"Nayla...! Nay!!"
Nayla mendongak mendengar namanya dipanggil. Tangannya mengusap air matanya. Telinganya semakin jelas mendengar suara itu. Sangat familiar, suara yang biasanya memarahi dia. Nayla bangkit, menyeret kakinya untuk mencari asal suara itu.
"Tolong..." Nayla bergerak menuju cahaya senter itu.
Raka terhenti, melihat wanita yang dicari ada di depannya. Ia bernafas lega.
Akhirnya ketemu, bathin Raka lega.
Tanpa pikir panjang Nayla berlari terseret-seret meraih Raka dan memeluknya. Betapa lega hatinya ada yang bisa menemukannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya, suara tangisannya terdengar sangat kencang. Membuat seluruh penghuni hutan bisa mendengarnya.
Raka yang tertegun dengan tindakan N
Pagi ituterdengar kicauan burung. Raka yang mulai tersadar dari tidurnya, membuka mata perlahan. Di sampingnya sudah ada sepasang mata yang masih terpejam. Bibir mereka terlalu dekat, bila Raka menundukkan kepalanya sedikit maka bibir itu akan bersentuhan. Ditatapnya lekat wajah gadis itu. Kalau nggak bawel ini cewek sebenarnya cantik juga. Raka menyingkirkan rambut yang menutupi mata Nayla. Lentik banget bulu matanya, bibirnya merah alami. Raka mulai tak kuasa menyentuh mata, hidungnya yang mancung, sampai ke bibir Nayla. Seperti ingin menjadikan miliknya. "Ciptaan Tuhan yang sempurna." Tiba-tiba Nayla menggerakkan kepala. Cepet-cepat Raka mengalihkan tangannya. Matanya ditutup seakan belum bangun sedari tadi. "Aaaaaaa!"
Raka menarik tangan Nayla hingga terjatuh ke dalam pangkuannya. Dia menurunkan tubuh cewek itu lalu menutup pintu mobil. Raka tidak menggubris panggilan Reno yang terdengar kesal. "Raka! Nayla nggak mau jangan dipaksa," ucap Reno turun dari mobil. Hingga mereka berhadapan. Tapi Raka tidak perduli. Raka menggendong Nayla dengan gaya bridal. Lalu menurunkan di atas jok motornya. Cowok itu memasang helm yang agak longgar di kepala Nayla. Ternyata size kepala laki-laki dan perempuan berbeda. Nayla, menelan saliva. Belum sadar dengan keterkejutannya, kini Raka meraih tangannya ke dalam pinggang cowok itu. Nayla melepaskan pinggang Raka. "Jatoh gue nggak tangung ya." Mendengar itu dengan sangat terpaksa Nayla memeluk pinggang Raka kembali. Raka tersenyum dibalik helmnya. Di sisi lain, seisi penumpang tr
Waktu menunjukkan pukul 1 malam, hiruk pikuk dunia malam membuat Jakarta tidak pernah senyam-sunyi. Salah satu club malam menjadi tempat pilihan Raka, Mike, Doni, dan Erga, menghabiskan waktu. Mereka menyukai club ini karena difasilitasi meja bilyard di lantai teratas. Kaca dinding di depan meja bilyard bisa melihat pemandangan ke bawah tempat orang yang berjoget ditemani DJ.Doni yang bersiap melakukan push out dalam bola bilyard mulai risih dengan gerak-gerik Raka. Cowok itu membalik-balikan ponsel di tangannya. Wajahnya tampak berfikir."Banting aja banting! Atau kasih gue hape lo. Amal, dari pada lo puter-puter terus kan kasian hape-nya pusing," ujar Doni memutar bola mata pada Raka."Bacot! Sodok aja bola lo. Kebanyakan strategi! Setahun baru nyodok bolanya," cibir Raka. Matanya menunjuk bola yang digantung Doni seperti hubungan."Sabar dong, gue kan pen
Semenjak kejadian Raka menghadang truk untuk Nayla. Semua mata mulai memperhatikan cewek itu. Ada yang menatapnya sinis, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka. Tapi ada juga yang mulai menyapa Nayla dengan ramah. Nama Nayla si anak baru tiba-tiba boom disetiap kalangan. Terutama di ekskul PA."Tumben alumni kita pada dateng. Biasanya kalo ada hal penting aja mereka dateng." Ujar Beca di sebelah Nayla. Menunjuk ke arah Raka, Doni, Erga, dan Mike sedang mengobrol dengan Kang Deny di bawah pohon."Emang gitu?" tanya Nayla mengikuti pandangan Beca. Temannya itu mengangguk.Walaupun tidak ada kegiatan anak PA wajib berkumpul setiap hari Jumat dan Sabtu. Sekedar berkumpul dan bersih-bersih basecamp mereka. Di ekskul ini banyak kegiatan yang positif yang mereka lakukan bersa
"Ada yang liat Reno? Gue keliling nyariin dia nggak ada," teriak Tina di ambang pintu basecamp PA."Barusan pergi," jawab Rangga santai melihat Tina."Pergi kemana? Padahal mau mulangin tenda." Tina mengeluh sambil menggaruk kepalanya. "Nayla nggak absen hari ini." Tina mencari sosok kawannya."Dateng kok dia. Tadi kita rame-rame beberes di sini," jawab Beca seraya menyapu."Si Reno ngajakin Nayla keluar, alesannya balikkin tenda. Modus banget kan? Udah tau kerjaan di sini belum selesai." Rangga bicara dengan nada kesal."Lo pada ngapa gak bilang dari tadi sih!"Rangga dan Tina saling pandang. Satu ruangan itu tersentak tiba-tiba, Tina mengeluarkan nada kesal dengan suara tinggi. Gadis itu pergi begitu saja. &nbs
Nayla melangkah dengan semangat keluar dari pintu rumahnya. Tadi malam dia tidur nyenyak hingga bisa bangun cepat. Rambutnya dibiarkan tergerai. Nayla menekan kedua sisi tali tasnya, langkahnya terhenti melihat motor sport yang terlalu mencolok matanya berada di depan gerbang."Lama banget sih keluarnya." Raka bersuara saat Nayla sedang menutup gerbang. Nayla menautkan kedua alisnya. Menurut Nayla, ini adalah waktu tercepatnya bangun pagi. Bisa-bisanya dia bilang lama. Eh, tunggu! Ngapain dia ke sini?"Lo ngapain pagi-pagi di depan rumah orang?" tanya Nayla terheran-heran."Rumah orang? Ini kan rumah lo, ya gue nyari lo-lah. Mau nganterin ke sekolah." Raka masih bersender di badan motornya."Eh, nggak usah. Gue biasa naik angkot." Nayla berjalan m
Pulang sekolah Nayla berjalan dengan penuh waspada. Ini semua karena Raka, entah apa yang dipikirkan cowok itu hingga ingin menjemputnya pulang sekolah. Ucapan Raka tadi pagi bisa dianggap serius, karena Raka termasuk nekad.Semoga dia nggak dateng.Semoga semogaLangkah Nayla terhenti. Melihat para siswi SMA Budi Mulia sedang tebar pesona melewati cowok berbaju hoodie itu. Cowok itu melipat tangannya di depan dada, menatap sekeliling dengan wajah datar."Rakaaaa... Mati gue." Nayla hampir melompat karena takut. Ia langsung bersembunyi di balik pohon dengan mata menatap Raka."Serius gue di jemput mantan Bapa Presiden PA. Terharu gue." Nayla berdecak dengan wajah ingin menangis. "Ngapa sih lo ganggu hidup gue yan
"Lo punya gue," ulang Raka. Gadis itu mengedipkan mata tidak percaya yang dia dengar. Demi apa gitu?"Jadi lo nggak bisa nolak buat gue anter." Raka menarik tangan Nayla ke depan motornya."Tunggu sebentar. Jadi maksud lo, setelah lo ngomong gitu ke gue. Terus lo bisa seenaknya bawa-bawa gue." Nayla melepaskan tangannya. "Jangan macem-macem.Gue bilangin bapa gue lo ya!""Nggak ada yang nggak bisa gue dapetin. Lo mau gue minta izin Bapa lo?" Raka menantang, gadis itu menggeleng jengkel. "Dengan senang hati.""Tapi gue bukan boneka lo," ucap Nayla melepaskan helmnya lalu meninggalkan Raka yang tetep saja mengikuti Nayla."La." Raka mengejar Nayla. Cowok itu menarik tangan Nayla. Membuat mereka saling berhadapan. Perasaan Nayla bercampur aduk. "Kasih gue waktu sebulan buat dekat sama lo. Kalau sebulan, hati lo nggak luluh. Gue lepasin lo.""Kalau gue nggak mau," jawab N