Share

NEVER ENOUGH
NEVER ENOUGH
Penulis: YG

1

"Nyonya, sudah jam 7 lewat. Sudah saatnya makan malam" kali kelima Hana mengingatkan nyonya besar itu untuk turun dan makan malam.

Yasmine -Nyonya atau sebutan Nyonya besar lantaran wanita baya itu adalah yang tertua di keluarga Adiwijaya.

Wanita baya yang harus setia menghabiskan banyak waktu di kursi roda masih belum menggubris jadwal makan malamnya. Oh tidak... Suasananya sedang- entahlah buruk atau ada sesuatu yang mengganjal di penglihatan Hana. Gadis berusia 25 tahun yang menjadi pengasuh tetua di keluarga ini agak sulit membaca ekpresi Nyonya besar meskipun sudah 3 tahun berlalu.

"Nyonya.. Keluarga anda sedang menunggu dibawah-"

"Hana!"

"Ya nyonya?"

"Sudah berapa lama?" 

Hana mengernyitkan dahinya bingung, berapa lama apanya? Pertanyaan yang masih kurang jelas itu ia tunggu.

"berapa lama cucu yang kucari selama ini disini?"

Menghembuskan nafas sembari menghitung sejak kedatangan cucu pertama perempuan di keluarga Adiwijaya yang hilang berpuluh tahun lamanya. Tapi.. Kenapa pertanyaan itu seolah memperhitungkan dan terdengar keberatan-

"Sudah 5 bulan 2 hari dari kedatangannya, nyonya" 

Yasmine bergumam sembari menganggukkan kepalanya. Kedua matanya masih terpaku dengan pemandangan taman dari balkon kemudian menghembuskan nafas beratnya. Ya.. Beginilah para orang tua yang sudah banyak bertambah umur, meskipun kegiatannya tidak ada lelah sering kali menerpa badan rentanya.

Yasmine tersenyum melihat Hana, diraihnya jemari kanan gadis muda itu dan mengelusnya. Seperti ada kekuatan magis yang mampu membuat Yasmine tersenyum semakin lebar hanya dengan menyentuh jemari lentik Hana.

"Ya sudah. Ayo kita turun" dan kembalilah Yasmine seperti orang yang banyak tahu. Paruh baya yang selalu tersenyum dan rendah hati. Wanita tua yang sangat-sangat mencintai keluarganya terutama cucu-cucunya.

Selesai mendorong kursi roda menuju tempat makan dimana Yasmine berlangganan duduk paling ujung yang menjadi pusat, seperti biasa Hana menyiapkan kain yang biasa diletakkan dipangkuan Nyonya besarnya dan menyiapkan sendoknya.

Hanya satu tugas yang ia selesaikan yaitu tugas pertamanya. Sendok dan garpu yang harus diletakkan di sisi piring Yasmine dikerjakan oleh cucu keduanya membuat Hana sedikit kikuk.

"Terima kasih" Hana berujar dan menyiratkan mata untuk berpamitan pada keluarga lainnya.

"Hana!" 

"Ya Nyonya? Apa ada yang dibutuhkan lagi?" Hana kembali ke sisi Yasmine setelah 5 langkahnya pergi. Yah.. Acara makan malam hanya untuk keluarga Adiwijaya, Hana tidak termasuk dan jelas ia tahu diri sekali.

"makanlah bersama kami" ceria Yasmine.

Hana tersenyum kikuk dan menyadari keluarga yang lain saling melirik.

"Hana boleh makan dengan kita kan?" Yasmine bertanya, tentu saja siapa yang akan menolak permintaan tetua di keluarga ini.

"Tentu saja. Hana sudah seperti anggota keluarga kami sendiri dan duduklah Hana" sambut Iva meminta Hana untuk duduk di samping Nazwa.

Menu makan malam ini sedikit pantangan bagi Yasmine ada menu daging rendang dimana kolestrolnya cukup tinggi tapi semuanya tahu takaran yang harus Yasmine icipi dan memakan sehat lainnya. 

Nazwa yang duduk disebelah kiri Hana nampak kesusahan memotong daging hingga bunyi decitan memecah konsentrasi orang lain. Pun dengan Hana

"Sini piringnya, Ka Hana potongkan dagingnya" bisik Hana pada Nazwa.

"Nazwa, ucapkan apa sayang pada Ka Hana?"

"Terima kasih ka Hana" dengan gaya yang dibuat sok manis untuk menggoda perawat Yasmine membuat yang lain terkekeh.

"Kebiasaan yaa.. Sukanya makan ayam goreng. Eyang tahu kamu suka makan di mall saat pulang sekolah Naz" 

Nazwa menyengir, sudah menjadi kebiasaannya dan kalian harus tahu pola makan yang 4 sehat 5 sempurna diterapkan dalam keluarga ini. Sesekali boleh dalam seminggu memakan junkfood tapi tetap harus menjaga keseimbangan makan.

Yasmine beralih pada mangkok buburnya setelah bercanda giginya tak mampu banyak mengunyah makanan kesukaannya lagi.

                                     ***

"Astaga!" Memekik pelan lalu menutup mulutnya sendiri, Hana terperanjat saat keluar dari kamar Yasmine dimana Nyonya sudah tidur lelap didalam.

Cucu kedua Yasmine berdiri dekat pintu dan bersidekap dengan matanya yang tajam.

"Ada yang ingin kubicarakan"

Dan tibalah keduanya di halaman depan, Hana memilih berdiri menunggu Devan berbicara.

"3 hari lagi. Aku memintamu untuk datang seperti biasa dan pulang lebih awal, jam 6 sore" 

Hana melihat Devan cukup terkejut dengan perubahan jadwal kerjanya yang mendadak. Gadis itu masih bingung, disisi lain ia masih belum bisa lega dan antisipasi.

"Jam 6 sore aku sudah pulang kerja, aku yang akan menjaga eyang"

"Nyonya sudah tahu?"

"Aku pernah memberitahunya tapi belum pasti kapan. Besok aku akan beri tahu dan sekarang kau boleh pulang" Devan sudah beranjak dari bangkunya.

"Oh ya aku lupa, gajimu tetap sama dan tidak akan dikurangi"

"Terima kasih. Kalau begitu saya pamit pulang" Hana membalikkan badannya namun langkahnya terhenti ketika diinterupsi oleh Devan.

"Mang Ujang sudah di depan"

"Ya?" Sebenarnya Hana adalah orang yang sangat tanggap hanya saja responnya barusan adalah bentuk spontanitasnya. Ia tahu dan sebenarnya tidak menyangka kenapa ia harus diantar pulang.

"Eoh.. Tidak perlu. Saya tahu ini sudah jam istirahatnya Mang Ujang, saya bisa pulang sendiri" cengir Hana dan sungguh ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa saat mendapat tatapan tajam dari Devan

"Nanti saya beritahu Mang Ujang-"

"Aku yang minta, jadi kau menolaknya?"

"Uh.. Itu aku sudah terbiasa pulang sendiri-"

"Jika aku memintamu menjadi kekasihku apa kamu juga menolakku?!" Pertanyaan absurd namun tegas dibalik kalimat yang terlontar dari bibir Devan tapi sukses membuat Hana membatu. 

Bukan.. Hana bukan tipe kepedean, besar kepala atau senang sekali meskipun itu kesan bercanda, ia jelas hanya tidak menyangka kenapa dengan penolakan harus dianalogikan dengan kekasih? Dan Hana? Tentu saja, ia harus sadar diri dengan kedudukannya.

"Lupakan" 

"Pulang dengan Mang Ujang!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status