadi duduk tegak mendengar asumsi Dylan. “Hilton?” tanyanya.
Dylan menganggukkan kepala. “Mata-mata Hilton ad
“Leona, aku ingin menanyakan sesuatu,” kata Valeria tiba-tiba.Atlanta mengerutkan dahi dan melirik Valeria. “Lima dollar untuk satu pertanyaan.”Valeria berdecih sinis, meski begitu Valeria menarik kursinya agar semakin dekat dengan Atlanta. “Seandainya kau masih hidup dengan nama Leona saat ini, menurutmu siapa yang akan kau pilih?”Atlanta menganga, tidak mengerti dengan pertanyaan Valeria. “Hah? Apa maksudmu?”“Kau akan memilih siapa? Samuel yang sudah menyukaimu sejak lama atau Dylan yang baru kau kenal?” tanya Valeria.Tanpa perlu pikir panjang Atlanta segera menjawab. “Tentu saja Dylan. Kenapa aku harus memilih Samuel di saat ada pilihan lebih baik yaitu Dylan? Aku beritahu, jika kau menikah kau harus mencari sosok suami yang berkepribadian mirip Dylan. Dia seorang suami yang luar biasa.”“Kau senang menikah dengannya?” tanya Valeria lagi.Atlan
Tiba-tiba ada seorang pria berbadan tegap masuk ke ruangan mereka tanpa di undang. Pria yang memiliki tinggi lebih tinggi dari Atlanta, berbadan tegap bak seorang profesional.“Apa kalian melawan pria juga?” tantangnya.Atlanta berbalik badan dan berkacak pinggang menghadap pria itu. Valeria dan Atlanta melempar pandangan sekilas.“Apa kau melawan wanita juga?” tantang balik Atlanta.Pria berbadan tegap itu tersenyum. “Aku akan melawan wanita setelah mendapatkan izin dari kau.”Atlanta berdecak pelan. “Siapa yang mau kau lawan, aku atau dia?”Atlanta menunjuk dirinya dan Valeria secara bergantian. Hal yang jarang terjadi Atlanta memberikan penawaran terhadap orang baru.“Kau.” Pria itu menunjuk Atlanta tanpa malu. Terlihat jelas jika ia sudah tertarik kepada Atlanta melalui pandangan pertama.“Kenapa aku?” tanya Atlanta.“Karena lukamu ta
Para penonton ikut menyingkir jauh karena pertarungan ini semakin tak terkendali. Bukan lagi rasa semangat yang penonton tunjukkan, tetapi rasa ngeri melihat pertarungan yang sangat tak terkendali itu.Belum menyerah, Ryan berusaha menyerang Atlanta balik. Namun Atlanta tak semudah itu membiarkan Ryan menyerang dirinya lagi. Atlanta terus mendesak Ryan hingga ke sudut.Ryan juga sempat membanting tubuh Atlanta beberapa kali. Tapi Atlanta bisa membalasnya jauh lebih kejam. Bela diri yang Atlanta pelajari bukanlah untuk melindungi diri, namun untuk melumpuhkan lawan.“LIMA, EMPAT, TIGA, DUA!” Valeria mulai menghitung mundur, memberitahu sepuluh menit mereka hampir habis. Atlanta langsung menginjak dan menendang kaki Ryan berkali-kali.Saat Atlanta menendang perutnya secara kasar bertepatan dengan hitungan kesatu, Ryan mengangkat tangan kananya. Ryan bisa merasakan jika tulang keringnya sudah retak sekarang.“SATU!”Suar
Mendengar suara telepon kantor berbunyi, Zunaira langsung mengangkat panggilan tersebut. Setelah berbicara sebentar, Zunaira memanggil Dylan. “Dylan, anggota SWAT ini ingin bicara denganmu. Ryan Gold,” kata Zunaira. Dylan mengerutkan dahi bingung karena anggota SWAT mau bicara dengannya mengingat Dylan sedang tak menangani kasus yang membutuhkan bantuan para anggota SWAT. “Berikan padaku.” Dylan mengambil alih gagan telepon tersebut sebelum duduk di kursi kerja Zunaira. “Hai Jordan! Sudah lama aku tidak berbicara denganmu,” sambut Ryan dari sebrang sana. Dylan mengiyakan hal tersebut. “Hmm, sudah satu tahun kita tak berbincang. Aku kira kau sudah di telan buaya di sungai A****n. Ada apa? Tumben sekali kau menghubungiku.” Suara renyah Ryan terdengar dari sebrang sana mendengar jokes Dylan yang terdengar datar. “Hahaha, sialan kau. Apa kau senggang? Mari kita bertemu. Ada sesuatu yang ingin aku beritahu padamu. Kabarnya kau
“X sangat hebat. Kemampuannya setara dengan komandan SWAT-ku. Dia seperti seorang profesional.”“Memangnya apa pekerjaannya? Dia terdengar sangat hebat,” tanya Dylan bingung.“Katanya dia seorang penerjemah, maka dari itu dia menegaskan jangan menghancurkan jari-jarinya selama bertarung kemarin. Tapi bukankah itu tidak masuk akal jika seorang penerjemah bisa sehebat itu?” Ryan benar-benar curiga sekaligus bingung dengan dua orang wanita tak biasa tersebut.“X juga mengendarai sebuah mobil mewah. Sepertinya itu merek Buggati Chirron, aku pernah melihat mobil mewah seperti itu di berita. Mobil mewah yang sangat terbatas dengan harga fantastis. Coba kau pikirkan, bagaimana bisa seorang penerjemah memiliki mobil mewah yang langka itu?” Ryan meminta pendapat Dylan.Masih bersikap santai, Dylan menyahut. “Mungkin dia penerjemah orang-orang elite. Apakah dia seorang mata-mata? Mendengar dari betapa hebatnya d
Akhir-akhir ini Atlanta lebih sering bekerja di gedung Hilton daripada di apartemennya sendiri. Suasana apartemen tanpa seorang Dylan tidak lah lengkap.Sambil memegang segelas kopi yang baru saja Atlanta buat menggunakan mesin kopi, Atlanta berjalan kembali ke meja kerjanya. Melihat Atlanta lewat, Lay segera menegur Atlanta.“Leona, jangan lupa carikan transaksi terakhir perdana menteri dan berikan kepadaku.”“Aku tahu, aku akan mencarinya tengah malam nanti. Kau lupa jika siang hari semua akses pemerintah jauh lebih aman dikarenakan banyaknya perangkat yang aktif?”Atlanta menghela napas setelah kembali duduk di kursi kerja. Suasana hati Atlanta menjadi lebih baik setelah meneguk kopi buatannya.“Siapa yang membeli kopi ini? aku ingin juga untuk di rumahku,” kata Atlanta.“Aku membeli kopi itu secara online. Di laci masih ada dua kotak lagi, kau bawa saja. Aku akan memesan lagi yang baru,&rdq
“Lay, kau dimana? Segeralah kembali, pesananmu sudah siap,” kata Atlanta melalui telepon.“Baiklah, tunggu aku sepuluh menit.”Atlanta menaruh ponselnya di atas meja secara kasar. Punggungnya terasa sangat pegal karena telah menghabiskan waktu lama hanya untuk duduk. Atlanta baru menyadari jika tersisa dirinya dan Leonis saja di gedung Hilton.Melirik jam yang terdapat di sudut layar komputer, sudah menunjukkan pukul satu dini hari.Setelah mematikan komputer, Atlanta membereskan barang-barangnya. Tak lupa Atlanta meletakkan pesanan Lay di atas meja kerja Lay. Atlanta menepuk-nepuk pipi Leonis pelan untuk membangunkannya.“Leonis, bangunlah. Ayo kita pulang.”Atlanta tidak bisa membawa Leonis ke apartemennya karena berpotensi ketahuan Dylan yang katanya hari ini akan pulang. Lebih repot urusannya nanti jika Dylan dan Leonis kembali di pertemukan.“Ayo bangun Leonis.&rdq
Pandangan terindah ketika Atlanta bangun tidur adalah mendapati sosok Dylan yang sedang terpejam. Atlanta menatap suaminya penuh kagum. Jari-jari lentik Atlanta perlahan menyentuh wajah Dylan secara lembut, mulai dari dahi, turun ke pipi, geser ke hidung lalu turun ke bibir.Ada banyak sekali yang ingin Atlanta katakan. Mulai dari identitas sebenarnya hingga hal-hal yang baru terjadi kepadanya. Atlanta juga ingin membagi kesehariannya dengan Dylan seperti pasutri pada umumnya.“Sedang mengagumi ketampanan suamimu?” suara Dylan membuyarkan lamunan Atlanta.“Selamat pagi,” sapa Atlanta.“Apakah jam sebelas siang masih pagi?” Dylan mengecup dahi Atlanta dengan lembut.Dylan menarik tangan Atlanta untuk membantu istrinya bangun tidur. “Ayo bangun, kita sarapan. Ah tidak, waktu sarapan sudah habis. Mari kita makan siang.”Atlanta menggelengkan kepala, enggan bangun dari kasur. Pekerjaannya selama sa