Share

Melepas Keperawanan

last update Last Updated: 2025-09-02 06:16:37

Nayanika memejamkan matanya dengan sangat erat. Ia ketakutan. Tapi, ia juga sedang mencoba bertahan, dari keberingasan suami sahabatnya sendiri.

Gaun minim itu disingkap dan tubuh Nayanika digulingkan. Tapi saat akan bertatap muka, Nayanika segera menutupi wajahnya dengan punggung tangannya. Ia juga berpaling wajah, karena saking takutnya ketahuan juga.

"Hei, Sayang Ayo lihat ke sini," pinta Abiyaksa sembari mendekat dan mengungkung tubuh Nayanika.

"Nggak usah takut. Aku pelan-pelan kok. Aku coba sekarang ya?" ucap Abiyaksa dan rasanya, Nayanika sudah ingin sekali menangis. Bahkan, saat Abiyaksa, yang berusaha melucuti pakaiannya ini pun, Nayanika masih berusaha untuk mencegahnya juga. Tetapi, Abiyaksa terus berusaha menyakinkan Naya, bila semuanya akan baik-baik saja.

"Akh!" pekik Naya, yang langsung membekap mulutnya sendiri, setelah ia kelepasan berteriak tadi.

Ini sakit sekali. Laki-laki yang berada di atas tubuhnya, masih terus mendorong tapi belum juga bisa membuat segelnya terbuka. 

Nayanika ingin sekali meminta belas kasih. Ia ingin menghentikan semua ini. Tapi, uang sudah di tangan bahkan sebagian sudah ia pakai untuk membiayai ibunya di rumah sakit dan juga membeli sebuah rumah kecil untuk tempat tinggalnya sekarang. Tidak lagi bisa melarikan diri. Nayanika, harus terima, apa pun yang dilakukan oleh pria yang sedang berada di atas tubuhnya ini.

"Akh!" pekik Naya lagi sambil dengan membekap mulutnya sendiri. Tubuhnya terasa menggigil. Ia gemetar. Ia pun merasa lemas, hingga kemudian, ia merasa sesuatu yang perih dan terasa robek.

Air bening yang terasa panas, meleleh dari kedua pelupuk mata. Rasa perihnya, hampir sama dengan rasa perih di hatinya ini. Hancur sudah masa depannya. Hilang sudah, hal yang seharusnya, hanya ia berikan kepada suaminya seorang. Mengelak tidak bisa. Mencegah pun sudah tiada gunanya lagi. Hanya bisa meratapi nasib, yang berbarengan dengan air yang terus menerus mengalir, dari kedua pelupuk matanya ini. Seperti dikoyak hidup-hidup. Nayanika hanya bisa diam saja, saat tubuhnya dihujam sesuka hati, oleh suami dari sahabatnya sendiri, yang kedengarannya sangat menikmati penyatuan mereka ini, hingga beberapa puluh menit ke depan.

"Aghh... Terima kasih ya, Sayang?" ucap Abiyaksa dengan napas terengah, setelah merasakan sensasi kenikmatan malam pertama, bersama dengan wanita, yang bukanlah istrinya itu. Dia juga, sempat membubuhkan sebuah kecupan, di pipi basah wanita ini.

"Kamu menangis? Apa sakit sekali tadi?" tanya Abiyaksa sembari mengusap pipi Nayanika yang terasa basah, di tengah ruangan yang gelap gulita. "Maaf ya, kalau memang sesakit itu," imbuhnya lagi, sembari membubuhkan sebuah kecupan lagi, di pipi Nayanika kembali. Nayanika tetap memalingkan muka, sambil meringis dan sambil meratapi nasib buruknya sendiri. Nasi sudah menjadi bubur. Mau disesali sudah tidak ada gunanya lagi. Tetapi setidaknya, dengan begini ia tidak lagi memiliki hutang, biarpun hal tersebut, sama saja seperti ia yang sedang menjual diri secara tidak langsung.

"Aku ke kamar mandi dulu ya sebentar," ucap Abiyaksa, yang kini menarik diri dan pergi meninggalkan Nayanika ke kamar mandi, untuk membersihkan tubuhnya.

Kesempatan. Nayanika turun perlahan dari atas tempat tidur, sambil mengais-ngais pakaiannya lagi. Ia gunakan pakaiannya tersebut dan terburu-buru keluar dari dalam kamar tersebut. Kemudian, dia pun pergi ke kamar lainnya, dengan wanita yang tengah duduk sambil menopang kaki di atas kursi yang berada di depan meja rias dan tengah mengikir ujung kuku-kuku jemari tangannya.

"Eh, Nay!" seru wanita itu, yang langsung bangun dan menghampiri wanita, yang nampak berantakan sekali itu.

"Terima kasih ya, Nay!" seru Meisya sembari memeluk wanita, yang matanya terlihat sembab ini dan tidak ada satu patah katapun, yang keluar dari mulutnya.

Nayanika melepaskan dekapan temannya ini dan berjalan ke kamar mandi dengan tertatih-tatih. Meisya cepat-cepat mendekat, sebelum pintu kamar mandi tertutup rapat.

"Nggak ketahuan kan, Nay??" tanya Meisya dan sebuah gelengan kepala menjawab pertanyaan tersebut.

"Sekarang, dimana Mas Abiyaksa-nya??" tanya Meisya.

"Kamar mandi," jawab Nayanika dengan suara yang serak.

"Ya udah. Kamu mandi dan tidur di sini dulu aja ya? Besok pagi, baru kamu pulang," suruh Meisya.

"Nggak, Mei. Aku langsung pulang aja. Kasian ibuku di rumah dan juga adikku," jawab Nayanika.

"Yakin? Tapi aku nggak bisa antar kamu lho. Nanti, Mas Abi cari-cari aku lagi," ucap Meisya.

"Iya. Nggak apa-apa kok, Mei. Nanti, aku naik ojek online."

"Ya udah. Kalau gitu, aku tinggal dulu ya. Kamu hati-hati di jalan," ucap Meisya, yang kini melenggang pergi ke kamarnya tadi. 

Baru memasuki kamar dan menutup pintu. Pria yang sudah keluar dari dalam kamar mandi, beberapa saat tadi pun, melihat sosok yang tengah menghadap belakang, karena sedang mengunci pintu kamar ini kembali.

"Kamu habis dari mana??" tanya Abiyaksa dan Meisya sempat melonjak kaget, lalu melihat siluet tubuh yang hanya berbalut handuk dari pinggang hingga lututnya itu saja.

"Eum, aku... A-aku habis cari angin dulu tadi, Mas," jawab Meisya dengan terbata.

Abiyaksa segera mendekat dan memeluk erat wanita, tepat di bahunya, karena ia yang memiliki tinggi badan dua puluh lima senti lebih dari kepala wanita, yang ada di dekapannya ini.

"Maaf ya? Apa masih sakit?" ucap Abiyaksa dan wanita yang ada didekatnya ini tentu saja menggeleng.

"Nggak kok, Mas. Aku kuat kan. Cuma sakit sedikit. Setelahnya, malah buat aku melayang," ucap Meisya sambil tersenyum lebar.

"Yang benar? Tapi tadi, kamu menangis lumayan lama juga."

"Em, ya namanya juga baru pertama kali kan, Mas? Jadi ya wajar. Ya udah. Ayo, kita tidur. Kita istirahat," ajak Meisya sambil mendekap Abiyaksa juga dan menggandengnya ke atas ranjang.

Sementara itu. Nayanika yang berada di kamar sebelah. Kini tengah bermandikan kehampaan, di bawah guyuran air shower yang hangat. Ia usap seluruh tubuhnya. Terutama pada bagian pipi maupun leher, yang tadi sempat dijelajahi seorang pria, yang adalah suami orang.

Tidak waras. Ia seperti orang yang gila saja. Karena, dimana ada wanita waras, yang memberikan tubuhnya kepada suami orang lain begitu? Apa juga, yang akan didapatkan oleh suaminya sendiri, bila apa yang berharga dari dirinya sekarang, malah sudah ia relakan untuk pria lain.

Bodoh. Sungguh benar-benar bodoh. Ia telah menjual harga dirinya. Ia telah menukarnya dengan uang dan sekarang, ia bahkan tidak tahu, pria mana yang mau , dengan wanita yang sudah ternoda seperti dirinya.

Air mata sudah terasa kering. Ditangisi seperti apapun itu, tidak ada gunanya lagi. Kini, hanya tinggal menyusun kembali puing-puing hidupnya yang telah hancur ini dan memulai kehidupan yang baru, dengan hanya terfokus kepada kesembuhan ibu maupun masa depan adik satu-satunya. 

Tangan kanan Nayanika terulur, untuk menghentikan aliran air, yang membasahi tubuhnya ini. Kemudian, ia raih handuk dan dikeringkan nya juga, tubuhnya yang basah kuyup dan setelahnya, ia berpakaian lagi, lalu pergi dari tempat, yang sepertinya tidak ingin ia datangi lagi, karena di sini, ia sudah menghilangkan apa yang berharga, yang tidak akan pernah bisa kembali seperti semula lagi.

"Neng, atas nama Nayanika ya?" ucap seorang driver ojol, yang sudah menunggu di depan gerbang rumah.

"Iya, Pak. Itu saya," jawab wanita yang keliatan lesu serta tak berdaya ini juga.

"Ini helm, Neng," ucap driver tersebut, seraya memberikan helm dan kini sedang dipakai oleh Nayanika.

"Sudah siap, Neng?" tanya si driver itu lagi, saat Nayanika tengah memandangi jendela kamar, yang tadi sempat ia datangi hanya untuk mengantarkan keperawanannya saja.

"Iya, Pak. Ayo jalan," ajak Nayanika, yang kemudian berpaling muka dan tidak lagi melihat jendela tadi lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bu Imon
ilang perawannya anak orang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Prasangka Buruk

    Abiyaksa mendorong pintu ruangan dan mendatangi Meisya, yang terdiam dengan tatapan mata yang kosong.Abiyaksa telan salivanya lebih dulu dan kemudian datang memeluk, saat istrinya itu menoleh dan genangan air mulai keluar dengan sangat deras dari kedua matanya."Mas... anak kita udah nggak ada. Padahal aku nggak ngapa-ngapain tadi. Tapi kenapa dia pergi begitu, Mas... aku nggak apa-apain dia. Aku cuma pergi ke kamar mandi tadi. Tapi kenapa dia malah pergi..." Meisya menangis tersedu-sedu. Dia benar-benar tak kuasa menahan kesedihan serta kekecewaannya. Padahal sudah seminggu ini tidak pergi kemana-mana. Sudah makan dengan baik dan bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di atas tempat tidur. Tapi kenapa masih juga bisa mengalami kejadian yang tidak pernah ia sangka-sangka ini? Rasa-rasanya, Nayanika malah melakukan pekerjaan yang lebih berat darinya. Dia kelihatan kurus juga. Tapi kenapa anaknya bisa bertahan sampai perutnya besar? Perutnya belumlah sebesar perut Nayanika dan bah

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Kecurigaan Mentari

    "Apa cuma perasaan Mentari aja ya, Kak? Tapi asli mirip banget sih ini. Kayak versi kecil sama versi perempuannya," ucap Mentari lagi."Ya itu cuma perasaan kamu aja," ucap Nayanika yang kini mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya dan tidak mempedulikan apa yang sang adik katakan.Kepikiran sudah pasti. Tapi ya mau bagaimana lagi? Anak itu memang anaknya dia. Jadi kalau pun mirip ya pantas sajalah.Di tengah rasa heran yang melanda, Mentari jadi ingat dengan apa yang dilihatnya tadi."Oh iya, tadi Mentari baru aja abis lihat suaminya Kak Meisya. Dia gendong-gendong Kak Meisya ke IGD. Nggak tahu sakit apa. Tadi Mentari langsung pergi cari makanan sih. Jadi nggak samperin ke sana," ujar Mentari."Oh." Respon singkat yang Nayanika berikan kepada sang adik. Tidak aneh kalau mendengar Meisya digendong-gendong. Tapi sedikit penasaran juga, dengan apa yang mereka lakukan di sini. Hanya saja, tidak terlalu ia pikirkan. Bukan ranahnya dan bukan juga urusannya.Urusannya hanyalah merawat

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Mirip Seseorang yang Tidak Asing

    Sementara itu di tempat yang lain. Abiyaksa tengah yang sempat terlelap sesaat itupun mendadak bangun. Dia segera menoleh ke samping dan sudah tidak menemukan Meisya di sampingnya seperti tadi."Sayang??" panggil Abiyaksa sembari turun dari atas tempat tidur. Dia melihat ke arah kamar mandi yang sedikit terbuka pintunya, lalu mendekati pintu tersebut."Sayang? Apa kamu di dalam?" tanya Abiyaksa yang sudah menyentuh pintu kamar mandi itu, lalu mendorongnya pelan-pelan, hingga tubuh Meisya yang tengah mematung itu terlihat olehnya."Sayang? Kamu sedang apa di situ?" tanya Abiyaksa yang tadinya hanya fokus pada wajah Meisya yang nampak pucat, berantakan dan juga banyak mengeluarkan keringat."Mas, perut aku sakit tadi. Terus ini, tiba-tiba begini," ucap Meisya seraya memutar bola matanya ke bawah dan melihat darah segar mengalir, dari kedua paha dan kini pelan-pelan sampai ke kakinya."Astaga, Sayang!" pekik Abiyaksa yang secepatnya mendekat tapi Meisya malah tumbang dan untungnya tertan

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Pembukaan Lengkap

    Nayanika berada di ruang bersalin dengan jarum infus yang sudah menancap di punggung tangan kirinya. Ia yang tengah merebahkan tubuhnya itupun sesekali mencengkram sisi tempat tidur dengan kencang, saat rasa mulasnya itu datang kembali dan lebih sering."Dek..." panggil Nayanika yang raut wajahnya kelihatan pucat pasi ini."Iya, Kak. Kenapa? Mentari ada di sini kok," timpal Mentari yang berada di sisi ranjang pasien ini."Mama gimana, Dek? Mama nggak apa-apa di rumah?" tanya Nayanika yang masih sempat-sempatnya memikirkan orang lain, daripada keadaannya sendiri. "Mama aman kok, Kak. Kakak nggak usah khawatir, Mentari udah titipin Mama ke temen sekelasnya Mentari kan tadi.""Dia bisa jaga Mama kan? Kalau nggak kamu pulang aja. Kakak nggak apa-apa sendirian di sini," ucap Nayanika sambil menggigit bibir bawahnya."Apa sih, Kak? Kakak butuh ditemenin sekarang. Kok malah nyuruh Mentari ninggalin kakak di sini. Kakak tenang aja, Mama aman kok. Temen Mentari itu baik. Dia juga cuma tinggal

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Pembukaan Dua

    "Oh, Nayanika. Kamu juga sedang periksa di sini?" sapa Abiyaksa, yang baru sadar bila Nayanika duduk sejajar dengannya dan di dekat sang istri."Iya, Mas. Mau check up rutin," jawab Nayanika."Kapan perkiraan lahirnya?" tanya Abiyaksa lagi. "Eum, kemungkinan bulan depan. Bulan depan lahirnya," jawab Nayanika."Cepat sekali ya? Nggak terasa, sudah mau lahir saja," ucap Abiyaksa."Iya. Cuma tinggal sedikit lagi," ucap Nayanika.Meisya hanya diam saja sambil terlihat acuh tak acuh. Dia sedang merasakan sensasi mual pusing dan sebagainya. Malas bicara dan juga malas sekali basa-basi. Toh wanita yang ada di sampingnya tidaklah penting dan sudah tidak lagi menjadi ancaman, karena suaminya tidak akan pernah meninggalkan seorang istri sah yang sedang mengandung darah dagingnya."Antrian nomor sembilan," panggil suster yang baru saja keluar dari dalam ruangan."Ayo, Mas. Saya duluan. Ayo, Mei," ucap Nayanika yang bersusah payah untuk bangun dari kursi dan segera berjalan masuk ke dalam ruang

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Periksa Kehamilan

    Bumi: [Aku bakalan sibuk banget akhir-akhir ini, Nay. Udah mulai susun skripsi nih. Jadi jangan mikir yang macem-macem ya, kalau aku gak ada kabar dan gak dateng ke sana. Tapi kalau kamu ada perlu apa-apa, telepon aja. Ok?]Satu pesan yang masuk ke ponsel Nayanika dan dibaca bolak balik olehnya. Setelah berunding dan mendiskusikan tentang masa depan, akhirnya Bumi kembali pada rencananya diawal. Bereskan kuliah dulu. Bekerja. Baru setelah itu datang untuk meminangnya.Nayanika melakukan helaan napas yang cukup berat. Bukan batal tapi hanya ditunda. Tapi setidaknya, rasa takutnya sedikit berkurang sekarang. Tidak lagi memikirkan bagaimana nanti keluarga Bumi melihatnya. Untuk sementara bisa lega. Tetapi nanti tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas, ia mau jalani saja yang ada dulu sekarang. Fokus kepada anaknya ini dan kepada waktu kelahiran anaknya nanti.[Iya. Semangat skripsinya. Semoga berhasil tanpa banyak revisi.]Pesan yang Nayanika kirimkan untuk membalas pesan Bumi. Lalu kemu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status