Share

Bab 6

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-09-22 17:10:40

 

Wira gelisah tak bisa tidur hingga tengah malam, padahal esok hari ia harus berangkat pagi untuk menemui kawannya yang baru pulang dari luar negri, ngajakin bisnis bareng.

 

Tapi, yang mengganggu fikirnya bukan itu, melainkan sikap dermawan Rara yang baru diketahuinya, bayangkan selama tiga tahun ia ikhlas menyedekahkan setengah nafkahnya.

 

Bahkan, ia tak yakin Diandra mampu melakukan itu.

 

Rasa bersalah menyeruak, harusnya kami tak bercerai, tapi bagaimana tuntutan keluarga, pun Diandra yang tak ingin dimadu.

 

Janin dalam perut itu yang selama ini ditunggu-tunggu mama dan papa. Kedua orang tua itu memang kerap menuntut.

 

Baik pada Wira atau pada Wanda--adik bungsunya-- terhadap Wira mereka menuntut cucu, sedangkan pada Wanda mereka menuntut segera menikah.

 

Padahal gadis berusia di puluh sembilan tahun itu masih betah melajang dan sedang berada di puncak kesuksesan.

 

Hingga pukul setengah empat barulah Wira terlelap, waktunya salat subuh dia malah terlelap sulit terbangun saking ngantuknya.

 

Apalagi Diandra ia terbiasa bangun siang.

 

**

 

"Semoga berhasil ya, Mas," ucap Diandra sambil membetulkan dasi suaminya.

 

Wira masih ingin tidur tapi bagaimana lagi ia tak ingin kehilangan kesempatan yang mungkin takkan datang dua kali.

 

"Aamiin, aku juga ga mau nanti dedek bayi lahir papanya masih nganggur." Wira mengelus perut Diandra yang mulai membukit.

 

Sekarang wanita berwajah tirus itu malas memakai korset, rasanya gerah dan tak nyaman, lebih baik pakai baju yang longgar saja.

 

"Mulai sekarang panggil aku 'Mas' dong, atau Papa jangan panggil nama," kelakar Wira sambil mencubit pipi kusam istrinya karena belum mandi.

 

"Iya, Sayang." Diandra melingkarkan tangan ke pinggang suaminya.

 

Kalau kamu berduit baru aku mau, begitu fikirnya.

 

"Kira-kira mama sama Papaku marah ga ya kalau kita udah bohongi mereka?" tanya Wira sambil memandang dirinya di cermin.

 

Diandra melepas pelukan lalu berkata. "Engga mungkin lah, yang terpenting bagi mereka itu cucu, keturunan kamu."

 

Tapi tetap saja Wira resah, sebentar lagi perut istrinya akan membukit dan itu pasti akan jadi pertanyaan besar bagi keluarganya, bagaimana jika mereka jadi benci?

 

Kalau orang tua Diandra memang sudah mengetahui hal ini sebelumnya, keluarga hedonis itu tak faham agama, yang penting bagi mereka Diandra ada yang bertanggung jawab.

 

"Aku yakin mama sama papamu akan menyayangi anak ini, apalagi kalau laki-laki, itu 'kan yang mereka harapkan?" sahut Diandra lagi.

 

Wira berbalik badan.

 

"Ya semoga saja. Aku berangkat hati-hati di rumah dan jangan bertengkar dengan Rara, sebisa mungkin kamu hindari dia dan jangan cari gara-gara."

 

Wira mengecup kening istrinya dengan mesra.

 

**

 

Tiga puluh menit Wira sampai di tempat yang sudah mereka janjikan, sebuah tempat tongkrongan khusus pria.

 

"Hai bro." Mereka bersalaman khas lelaki.

 

"Hai, apa kabar?" tanya lelaki yang bernama Kevin itu.

 

Mata biru milik pria blasteran Indonesia Jerman itu memancarkan bahagia, sudah lama mereka tak jumpa.

 

"Baik, cuma kantong aja yang sakit," kelakar Wira lalu mereka terbahak bersama.

 

"Jadi gini, sekarang kita akan bisnis kuliner yang banyak disukai anak remaja, aku kasih modal kamu yang jalankan," ucap pria bertubuh tinggi kurus itu.

 

Wira diam menimbang-nimbang, sepertinya ide bagus juga.

 

"Ok, terus masalah profit sharing gimana?" tanya Wira

 

"Jangan khawatir lima puluh persen untukku dan lima puluh persen untukmu, tapi diambil dari hasil bersih ya, modal ulang beda lagi."

 

Wira mangut-mangut, di kepalanya sudah tersusun beberapa rencana seperti apa yang hendak di jalankan.

 

Tiga puluh menit mereka berbincang panjang lebar, hingga akhirnya perbincangan itu harus berakhir kala telpon Wira berbunyi.

 

"Vin, angkat telpon dulu ya," pinta Wira yang dibalas anggukan oleh kawan lamanya itu.

 

"Ada apa, Diandra, aku sibuk ini?" tanya Wira menahan jengkel.

 

"Mas, di rumah ada beberapa orang yang mau sita mobil kamu, katanya ini udah waktunya, sekarang kamu pulang ya," ujar Diandra sedikit panik.

 

Fikirnya kacau saat ini, terbayang bagaimana sulitnya bepergian kalau tak punya kendaraan.

 

"Ok aku pulang."

 

Wira mematikan telpon dengan gusar.

 

"Bro, ada urusan mendadak nih, kita lanjutkan rapat ini besok ya."

 

"Ok, tapi besok kayanya ga bisa aku sibuk, nanti kabari lagi deh," jawab Kevin.

 

"Iya ga apa-apa, aku pulang dulu ya."

 

Kevin menganggukan kepala lalu mengembuskan napas.

 

Hanya dua puluh menit mobil yang sebentar lagi akan disita itu telah membawa Wira pulang ke rumah, benar saja ada beberapa pria berpakaian rapi dan dua orang yang berpenampilan seperti preman sudah berkerumun di terasnya.

 

"Ada apa ini Pak?" tanya Wira basa-basi.

 

"Dengan Pak Wira Wijaya ya?" 

 

Lelaki yang kini menegang itu mengangguk.

 

"Kami dari pihak bank mau mengambil jaminan atas pinjaman perusahaan PT Sinarwangi, karena perusahaan Anda tak lagi bisa membayar hutang dan bunganya, ini data-data lengkapnya, Pak." Lelaki berjas rapi itu menyodorkan berkas yang terbungkus dalam sebuah map.

 

Wira membaca dengan pandangan pasrah, bukan hanya mobil ini yang sudah disita melainkan rumah orng tuanya yang terletak di kawasan elit, beberapa apartemen, vila dan aset lainnya yang sempat dijadikan jaminan.

 

Semuanya habis dalam sekejap, orang tuanya sih tak perlu khawatir, ia memiliki Wanda adik bungsunya, seorang CEO sukses yang bisa menjamin kehidupan kedua orang tuanya ke depan.

 

"Mas," lirih Diandra putus asa.

 

Wira menyerahkan surat-surat mobil walau tak rela lalu memandang pasrah saat mobil itu dibawa oleh mereka.

 

Hanya rumah ini yang tersisa, itu pun jika ia masih sanggup membayar cicilannya ke pegadaian, hutang riba benar-benar telah menghancurkan segalanya.

 

Wira terduduk di lantai dengan putus asa, pandangannya menerawang, ia benar-benar menyesal tak menggubris kata-kata ayahnya tempo hari.

 

"Mas, itu mobil siapa?" Diandra menunjuk ke arah mobil yang masuk ke pekarangan rumah.

 

Toyota Alphard warna putih itu berhenti di hadapan mereka, hingga pintunya terbuka membuat Diandra menganga, ternyata Rara yang mengemudikannya.

 

Perempuan berhijab hitam senada dengan abaya yang dikenakannya itu mengayunkan langkah, hingga tepat di hadapan Diandra.

 

"Kenapa mobil ini ga disita, Mas?" tanya Diandra dengan penuh penekanan.

 

Wira diam tak bisa menjelaskan.

 

"Karena mobil ini atas nama Rara? iya?!" Suara Diandra mulai meninggi.

 

Wira masih juga bungkam tak menyangka kini Rara sudah pandai menyetir mobil.

 

"Sini kuncinya! Itu mobil dibeli pakai uang suamiku, maka sekarang akulah yang berhak memakainya karena aku istrinya sekarang!" pinta Diandra ngotot.

 

Rara tersenyum santai, percaya diri sekali gundik ini, fikirnya.

 

"Ini mobil aku, Diandra, enak aja main minta-minta," jawab Rara sambil tersenyum remeh.

 

"Iya mobil elo! Tapi belinya pakai duit suami gua 'kan?!

Diandra sudah habis kesabaran.

 

Enak saja menikmati harta suaminya sementara ia sendiri kesusahan, hatinya menggerutu.

 

"Siapa bilang? ini mobilku dan suamimu sama sekali ga ada sangkut pautnya dengan mobil ini," sahut Rara masih santai.

 

"Ga usah banyak bacot! berikan kunci mobilnya, ga tahu diri lo ya pakai mobil orang." Diandra berusaha merebut kunci mobil dari tangan Rara secara kasar, hingga mereka terlibat adu fisik.

 

"Cukup! Berhenti!" teriak seorang lelaki tua yang keluar dari dalam mobil.

 

"A-ayah," gumam Wira, ia terbelalak melihat mertuanya ada di dalam mobil itu, menyaksikan adegan tak pantas ini.

 

"Ini mobil Rara hadiah dari saya ayahnya, mau apa kamu hah?!"

 

Diandra mematung mendengar ucapan yang keluar dari lelaki tua itu, ia menatap Rara dan mobil berwarna putih itu bergantian.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
IsOne Wan
ya cam gitulah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Tamat

    Dua tahun kemudian.Diandra telah bebas dari masa hukumannya. Papa dan Mama beserta Tiara yang sudah tumbuh jadi balita ikut serta menjemput kepulangan wanita itu.Diandra dulu tentu berbeda dengan sekarang. Saat ini wanita itu bertubuh kurus dan berwajah kusam. Namun, hal itu bukan suatu masalah bagi dirinya.Prinsip wanita itu telah berubah, yang ada di pikirannya hanya rindu terhadap anak tercinta, ia ingin memeluk dan mencium bocah itu sepuasnya."Oma, takuut, toloong," rengek Tiara, saat Diandra berusaha mendekatinya."Kok takut, dia 'kan Mama kamu," ucap Mama Diandra.Anak berumur empat tahun itu merenung, ia tak terbiasa dengan hadirnya seorang Mama, yang ada dalam hidupnya selama ini hanya oma, opa dan papa."Ga apa-apa, Diandra, anakmu ga terbiasa dengan hadirnya kamu, nanti juga terbiasa pasti sayang kok sama kamu." Mama Diandra menenangkan."Ma, aku minta maaf ya udah buat Mama dan Papa malu selama ini," ucap Diandra dengan wajah sendunya.Mama Diandra mengangguk."Yang pen

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 30.A

    Sementara Wira berdiri di hadapan pintu masuk rumah Pak Mustafa, sejak tadi ia berdiri di sana, menunggu tamu yang di dalam keluar, dengan harapan agar Rara kembali jadi miliknyaWira bersender di pintu, tubuhnya mendadak lemas mengetahui sang pujaan hati hendak jadi milik orang lain."Wira," ucap Pak Mustafa saat menyadari ada seseorang yang berdiri di hadapan pintu rumahnya.Sontak semua orang melirik ke arah yang sama, Rara terkejut matanya sempat menghangat, bukan masih cinta melainkan tak tega.Pak Mustafa melangkah keluar seorang diri sementara yang lain menunggu di dalam."Ayo masuk," ajak Pak Mustafa.Tapi Wira malah berdiam diri, enggan masuk lantaran kakinya terasa berat dibawa melangkah."Saya pulang aja, Yah." Wira tersenyum sungkan."Ya sudah hati-hati." Pak Mustafa menepuk bahu WiraSatu bulan semenjak kejadian itu akhirnya ada surat undangan yang datang ke rumah Wira, bertuliskan nama Rara dan Faruq, Wira menghirup napas dalam-dalam saat membacanya."Tuh mantan istrimu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 29.B

    Nenek dari pihak Diandra yang memberikan nama itu, mereka berdua mengurus bayi Tiara dengan dengan didikan yang baik, tak ingin anak ini tumbuh liar seperti ibunya."Ma, aku udah transfer ke rekening Mama ya kalau Tiara kenapa-napa telpon aku aja," ujar Wira saat ia mengunjungi anaknya.Pria itu tak ingkar janji, hingga anak itu tumbuh dan bisa berjalan ia tetap memberi nafkah dan kasih sayang, setiap akhir pekan ia menyempatkan waktu untuk bertemu anaknya.Mengajak jalan-jalan atau membawanya menginap di rumah Mama Sandra, wanita itu teramat gembira jika sang cucu datang menginap di rumahnya.Tak ada benci seperti sebelumnya. Tiara benar-benar dilimpahi kasih sayang dari ayah dan kakek neneknya."Wira, kapan kamu nikah lagi? kalian sudah dua tahun bercerai, masa iya kamu menduda terus," ucap Mama Sandra.Wira terdiam, hatinya masih tertutup belum ada wanita yang bisa menggantikan Rara."Nanti saja, Ma, belum dapat yang sreg di hati." Wira tersenyum.Mama Sandra mendesah, lagi-lagi pu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 28.A

    Sidang pertama sukses, Rara beserta pengacara bersalaman sebagai ungkapan terima kasih. Di ruang mediasi Wira sempat membela diri, tak ingin bercerai. Namun, berkat bantuan Bu Lala pengacaranya akhirnya hakim berpihak pada mereka."Ra, please, berfikir ulang," ujar Wira saat sudah keluar dari ruang sidang."Maaf, Mas. Ini yang terbaik. Aku ga mau hidup ngebatin terus," ucap Rara lalu segara meninggalkannya.Sakit sekali hati Wira, begitu pula dengan Rara. Mereka sama-sama merasakan sakit akibat perpisahan ini.Waktu cepat berlalu, sekarang tiba saatnya Diandra melahirkan, pihak lapas yang mengabari Wira, selaku ayah dari bayi itu.Wira menagajak Mamanya dan Pak Dirga, karena kedua orang tua itu memaksa ikut, ingin melihat cucu pertama mereka.Walaupun sempat membenci, tapi dalam hatinya masing-masing mereka penasaran dengan wajah anak itu, dan tak dapat dipungkiri ada setitik sayang untuk anak itu."Bayinya perempuan, Mas. Lihatlah hidung dan bibirnya mirip denganmu," ucap Diandra lir

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.B

    "Atas kasus apa?" tanya lelaki yang kini berjanggut sedikit tebal itu, maklum jarang mengurus wajah karena sibuk dengan berbagai masalah."Kasus prostitusi dan satu lagi dia juga terjerat kasus nark*ba, dia digrebek saat lagi pesta s*bu bersama seorang pria."Jantung Wira serasa mau copot mendengar kabar itu, ia langsung menduga soal penemuan barang haram di restorannya, apa mungkin itu juga ulah Diandra?"Saya ga ngerti, dia itu 'kan sudah menikah lagi hamil pula kok bisa-bisanya pakai barang haram itu?" Pak Haryadi memijat kening."Apa kalian ada masalah?" tanyanya lagi dengan raut putus asa.Wira masih diam, antara harus memberitahu mertuanya atau tidak."Kalian ada masalah apa sih?" Pak Haryadi bertanya lagi."Iya, Pa, Diandra kabur dari rumah karena berantem sama aku. Aku meragukan anak yang dikandungnya, karena ada lelaki yang bernama Kevin yang dicurigai ayah dari bayi itu." Wira terpaksa membeberkan.Ia sudah lelah menanggung masalahnya sendirian. Ternyata setelah berzina itu

  • Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan   Bab 27.A

    Hari ini Wira dapat bernapas lega, pasalnya polisi mengabarkan ada penemuan sidik jari orang lain di plastik yang membungkus benda har*m itu.Tak hanya itu, ada dua orang saksi yakni yang sedang makan melihat seorang perempuan asing masuk ke dapur restoran, kini polisi sedang memburu wanita itu."Jadi, sekarang kamu sudah terbukti bukan pengedar ataupun pemakai benda haram itu?" tanya Mama Sandra, ia sampai bolak balik ke rumah anaknya."Iya, Ma. Alhamdulillah. Jadi kasus ini sebenarnya jebakan aja supaya restoran aku sepi."Mama Sandra dan Papa Dirga bernapas lega."Sekarang selesaikan masalahmu yang lain," timpal Papa Dirga.Wira melirik sang ayah."Papa sudah tahu masalahmu antara kalian bertiga, selesaikan secepatnya dan pilih salah satu," lanjutnya dengan sedikit ketegasan."Papa tahu dari mana masalah di hotel itu?" tanya Wira penasaran."Dari temen Papa, kebetulan kemarin katanya kamarnya bersebalahan, jadi ia mengetahui keributan yang terjadi."Wira merasa malu, masalah pribad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status