Share

Bab 3

 

"Jelasin sama aku, Wira?! Si udik ini ngada-ngada 'kan?" tanya Diandra masih syok.

 

Bola matanya yang dihias soflen kebiruan itu membelalak sempurna, sementara Wira kelabakan bingung harus menjelaskan dari mana.

 

"Jawab!" teriaknya lagi, Diandra hampir stres menghadapi kenyataan ini.

 

"Iya, tapi aku akan berusaha bayar cicilan perbulannya, kamu jangan khawatir biar ini jadi urusanku."

 

Diandra memegang keningnya dengan erat, muak sekali dengan kenyataan ini, rasanya ingin pergi dan mencari lelaki lain.

 

"Dengan cara apa hah?! Perusahaan kamu udah bangkrut, kamu udah miskin, aku udah ga tahan," seru Diandra sambil mendorong kopernya keras-keras.

 

Sementara Rara berdiri dengan tenang menikmati ketegangan antara pengantin baru itu, melihat mereka yang saling bersitegang ia jadi enggan pergi dari rumah ini.

 

Alasannya karena ingin memberi pelajaran pada si gundik, sekaligus melihat pertengkaran mereka yang sudah pastinya terjadi setiap hari.

 

Rara faham perempuan matre seperti Diandra tak bisa hidup tanpa uang, jadi mana mungkin perempuan berkulit putih karena suntikan itu sudi bermesraan dengan suaminya yang kere.

 

"Aku akan cari kerja, atau bangun usaha dengan sisa modal yang ada, dipikir aku ini bo-do-h yang akan nyerah gitu aja, engga Diandra kamu harus sabar makanya," tutur Wira dengan nada rendah.

 

"Sabar sabar enak banget kamu ngomong ya, aku ga mau tahu pokoknya kamu harus kasih uang bulanan seratus juta, sesuai janjimu sebelum menikah!" tegas Diandra lalu mengempaskan tubuhnya ke sofa.

 

Dirasa puas, Rara memilih ke luar mencari angin segar sekaligus makan siang, mulai detik ini ia ogah masak di rumah, baginya rumah itu hanya sebuah tempat istirahat selama tiga bulan ke depan.

 

"Aku lapar, kamu order makanan ya," pinta Diandra.

 

Ia tak bisa memasak atau lebih tepatnya malas melakukan pekerjaan rumah, bumbu-bumbu dapur saja tak ada yang diketahuinya.

 

"Ga usah order segala, mulai sekarang kita harus hemat. Beli aja makanan di warung makan Padang depan sana."

 

Diandra merenggut mendengar ucapan suaminya, yang ia mau makanan mewah bukan makanan murah.

 

'Menyebalkan! Kenapa mimpiku tak jadi kenyataan'

 

"Aku ga biasa makan makanan itu!" Diandra melipat tangan di dada.

 

"Ya sudah kita makan di cafe sebrang rumah ya, di sana makanannya lumayan murah, tapi lain kali kamu harus bisa masak seperti Rara."

 

Jelas saja Diandra meradang tak terima dibanding-bandingkan dengan mantan istri suaminya, ia memandang wajah Wira dengan geram.

 

"Jangan samakan aku sama si udik ya, dia itu Upik abu, ga level tahu," sergah Diandra menahan gemuruh di dada.

 

"Iya maaf, abis ini kita masak sama-sama ya, biar kamu jago masak nantinya" Wira tersenyum paksa, sedangkan Diandra menampakkan expresi datar.

 

Dalam hatinya pria berwajah klemis itu timbul rasa muak, ke mana Diandra yang selalu bersikap manis dan menyenangkan? kenapa tiba-tiba berubah jadi monster yang menyebalkan?

 

Diandra dan Wira makan di cafe yang sama dengan Rara, hanya saja jarak mereka sedikit berjauhan. Akan tetapi, kedua mata Diandra menyadari jika perempuan yang menurutnya menyebalkan itu makan di tempat ini.

 

Tanpa pikir panjang Diandra menghampiri Rara yang sedang lahap bersantap makanan.

 

"Hebat ya makan di sini pasti itu pake duit suamiku 'kan? ingat ya mulai besok kamu yang masak di rumah kalau masih ingin tinggal di sana." Diandra menggebrak meja.

 

Rara masih tetap diam, malu kalau harus melawan. Ia seorang muslimah berhijab syar'i tak sepatutnya merendahkan diri.

 

"Kalau aku ga mau gimana?" tanya Rara dengan santai, seketika selera makannya menghilang.

 

"Ya pergi, ga usah pake tameng menghabiskan masa Iddah segala, bilang aja lo itu ga siap tinggal di rumah butut, iya 'kan?!"

 

"Ngeles aja Lo bisanya, atau jangan-jangan lo berniat buat rebut Wira lagi dari gue? iya?!"

 

Suara cempreng Diandra cukup mengalihkan perhatian orang-orang sekitar, termasuk meja nomor dua puluh, di sana ada mantan karyawan Wira yang berjumlah empat orang.

 

Akhirnya keempat gadis dewasa itu menghampiri meja makan Rara dengan kompak.

 

"Eh pelakor! dasar lont* ga tahu malu! Marah-marah sama istri sah Pak Wira, sadar woi! Perusahaan suami lo bangkrut itu pasti gara-gara Pak Wira nikahi elo!" 

 

Seorang wanita bertubuh jangkung dengan mulut tebal menunjuk wajah Diandra yang merah.

 

"Kasihan banget sih lo, ngarep jadi orang kaya eh ternyata malah miskin tiba-tiba."

 

Empat orang gadis dewasa itu terbahak bersama.

 

Sedangkan Diandra makin meradang, dadanya panas tak tahan ingin menjambak rambut mereka satu persatu.

 

Diandra mengedarkan pandangan ke sekeliling, Wira masih juga belum kembali dari toilet, dan sialnya kini ia telah menjadi pusat perhatian pengunjung cafe yang lain, Diandra baru sadar akan hal itu.

 

"Jangan sembarangan ngomong, dia ini sudah dicerai sama Wira, dan istrinya itu cuma gue satu-satunya, ga usah sok tahu kalian ya!" balas Diandra melakukan perlawanan.

 

 "Iya dicerai itu gara-gara elo 'kan?!"

 

"Perhatian semua, wanita cantik karena operasi plastik ini pelakor, suaminya Mbak ini direbut sama dia, dan sekarang dia marah-marah sama istri sahnya di tempat umum, ga tahu malu banget 'kan?" teriak gadis berambut sebahu.

 

Sontak saja seluruh pengunjung yang didominasi ibu-ibu sosialita itu menyorakinya, pandangan mereka berubah bengis saat menatap Diandra.

 

Ibu-ibu mana sih yang tidak benci sama yang namanya pelakor?

 

"Eh, Mbak, ga malu ya rebut suami orang?" teriak ibu-ibu yang memakai lipstik merah darah.

 

"Pelakor itu harusnya dihajar, kalau gue jadi istri sahnya udah habis lo gue telanjangin di hadapan umum!" teriak ibu-ibu yang memakai jilbab seleher.

 

"Huuh dasar pelakor ga tahu diri!"

 

"Istri sahnya juga diem aja waktu dilabrak tadi, harusnya lawan!"

 

"Kalau istri sahnya ga mau menghajar biar kita-kita aja yang menghajar, iya ga?"

 

Terdengar gelak tawa yang cukup menggelegar di telinga Diandra.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Iya lha diandra bersikap manis krn mau duit lu bkn bener2 suka ama lu itu buktinya sifat aslinya nongol. Hajarin aj bu ibu semangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status