Share

Rasa Bersalah

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2023-01-03 15:21:05

Lelaki mana yang tak marah saat wanita yang dicintainya berkhianat dan sudah tidur dengan pria lain. Itu yang Irham rasa.

"Tapi kenapa?" Tangan Irham terkepal. Tatapan pria itu nyalang pada Arga yang masih juga tampak santai di situasi ini. Orang yang dianggapnya baik itu ternyata adalah pria jahat yang tak bisa ditebak.

Arga menggedikkan bahu. Melihat Anya menangis dan pergi, harusnya ia puas. Namun, ada bagian dari dirinya yang justru merasa sakit. Dia merasa terlalu kejam. Hingga memaki diri sendiri dalam hati.

Tidak suka dengan respon pria yang sudah membawanya ke rumah besar itu, Irham bangkit dan mendekat pada Arga. Tanpa memikirkan akibatnya, tangan kanan Irham mencengkeram kerah kemeja milik pria di depannya dengan kasar.

"BERENGSEKK! Kau apa kan, Anya?!" Rahang Irham telah mengeras. Pipinya berkedut, membawa rasa sakit yang ingin dimuntahkan dari dalam dada.

"Hem? Kenapa? Kamu merasa dikhianati?" tanya Arga tanpa melawan. "Rasanya tidak akan seberapa dibanding kamu tau wanita yang kamu nikahi sedang hamil dengan pria lain. Dan lebih baik kamu tahu sekarang. Maaf jika sakit hatiku pada Mira ikut merugikanmu."

Namun, rasa sakit dan kemarahan Irham sudah di puncak. Ia tak peduli alasan Arga menikahi Anya, dan menghancurkan mimipinya dalam sekajap. Tangan yang mencengkeram kini terayun ke wajah Arga. Bibir dan pelipis lelaki -yang kini dianggap musuh- berdarah seketika karena kerasnya pukulan dari tangannya.

Puas dengan itu ia melempar tubuh Arga kembali ke kursi hingga terjungkang. Irham akhirnya pergi dengan hati yang sakit. Tangan yang masih terkepal menunjukkan perihnya belum lah reda meski telah memukuli pria yang menjadi sumber bencana dalam hidupnya.

Dengan susah payah Arga bangkit dan duduk dengan tenang. Mengusap kasar cairan merah di bibir. Sudut bibirnya sedikit naik. Ia mentertawakan dirinya sendiri membuat banyak orang terluka.

Saat meraih gelas dan akan meminumnya, pria itu urung melakukan. Perih di mulutnya membuatnya ingat apa yang tengah terjadi hingga ia gusar. Seolah terekam kembali saat pertama ia tahu Mira tengah hamil anak pria lain.

Malam itu Arga menggandeng tangan Mira dengan bahagia menuju peraduan mereka. Kamar pengantin yang dinanti banyak orang menyempurnakan kebahagiaan.

Tidak mungkin meneruskan makan sekarang, moodnya benar-benar buruk.

_______

Anya sama sekali tak keluar kamar hingga jam makan malam. Rasa bersalah mengekang Arga untuk mengganggu wanita itu, ia memilih ke luar mencari makan.

Di sela makannya, Arga menyempatkan membuka ponsel. Tangan pria itu mengklik galeri, banyak sekali foto Mira berjejer di sana. Senyum wanita itu telah menjerat hatinya dengan begitu dalam, lalu ketika tersakiti kebenciannya menjadi-jadi. Barangkali ini bukan benci, tapi mengekspresikan kehilangan karena saking cintanya?

"Ah, bullshit tentang cinta!" Kini jarinya dengan cepat dan lincah menghapus foto-foto Mira tanpa sisa. Terakhir, ia melihat foto dirinya dengan Anya yang tengah memotong kue, hari itu seorang staf kantor yang dekat dengannya merogoh ponsel di kantongnya untuk melakukan sesuatu.

"Sangat sayang kalau ini tidak diabadikan, Pak!" seru sang satf dengan gelak tawa mengangkat ponsel Arga, ia menjepret begitu saja kegiatan mereka.

Diusapnya layar pipih di tangan, Arga melihat wajah gadis itu sangat bahagia, berbeda saat mereka berpisah di ruang makan tadi siang. Sangat berbeda.

"Apa aku sekejam itu? Heh! Ibunya bahkan lebih kejam." Dibenahi topi yang dikenakan, karena wajah lebamnya ia terpaksa mengenakan topi. Arga juga memilih tak pergi ke kantor menghindari tatapan pegawainya. Disuap lagi, semangkuk soto di meja. Suasana hatinya tengah kacau, berharap makanan hangat kesukaan yang melewati kerongkongan bisa meredakan.

Teringat sesuatu, Arga menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Ya?"

"Saya masih mengawasinya, Tuan," jawab seseorang di ujung telepon.

"Bagus, laporkan apa pun tentang wanita itu." Ia perlu tahu apa yang terjadi. Walau bagaimana, Arga berniat berhenti melukai Anya dan melepaskannya suatu hari nanti. "Lihat dengan siapa dia berhubungan, pastikan kamu laporkan semua pria yang terhubung melalui ponselnya."

Kemarahan Arga berlanjut pada kecurigaan orang-orang yang membencinya. Bisa jadi Arya, atau ... Arga menggeleng cepat, ketika wajah sang ayah terlintas.

"Baik," jawab orang suruhannya singkat.

Pria dengan setelan kemeja dan celana dongker itu segera menutup telepon. Lalu mengusap mulutnya kembali dengan tissue. Makanan itu masih separuh, tapi tak lagi berselera untuk menyantapnya.

____

Berkali-kali menghubungi nomor Mira dan tak diangkat, Irham akhirnya menyerah. Ia melangkah pergi, menuju rumah untuk menenangkan diri. Lelaki yang dikenal sholih oleh semua orang itu memasuki pekarangan rumahnya dengan lesu. Deretan pot bunga yang terlihat cantik itu sama sekali tak lagi menarik seperti tadi pagi.

Bunga-bunga hidup yang ia tanam demi menyenangkan Anya nantinya. Karena dulu, ia pernah sangat terpesona saat melihat gadis itu tersenyum di halaman kampusnya kala bunga-bunga yang ditanam disisi pagar mulai tumbuh dengan subur.

Kala itu ia segera menunduk dan menggumam istigfar ketika sadar bahwa hatinya tertawan lantaran tak mampu menjaga pandangan. Anya yang sadar ada yang memperhatikan menunduk malu dengan pipi merona melihat sosok Irham. Sejak itu mereka menjaga jarak, karena sama-sama merasa ada ketertarikan, hingga akhirnya pria itu berhasil mengkhitbah Anya.

Irham menarik napas panjang membuyarkan semua kenangan indah itu. Membuka pintu masih dengan lesu. Tas yang biasa ia letakkan di tempatnya, lepas begitu saja ke lantai saat memasuki rumah. Hatinya telah hancur berkeping-keping sama seperti masa depan yang sudah banyak dipersiapkan.

Jadi, ini lah alasan Anya mengabaikan dan menghindarinya. Tidak membalas pesan-pesannya. Dia telah bersuami.

Usai mengerjakan witir, Irham bersiap untuk tidur. Layar ponselnya nyala berkali-kali, tapi ia tak ada gairah untuk melihatnya, sampai ia ingat ada amanah dari kantor. Barangkali ada info grup dari teman-teman kerjanya, atau mungkin ada pesan dari sang bos.

Benar saja, teman dalam timnya menanyakan keberadaan Irham saat jam sibuk-sibuknya. Lalu, menyusul pesan pribadi dari bosnya yang menanyakan apa yang terjadi dengan dirinya? Ia bersyukur memiliki bos yang pengertian, hingga tak perlu banyak berkelit mangkir dari kewajiban di kantor.

Lalu ... sebuah pesan yang membuatnya terkejut. Foto profil anime, gadis berjilbab dengan quotes Islami "Berislam sampai mati", yang ia ketahui betul foto profil itu milik Anya. Wanita sampai detik ini masih sangat ia cintai, juga wanita yang mengukir luka sangat dalam di hatinya kini.

Dengan ragu ia membuka pesan itu, barangkali sebuah penjelasan yang sangat ia inginkan.

[Aku yakin, tak ada penjelasan yang bisa Mas Irham terima. Jadi cuma kata maaf yang bisa kuucap. Tapi ketahuilah, Mas, aku sangat tersiksa di sini. Jika saja ada seseorang yang bisa menolong, tentu itu akan lebih baik untukku.]

"Apa ini? Apa maksud Anya? Apa dia meminta pertolonganku?" Irham bertanya-tanya setelah membaca satu-satunya pesan dari Anya sejak beberapa hari lalu.

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nindya Arumi
sepertinya ada lompatan bab kak. tiba-tiba arga ke kantor terus langsung punya anak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Naik Ranjang CEO    Aku yang Akan Datang Padanya

    Sampai di dalam, Arga melihat Dilla sudah duduk manis di mejanya. Sepertinya wanita itu tengah mempelajari laporan. Namun, ada sesuatu yang membuat Arga gagal fokus. Sepatu yang Dilla kenakan sama persis dengan wanita yang bersama Denward tadi di rumah sakit, begitu juga dengan jas berwarna marun yang ia kenakan."Jangan-jangan?" Mata CEO itu memicing.Dilla terus saja sibuk, seolah tak melihat apa yang Arga lakukan tak jauh dari tempatnya duduk. Ia merasa sudah pandai menghindar saat di rumah sakit tadi. Dan itu berhasil. Lalu, apa yang membuat Arga kini tampak memperhatikannya. 'Apa dia menyukaiku?' pikir Dilla kemudian. 'Laki-laki ternyata sama saja di dunia ini. Tidak bisa lihat wanita cantik sedikit. Apa perlu aku melancarkan sisiku sekarang? Tapi ini terlalu dini,' batinnya lagi. Dia bahkan masih berpenampilan polos. Belum lagi memoles make-up andalannya ketika hendak menaklukkan seorang pria. Dada Dilla berdesir, kala lelaki tampan itu datang mendekat. Suara yang timbul dari l

  • Naik Ranjang CEO    Kebetulan

    Begitu datang ke kamar yang Harry -manajernya- beritahu, ia melihat seseorang sedang terbujur kaku. Seorang pria yang biasa menyodorkan laporan saat di kantor, tak pernah sekalipun menentang selama bekerja. Patuh dan menjaga attitude sebagai seorang pegawai.CEO muda itu mendesah. Berat hidup yang dia jalani, rupanya belum ada apa-apanya dibanding orang lain yang kini terkapar tak berdaya itu, yang kini sedang berjuang melawan kematian. Entah, jika selain adiknya ada orang-orang yang mestinya ia lindungi.Arga lalu bertanya pada perawat mengenai kondisi lelaki itu. Dan semua penjelasan mereka sama dengan yang Dilla katakan. Persis."Kalau begitu tak ada alasan untuk tidak mempercayai wanita itu. Huft," desah Arga lega. Dari sini, ia akhirnya memercayai gadis itu. Namun, PR nya lebih berat pula sekarang, bahwa ia harus menjelaskan pada Anya secepatnya sebelum istrinya itu mengetahui semuanya. Mengingat bahwa Anya bakal cemburu, membuat Arga kembali merasa berada dalam masalahUsai den

  • Naik Ranjang CEO    Percaya Diri

    Arya merasa lelah. Setelah menenggak air mineral lebih dari setengah botol ukuran 500 mililiter, langkahnya beranjak meninggalkan dapur yang sepi. Yah, sejak pindahnya Arga dan Anya ke rumah mereka yang baru, Arya memutuskan mengosongkan rumah tanpa siapapun termasuk pembantu. Mereka hanya diperkerjakan kala sang mama berada di rumah. Dan hari ini wanita tua yang tampak lebih muda dari usianya itu tenafh tengah mengadakan perjalaan ke luar negeri bersama dua saudaranya.Langkahnya terhenti kala mendengar bel pintu. Diurungkan membuka pintu kamar dan berbalik ke arah depan di mana tamu sudah menunggu.Mata Arya melebar kala seseorang berdiri di depannya."Assalamualaikum, Tuan Arya." Nara berdiri dengan senyum mengembang di wajahnya."Wa-alaikumsalam," jawab Arya kelu. "Kamu?"Dua alis tebal lelaki itu tertaut dengan mata menyipit. Seolah telah menyelidik, dan menduga-duga tujuan wanita itu datang ke rumahnya.Nara tersenyum tipis. Ia celingukan ke dalam seperti tengah mencari perhat

  • Naik Ranjang CEO    Bukan Suami Takut Istri

    "Jadi keluhan Anda?" Nara meletakkan dua tangan di atas meja. Menatap lurus pada pasiennya yang berada di seberang meja."Aku tak bisa melupakanmu." Suara itu meluncur begitu saja. Seolah tak lagi ada sesuatu yang menahan Arya untuk bicara. Mungkin karena dia berhadapan dengan seorang psikiater. Bukan orang lain yang tidak ia mengerti motif mereka dekat dengannya."Apa?""Maksud saya, aku tak bisa melupakannya." Arya tersentak, meralat ucapan. Sadar pikirannya terlalu fokus pada Dara."Siapa?" "Namanya Dara." Arya masih menatap wanita tersebut. Hingga mereka saling tatap. "Dara? Nama itu tak asing." Nara tersenyum tipis. Ia kemudian ingat, cerita sang ibu kala kakak sepupunya di kota yang bernama Dara meninggal. Lalu, semua orang yang mengenal gadis itu, mengatakan wajah mereka sangat mirip. Ia sempat berpikir bahwa kedatangan Yahya ada hubungannya dengan pasien ini dan nama gadis yang ia sebut. Namun, itu terlalu jauh. Tidak layak baginya mencampur soal pribadi dengan masalah ya

  • Naik Ranjang CEO    Dokter Nara

    "Da-dara?" Suara Arya terdengar lirih. Namun, orang di sampingnya mampu mendengar dengan jelas. Yahya mengulum senyum, apa yang dipikirkan benar terjadi. Kali ini Arya pasti akan kembali terpikat oleh sosok berwajah sama. Barangkali ini juga bisa menjadi obat mujarab untuk trauma Arya yang tiba-tiba datang tanpa ada tanda-tanda lebih dulu.Lelaki tampan berusia 37 tahun itu menoleh pada Yahya, dengan tatapan penuh tanya. Garis lengkung di bibir pria yang lebih tua darinya itu memanjang. Arya menyelidik arti ekspresi tersebut. Apa yang direncanakan Yahya? Apa selama ini sebenarnya Dara masih hidup? Namun, melihat sosok wanita berjilbab itu, sepertinya usianya masih sekitar 25 tahun."Dia bukan Dara Mas Arya. Dia seorang Psikiater." Yahya mengucap enteng. "Mari!" ajak lelaki tersebut mendekat ke arah wanita yang membuat Arya terpana.Kaki-kaki mereka bergerak, Arya mengikuti Yahya dengan ragu. Ia sangat penasaran dengan wanita tersebut, tapi berusaha mengendalikan diri. Arya yakin, bah

  • Naik Ranjang CEO    Semua karena Dara

    "Apa Mas Arya sakit?" Yahya bingung melihat lelaki bersamanya tampak syok. Lelaki yang telah menjadi ayah tiri bagi Anya dengan menikahi Mira tersebut terlanjur percaya pada Arya. Pasti yang ditangkap dari ucapan Arya tak seperti dalam pikirannya. Mana mungkin Dara, gadis yang dulu selama bertahun-tahun dijaga pria tampan itu mati di tangannya. Tak mungkin.Lagi pula selama lebih sepuluh tahun, Yahya tak mendapati hal mencurigakan dari Arya. Semua prasangka buruk sudah terpatahkan sejak kali pertama Yahya mendapati kebaikan anak majikannya itu. Hal mustahil pula, jika ia pembunuhnya akan mengidap trauma karena kehilangan, yang menyiksa seluruh sisa hidupnya.Kakak Arga tersebut tersenyum samar mendengar pertanyaan yang Yahya lontarkan. Sebagai lelaki sakit itu aib baginya, apalagi sakitnya seperti seorang pengecut. Ia tak bisa menguasai diri kala trauma datang."Maaf, sebelumnya Mas. Jika saya lancang. Dulu tanpa sengaja saat keluar dari ruang kerja Tuan Admaja, saya mendengar perbin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status