Share

Bab 4

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 16:04:19

 

 

"Stop!" teriakkan Wira memekik membuat keriuhan itu senyap kembali, tetapi kini semua pasang mata memandangnya.

 

"Oh jadi ini lakinya yang dungu itu? ngelepas istri shalihah dan malah mungut lont* murahan?" teriak seorang ibu-ibu dari arah belakang.

 

"Iya bener, dia itu 'kan bos yang perusahaannya bangkrut."

 

"Jangan-jangan perusahaannya bangkrut karena sial udah nikahi perempuan itu?"

 

"Dasar pelakor bawa sial! Lebih baik lu cerein lagi aja dia dan balik ke istri sah lo dijamin tar bakal kaya lagi."

 

"Ya betul!"

 

Semua hinaan itu tentu saja seperti menusuk-nusuk hati Diandra, jika Wira belum jatuh miskin ia sudah pasti menuntut mereka semua ke jalur hukum atas pencemaran nama baik dan tindakan tidak menyenangkan.

 

Merasa jengah, Rara segera membayar ke kasir dan pergi dari kekacauan itu, ada kesal di hatinya karena makanan tadi tak habis semua, jadi mubazir 'kan?

 

Ia kembali pulang ke rumahnya yang kini sudah seperti neraka, sisi hatinya ingin pergi saja dari sana. Namun, hukum agama mengatakan jika perempuan dicerai maka ia tak boleh keluar dari rumah suaminya sebelum masa Iddah selesai.

 

Sungguh sangat berat dijalani, terlebih ada Diandra yang membuatnya tak nyaman, untung masih punya iman.

 

**

 

"Ayo, Sayang, kita pergi dari sini," ajak Wira sambil menggandeng istri barunya keluar dari kekacauan tersebut.

 

Mereka berdua keluar dengan hati jengkel luar biasa, mana perut keroncongan, kini sepasang pengantin baru itu kebingungan mencari rumah makan lain yang tentunya lebih murah.

 

"Ngeselin banget tahu ga mereka itu, pokoknya kamu harus tuntut perbuatan mereka semua biar tahu rasa!" tegas Diandra sambil menyebrang jalan.

 

"Sudahlah ga usah diperpanjang, lagian ini resikonya kalau kamu minta dinikahi cepat-cepat," jawab Wira tak mau ambil pusing.

 

Mikirin bisnis aja kepala sudah mau pecah, ini lagi malah nambah masalah yang tak penting.

 

Kalau begini Wira jadi rindu kelembutan seorang Rara. Jika ia capek pulang kerja atau ada masalah di perusahaannya, wanita itu pasti menghibur dengan berbagai cara, dan tak lupa memberikan doa agar masalah segera sirna.

 

"Terus kita makan apaan Mas?!"

 

Tepukan di bahu membuatnya terperanjat, padahal ia sedang asyik-asyiknya bernostalgia tentang Rara yang kini berubah sedingin kutub utara.

 

"Masak di rumah aja ya. Tuh ada tukang sayur kamu belanja gih." Wira menunjuk ke arah tukang sayur yang dikerumuni para ART komplek ini.

 

Diandra mengentikan langkah lalu menatap suaminya dengan jengkel, seumur hidup baru kali ini seorang Diandra belanja di tukang sayur keliling, menyebalkan! 

 

Padahal harapanku menikah dengannya ingin menikmati bagaimana indahnya jadi istri Sultan, eh sekarang ia malah seperti gelandangan, mau makan saja harus capek-capean terlebih dulu.

 

"Kamu aja sana yang belanja, aku malu lihat aja di sana babu semua, iew." Diandra bergidik jijik.

 

Walaupun ayahnya bukan seorang pengusaha kaya, tapi ayah dan ibunya selalu berusaha memanjakannya, sejak kecil hingga dewasa ia terbiasa menikmati kemewahan.

 

"Ya sudah kalau gitu kita sama-sama belanjanya, ayok." Dengan sabar Wira menggenggam jemari istrinya walau dalam hati dongkol luar biasa.

 

Rara saja tak pernah masalah belanja di tukang sayur keliling.

 

Kehadiran mereka disambut dengan bisikan dari genk ART di komplek itu, bola mata mereka melirik tak suka ke arah Diandra, lepas itu mereka saling berbisik membicarakan keburukan Diandra yang menjadi duri dalam rumah tangga Rara dan Wira.

 

Di komplek ini berita perceraian Rara yang mendadak dengan cepat menyebar dan telah sampai ke telinga kedua orang tua Rara.

 

Terlebih mereka mengadakan pesta pernikahan mewah, tentulah para netizen semakin dibuat geram.

 

"Mau beli apa, Neng? tumben Pak Wira turun tangan temani istrinya, ke mana Mbak Rara?" sapa Mang Kadir tukang sayur yang diperkirakan berumur tiga puluh tahunan itu 

 

Diandra membulatkan mata tanpa jawaban, ia tak suka nama Rara disebut-sebut di hadapannya.

 

"Oh iya maaf lupa, udah dicerai ya." Mang Kadir cekikikan karena merasa tak enak.

 

"Kamu mau beli apa, Sayang? daging, ayam, atau udang?" Wira menunjuk ke arah lauk pauk yang ia sebutkan.

 

Diandra merenggut merasa jijik dengan kemasan lauk pauk itu, masa iya cuma dibungkus kresek putih saja, mana banyak darahnya, ga higienis!

 

"Atau mau sayuran?" tanya Wira lagi sok perhatian, padahal dalam hatinya sudah merasa jengah.

 

"Ini emang ga ada lagi ya dagingnya, ga higienis tahu lihat tuh banyak darah yang netes, jijik," sahut Diandra sambil bergidik.

 

Tentu saja lima orang ART itu menoleh tak suka, udah miskin aja belagu dan masih sok kaya, fikir mereka.

 

"Kalau mau higienis jangan beli di sini, sana di pasar swalayan atau di mal," celetuk ART yang mengenakan daster sebetis.

 

"Tahu nih, kalau ga mau beli ya sana jangan sakiti hati penjualnya," sahut ART lain yang digelung rambutnya.

 

"Oh engga apa-apa kok, ibu-ibu. Iya tadi istri saya mungkin ga bener packing-nya lain kali dagingnya dibungkus dengan rapi ga ngasal gini, maaf ya Mbak," sela Mang Kadir sambil tersenyum paksa.

 

"Iya ga apa-apa, kalau gitu kita beli udang aja ya, ini kayanya masih seger." Wira mengangkat satu kresek udang berukuran sedang.

 

Seketika bau anyir menusuk Indra penciuman Diandra, bau banget!

 

"Engga engga! Taro lagi aja, itu udang baunya nyengat banget sih, jangan-jangan udang busuk lagi, yuk kita pergi aja," sahut Diandra sambil menutup hidungnya.

 

Para ART itu melotot lagi, gedek juga lama-lama dengan kelakuan wanita ini.

 

"Heh pelakor! Kalau ngomong dijaga ya, udang ini tuh ga busuk tapi emang baunya begini!" celetuk salah satu diantara mereka.

 

"Tahu nih, lu udah miskin aja belagu apalagi kaya, sadar woi suami loh udah bangkrut gara-gara ngawinin elo!"

 

"Pak Wira juga pake nikahi perempuan kaya begini modelnya, masih mending Mbak Rara, sopan, baik dan ramah, lah dia jauh ke mana-mana."

 

"Huum, cantik juga efek dempul."

 

Tak tahan dihina kedua kalinya, Diandra memilih pergi tanpa kata, masuk ke dalam rumah dan membantingkan diri ke sofa.

 

Dasar para babu sial_an!

 

Wajahnya memerah menahan geram.

 

Di belakang, Wira mengekor sambil ngos-ngosan.

 

"Kamu harusnya ga usah ngomong nyelekit gitu, jadinya orang-orang ga suka 'kan?" tutur Wira mencoba menasihati.

 

"Ya emang kenyataannya begitu udang itu bau, kamu kok jadi belain mereka sih." Diandra makin meradang.

 

"Bukan belain, Sayang. Tapi seenggaknya kamu tadi udah bikin mereka tersinggung, lain kali jangan gitu ya."

 

Diandra makin muak dengan keadaan ini, ia berdiri penuh emosi.

 

"Aku tuh ga tahan hidup serba kekurangan gini! Mereka benar lebih baik kamu ceraikan aku aja, sana balikan lagi sama si udik!" teriak Diandra hingga sampai ke telinga Rara yang sedang rebahan di kamar atas.

 

"Sabar dong, Yang. Aku ini lagi usaha ada temen yang ngajak bisnis bareng, siapa tahu aja berhasil dan kita bisa kaya lagi, kita beli omongan orang-orang itu." Wira berusaha meredam emosinya.

 

"Engga! Aku mau pulang aja ke rumah Mama, aku ga tahan dihina terus!" Rara menepis sentuhan lembut Wira.

 

"Tapi di dalam perutmu ada anak kita, kasihan dia kalau harus lahir tanpa ayah, ayolah kamu sabar sebentar aja." Wira mengelus perut istrinya yang dililit korset dengan kencang.

 

Rara yang mendengar pertengkaran mereka dari lantai atas tiba-tiba tubuhnya meras lemas.

 

'Jadi, ini alasanmu menceraikanku? dan menikahi wanita itu cepat-cepat'

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Lg hamil pake korset ndak tkt anak lu cacat lo? W yakin itu bkn anaknya wira
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Tamat

    Dua tahun kemudian.Diandra telah bebas dari masa hukumannya. Papa dan Mama beserta Tiara yang sudah tumbuh jadi balita ikut serta menjemput kepulangan wanita itu.Diandra dulu tentu berbeda dengan sekarang. Saat ini wanita itu bertubuh kurus dan berwajah kusam. Namun, hal itu bukan suatu masalah bagi dirinya.Prinsip wanita itu telah berubah, yang ada di pikirannya hanya rindu terhadap anak tercinta, ia ingin memeluk dan mencium bocah itu sepuasnya."Oma, takuut, toloong," rengek Tiara, saat Diandra berusaha mendekatinya."Kok takut, dia 'kan Mama kamu," ucap Mama Diandra.Anak berumur empat tahun itu merenung, ia tak terbiasa dengan hadirnya seorang Mama, yang ada dalam hidupnya selama ini hanya oma, opa dan papa."Ga apa-apa, Diandra, anakmu ga terbiasa dengan hadirnya kamu, nanti juga terbiasa pasti sayang kok sama kamu." Mama Diandra menenangkan."Ma, aku minta maaf ya udah buat Mama dan Papa malu selama ini," ucap Diandra dengan wajah sendunya.Mama Diandra mengangguk."Yang pen

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 30.A

    Sementara Wira berdiri di hadapan pintu masuk rumah Pak Mustafa, sejak tadi ia berdiri di sana, menunggu tamu yang di dalam keluar, dengan harapan agar Rara kembali jadi miliknyaWira bersender di pintu, tubuhnya mendadak lemas mengetahui sang pujaan hati hendak jadi milik orang lain."Wira," ucap Pak Mustafa saat menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapan pintu rumahnya.Sontak semua orang melirik ke arah yang sama, Rara terkejut matanya sempat menghangat, bukan masih cinta melainkan tak tega.Pak Mustafa melangkah keluar seorang diri sementara yang lain menunggu di dalam."Ayo masuk," ajak Pak Mustafa.Tapi Wira malah berdiam diri, enggan masuk lantaran kakinya terasa berat dibawa melangkah."Saya pulang aja, Yah." Wira tersenyum sungkan."Ya sudah hati-hati." Pak Mustafa menepuk bahu WiraSatu bulan semenjak kejadian itu akhirnya ada surat undangan yang datang ke rumah Wira, bertuliskan nama Rara dan Faruq, Wira menghirup napas dalam-dalam saat membacanya."Tuh mantan istrimu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 29.B

    Nenek dari pihak Diandra yang memberikan nama itu, mereka berdua mengurus bayi Tiara dengan dengan didikan yang baik, tak ingin anak ini tumbuh liar seperti ibunya."Ma, aku udah transfer ke rekening Mama ya kalau Tiara kenapa-napa telpon aku aja," ujar Wira saat ia mengunjungi anaknya.Pria itu tak ingkar janji, hingga anak itu tumbuh dan bisa berjalan ia tetap memberi nafkah dan kasih sayang, setiap akhir pekan ia menyempatkan waktu untuk bertemu anaknya.Mengajak jalan-jalan atau membawanya menginap di rumah Mama Sandra, wanita itu teramat gembira jika sang cucu datang menginap di rumahnya.Tak ada benci seperti sebelumnya. Tiara benar-benar dilimpahi kasih sayang dari ayah dan kakek neneknya."Wira, kapan kamu nikah lagi? kalian sudah dua tahun bercerai, masa iya kamu menduda terus," ucap Mama Sandra.Wira terdiam, hatinya masih tertutup belum ada wanita yang bisa menggantikan Rara."Nanti saja, Ma, belum dapat yang sreg di hati." Wira tersenyum.Mama Sandra mendesah, lagi-lagi pu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 28.A

    Sidang pertama sukses, Rara beserta pengacara bersalaman sebagai ungkapan terima kasih. Di ruang mediasi Wira sempat membela diri, tak ingin bercerai. Namun, berkat bantuan Bu Lala pengacaranya akhirnya hakim berpihak pada mereka."Ra, please, berfikir ulang," ujar Wira saat sudah keluar dari ruang sidang."Maaf, Mas. Ini yang terbaik. Aku ga mau hidup ngebatin terus," ucap Rara lalu segara meninggalkannya.Sakit sekali hati Wira, begitu pula dengan Rara. Mereka sama-sama merasakan sakit akibat perpisahan ini.Waktu cepat berlalu, sekarang tiba saatnya Diandra melahirkan, pihak lapas yang mengabari Wira, selaku ayah dari bayi itu.Wira menagajak Mamanya dan Pak Dirga, karena kedua orang tua itu memaksa ikut, ingin melihat cucu pertama mereka.Walaupun sempat membenci, tapi dalam hatinya masing-masing mereka penasaran dengan wajah anak itu, dan tak dapat dipungkiri ada setitik sayang untuk anak itu."Bayinya perempuan, Mas. Lihatlah hidung dan bibirnya mirip denganmu," ucap Diandra lir

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.B

    "Atas kasus apa?" tanya lelaki yang kini berjanggut sedikit tebal itu, maklum jarang mengurus wajah karena sibuk dengan berbagai masalah."Kasus prostitusi dan satu lagi dia juga terjerat kasus nark*ba, dia digrebek saat lagi pesta s*bu bersama seorang pria."Jantung Wira serasa mau copot mendengar kabar itu, ia langsung menduga soal penemuan barang haram di restorannya, apa mungkin itu juga ulah Diandra?"Saya ga ngerti, dia itu 'kan sudah menikah lagi hamil pula kok bisa-bisanya pakai barang haram itu?" Pak Haryadi memijat kening."Apa kalian ada masalah?" tanyanya lagi dengan raut putus asa.Wira masih diam, antara harus memberitahu mertuanya atau tidak."Kalian ada masalah apa sih?" Pak Haryadi bertanya lagi."Iya, Pa, Diandra kabur dari rumah karena berantem sama aku. Aku meragukan anak yang dikandungnya, karena ada lelaki yang bernama Kevin yang dicurigai ayah dari bayi itu." Wira terpaksa membeberkan.Ia sudah lelah menanggung masalahnya sendirian. Ternyata setelah berzina itu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.A

    Hari ini Wira dapat bernapas lega, pasalnya polisi mengabarkan ada penemuan sidik jari orang lain di plastik yang membungkus benda har*m itu.Tak hanya itu, ada dua orang saksi yakni yang sedang makan melihat seorang perempuan asing masuk ke dapur restoran, kini polisi sedang memburu wanita itu."Jadi, sekarang kamu sudah terbukti bukan pengedar ataupun pemakai benda haram itu?" tanya Mama Sandra, ia sampai bolak balik ke rumah anaknya."Iya, Ma. Alhamdulillah. Jadi kasus ini sebenarnya jebakan aja supaya restoran aku sepi."Mama Sandra dan Papa Dirga bernapas lega."Sekarang selesaikan masalahmu yang lain," timpal Papa Dirga.Wira melirik sang ayah."Papa sudah tahu masalahmu antara kalian bertiga, selesaikan secepatnya dan pilih salah satu," lanjutnya dengan sedikit ketegasan."Papa tahu dari mana masalah di hotel itu?" tanya Wira penasaran."Dari temen Papa, kebetulan kemarin katanya kamarnya bersebalahan, jadi ia mengetahui keributan yang terjadi."Wira merasa malu, masalah pribad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status