Share

Bab 3

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-09-22 16:00:16

 

"Jelasin sama aku, Wira?! Si udik ini ngada-ngada 'kan?" tanya Diandra masih syok.

 

Bola matanya yang dihias soflen kebiruan itu membelalak sempurna, sementara Wira kelabakan bingung harus menjelaskan dari mana.

 

"Jawab!" teriaknya lagi, Diandra hampir stres menghadapi kenyataan ini.

 

"Iya, tapi aku akan berusaha bayar cicilan perbulannya, kamu jangan khawatir biar ini jadi urusanku."

 

Diandra memegang keningnya dengan erat, muak sekali dengan kenyataan ini, rasanya ingin pergi dan mencari lelaki lain.

 

"Dengan cara apa hah?! Perusahaan kamu udah bangkrut, kamu udah miskin, aku udah ga tahan," seru Diandra sambil mendorong kopernya keras-keras.

 

Sementara Rara berdiri dengan tenang menikmati ketegangan antara pengantin baru itu, melihat mereka yang saling bersitegang ia jadi enggan pergi dari rumah ini.

 

Alasannya karena ingin memberi pelajaran pada si gundik, sekaligus melihat pertengkaran mereka yang sudah pastinya terjadi setiap hari.

 

Rara faham perempuan matre seperti Diandra tak bisa hidup tanpa uang, jadi mana mungkin perempuan berkulit putih karena suntikan itu sudi bermesraan dengan suaminya yang kere.

 

"Aku akan cari kerja, atau bangun usaha dengan sisa modal yang ada, dipikir aku ini bo-do-h yang akan nyerah gitu aja, engga Diandra kamu harus sabar makanya," tutur Wira dengan nada rendah.

 

"Sabar sabar enak banget kamu ngomong ya, aku ga mau tahu pokoknya kamu harus kasih uang bulanan seratus juta, sesuai janjimu sebelum menikah!" tegas Diandra lalu mengempaskan tubuhnya ke sofa.

 

Dirasa puas, Rara memilih ke luar mencari angin segar sekaligus makan siang, mulai detik ini ia ogah masak di rumah, baginya rumah itu hanya sebuah tempat istirahat selama tiga bulan ke depan.

 

"Aku lapar, kamu order makanan ya," pinta Diandra.

 

Ia tak bisa memasak atau lebih tepatnya malas melakukan pekerjaan rumah, bumbu-bumbu dapur saja tak ada yang diketahuinya.

 

"Ga usah order segala, mulai sekarang kita harus hemat. Beli aja makanan di warung makan Padang depan sana."

 

Diandra merenggut mendengar ucapan suaminya, yang ia mau makanan mewah bukan makanan murah.

 

'Menyebalkan! Kenapa mimpiku tak jadi kenyataan'

 

"Aku ga biasa makan makanan itu!" Diandra melipat tangan di dada.

 

"Ya sudah kita makan di cafe sebrang rumah ya, di sana makanannya lumayan murah, tapi lain kali kamu harus bisa masak seperti Rara."

 

Jelas saja Diandra meradang tak terima dibanding-bandingkan dengan mantan istri suaminya, ia memandang wajah Wira dengan geram.

 

"Jangan samakan aku sama si udik ya, dia itu Upik abu, ga level tahu," sergah Diandra menahan gemuruh di dada.

 

"Iya maaf, abis ini kita masak sama-sama ya, biar kamu jago masak nantinya" Wira tersenyum paksa, sedangkan Diandra menampakkan expresi datar.

 

Dalam hatinya pria berwajah klemis itu timbul rasa muak, ke mana Diandra yang selalu bersikap manis dan menyenangkan? kenapa tiba-tiba berubah jadi monster yang menyebalkan?

 

Diandra dan Wira makan di cafe yang sama dengan Rara, hanya saja jarak mereka sedikit berjauhan. Akan tetapi, kedua mata Diandra menyadari jika perempuan yang menurutnya menyebalkan itu makan di tempat ini.

 

Tanpa pikir panjang Diandra menghampiri Rara yang sedang lahap bersantap makanan.

 

"Hebat ya makan di sini pasti itu pake duit suamiku 'kan? ingat ya mulai besok kamu yang masak di rumah kalau masih ingin tinggal di sana." Diandra menggebrak meja.

 

Rara masih tetap diam, malu kalau harus melawan. Ia seorang muslimah berhijab syar'i tak sepatutnya merendahkan diri.

 

"Kalau aku ga mau gimana?" tanya Rara dengan santai, seketika selera makannya menghilang.

 

"Ya pergi, ga usah pake tameng menghabiskan masa Iddah segala, bilang aja lo itu ga siap tinggal di rumah butut, iya 'kan?!"

 

"Ngeles aja Lo bisanya, atau jangan-jangan lo berniat buat rebut Wira lagi dari gue? iya?!"

 

Suara cempreng Diandra cukup mengalihkan perhatian orang-orang sekitar, termasuk meja nomor dua puluh, di sana ada mantan karyawan Wira yang berjumlah empat orang.

 

Akhirnya keempat gadis dewasa itu menghampiri meja makan Rara dengan kompak.

 

"Eh pelakor! dasar lont* ga tahu malu! Marah-marah sama istri sah Pak Wira, sadar woi! Perusahaan suami lo bangkrut itu pasti gara-gara Pak Wira nikahi elo!" 

 

Seorang wanita bertubuh jangkung dengan mulut tebal menunjuk wajah Diandra yang merah.

 

"Kasihan banget sih lo, ngarep jadi orang kaya eh ternyata malah miskin tiba-tiba."

 

Empat orang gadis dewasa itu terbahak bersama.

 

Sedangkan Diandra makin meradang, dadanya panas tak tahan ingin menjambak rambut mereka satu persatu.

 

Diandra mengedarkan pandangan ke sekeliling, Wira masih juga belum kembali dari toilet, dan sialnya kini ia telah menjadi pusat perhatian pengunjung cafe yang lain, Diandra baru sadar akan hal itu.

 

"Jangan sembarangan ngomong, dia ini sudah dicerai sama Wira, dan istrinya itu cuma gue satu-satunya, ga usah sok tahu kalian ya!" balas Diandra melakukan perlawanan.

 

 "Iya dicerai itu gara-gara elo 'kan?!"

 

"Perhatian semua, wanita cantik karena operasi plastik ini pelakor, suaminya Mbak ini direbut sama dia, dan sekarang dia marah-marah sama istri sahnya di tempat umum, ga tahu malu banget 'kan?" teriak gadis berambut sebahu.

 

Sontak saja seluruh pengunjung yang didominasi ibu-ibu sosialita itu menyorakinya, pandangan mereka berubah bengis saat menatap Diandra.

 

Ibu-ibu mana sih yang tidak benci sama yang namanya pelakor?

 

"Eh, Mbak, ga malu ya rebut suami orang?" teriak ibu-ibu yang memakai lipstik merah darah.

 

"Pelakor itu harusnya dihajar, kalau gue jadi istri sahnya udah habis lo gue telanjangin di hadapan umum!" teriak ibu-ibu yang memakai jilbab seleher.

 

"Huuh dasar pelakor ga tahu diri!"

 

"Istri sahnya juga diem aja waktu dilabrak tadi, harusnya lawan!"

 

"Kalau istri sahnya ga mau menghajar biar kita-kita aja yang menghajar, iya ga?"

 

Terdengar gelak tawa yang cukup menggelegar di telinga Diandra.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Iya lha diandra bersikap manis krn mau duit lu bkn bener2 suka ama lu itu buktinya sifat aslinya nongol. Hajarin aj bu ibu semangat
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Tamat

    Dua tahun kemudian.Diandra telah bebas dari masa hukumannya. Papa dan Mama beserta Tiara yang sudah tumbuh jadi balita ikut serta menjemput kepulangan wanita itu.Diandra dulu tentu berbeda dengan sekarang. Saat ini wanita itu bertubuh kurus dan berwajah kusam. Namun, hal itu bukan suatu masalah bagi dirinya.Prinsip wanita itu telah berubah, yang ada di pikirannya hanya rindu terhadap anak tercinta, ia ingin memeluk dan mencium bocah itu sepuasnya."Oma, takuut, toloong," rengek Tiara, saat Diandra berusaha mendekatinya."Kok takut, dia 'kan Mama kamu," ucap Mama Diandra.Anak berumur empat tahun itu merenung, ia tak terbiasa dengan hadirnya seorang Mama, yang ada dalam hidupnya selama ini hanya oma, opa dan papa."Ga apa-apa, Diandra, anakmu ga terbiasa dengan hadirnya kamu, nanti juga terbiasa pasti sayang kok sama kamu." Mama Diandra menenangkan."Ma, aku minta maaf ya udah buat Mama dan Papa malu selama ini," ucap Diandra dengan wajah sendunya.Mama Diandra mengangguk."Yang pen

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 30.A

    Sementara Wira berdiri di hadapan pintu masuk rumah Pak Mustafa, sejak tadi ia berdiri di sana, menunggu tamu yang di dalam keluar, dengan harapan agar Rara kembali jadi miliknyaWira bersender di pintu, tubuhnya mendadak lemas mengetahui sang pujaan hati hendak jadi milik orang lain."Wira," ucap Pak Mustafa saat menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapan pintu rumahnya.Sontak semua orang melirik ke arah yang sama, Rara terkejut matanya sempat menghangat, bukan masih cinta melainkan tak tega.Pak Mustafa melangkah keluar seorang diri sementara yang lain menunggu di dalam."Ayo masuk," ajak Pak Mustafa.Tapi Wira malah berdiam diri, enggan masuk lantaran kakinya terasa berat dibawa melangkah."Saya pulang aja, Yah." Wira tersenyum sungkan."Ya sudah hati-hati." Pak Mustafa menepuk bahu WiraSatu bulan semenjak kejadian itu akhirnya ada surat undangan yang datang ke rumah Wira, bertuliskan nama Rara dan Faruq, Wira menghirup napas dalam-dalam saat membacanya."Tuh mantan istrimu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 29.B

    Nenek dari pihak Diandra yang memberikan nama itu, mereka berdua mengurus bayi Tiara dengan dengan didikan yang baik, tak ingin anak ini tumbuh liar seperti ibunya."Ma, aku udah transfer ke rekening Mama ya kalau Tiara kenapa-napa telpon aku aja," ujar Wira saat ia mengunjungi anaknya.Pria itu tak ingkar janji, hingga anak itu tumbuh dan bisa berjalan ia tetap memberi nafkah dan kasih sayang, setiap akhir pekan ia menyempatkan waktu untuk bertemu anaknya.Mengajak jalan-jalan atau membawanya menginap di rumah Mama Sandra, wanita itu teramat gembira jika sang cucu datang menginap di rumahnya.Tak ada benci seperti sebelumnya. Tiara benar-benar dilimpahi kasih sayang dari ayah dan kakek neneknya."Wira, kapan kamu nikah lagi? kalian sudah dua tahun bercerai, masa iya kamu menduda terus," ucap Mama Sandra.Wira terdiam, hatinya masih tertutup belum ada wanita yang bisa menggantikan Rara."Nanti saja, Ma, belum dapat yang sreg di hati." Wira tersenyum.Mama Sandra mendesah, lagi-lagi pu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 28.A

    Sidang pertama sukses, Rara beserta pengacara bersalaman sebagai ungkapan terima kasih. Di ruang mediasi Wira sempat membela diri, tak ingin bercerai. Namun, berkat bantuan Bu Lala pengacaranya akhirnya hakim berpihak pada mereka."Ra, please, berfikir ulang," ujar Wira saat sudah keluar dari ruang sidang."Maaf, Mas. Ini yang terbaik. Aku ga mau hidup ngebatin terus," ucap Rara lalu segara meninggalkannya.Sakit sekali hati Wira, begitu pula dengan Rara. Mereka sama-sama merasakan sakit akibat perpisahan ini.Waktu cepat berlalu, sekarang tiba saatnya Diandra melahirkan, pihak lapas yang mengabari Wira, selaku ayah dari bayi itu.Wira menagajak Mamanya dan Pak Dirga, karena kedua orang tua itu memaksa ikut, ingin melihat cucu pertama mereka.Walaupun sempat membenci, tapi dalam hatinya masing-masing mereka penasaran dengan wajah anak itu, dan tak dapat dipungkiri ada setitik sayang untuk anak itu."Bayinya perempuan, Mas. Lihatlah hidung dan bibirnya mirip denganmu," ucap Diandra lir

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.B

    "Atas kasus apa?" tanya lelaki yang kini berjanggut sedikit tebal itu, maklum jarang mengurus wajah karena sibuk dengan berbagai masalah."Kasus prostitusi dan satu lagi dia juga terjerat kasus nark*ba, dia digrebek saat lagi pesta s*bu bersama seorang pria."Jantung Wira serasa mau copot mendengar kabar itu, ia langsung menduga soal penemuan barang haram di restorannya, apa mungkin itu juga ulah Diandra?"Saya ga ngerti, dia itu 'kan sudah menikah lagi hamil pula kok bisa-bisanya pakai barang haram itu?" Pak Haryadi memijat kening."Apa kalian ada masalah?" tanyanya lagi dengan raut putus asa.Wira masih diam, antara harus memberitahu mertuanya atau tidak."Kalian ada masalah apa sih?" Pak Haryadi bertanya lagi."Iya, Pa, Diandra kabur dari rumah karena berantem sama aku. Aku meragukan anak yang dikandungnya, karena ada lelaki yang bernama Kevin yang dicurigai ayah dari bayi itu." Wira terpaksa membeberkan.Ia sudah lelah menanggung masalahnya sendirian. Ternyata setelah berzina itu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.A

    Hari ini Wira dapat bernapas lega, pasalnya polisi mengabarkan ada penemuan sidik jari orang lain di plastik yang membungkus benda har*m itu.Tak hanya itu, ada dua orang saksi yakni yang sedang makan melihat seorang perempuan asing masuk ke dapur restoran, kini polisi sedang memburu wanita itu."Jadi, sekarang kamu sudah terbukti bukan pengedar ataupun pemakai benda haram itu?" tanya Mama Sandra, ia sampai bolak balik ke rumah anaknya."Iya, Ma. Alhamdulillah. Jadi kasus ini sebenarnya jebakan aja supaya restoran aku sepi."Mama Sandra dan Papa Dirga bernapas lega."Sekarang selesaikan masalahmu yang lain," timpal Papa Dirga.Wira melirik sang ayah."Papa sudah tahu masalahmu antara kalian bertiga, selesaikan secepatnya dan pilih salah satu," lanjutnya dengan sedikit ketegasan."Papa tahu dari mana masalah di hotel itu?" tanya Wira penasaran."Dari temen Papa, kebetulan kemarin katanya kamarnya bersebalahan, jadi ia mengetahui keributan yang terjadi."Wira merasa malu, masalah pribad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status