Dikamar.Emili bolak balik di depan pintu kamar sambil memikirkan cara menghadapi Danil, ia berdoa dalam hati semoga Danil menghindari kamarnya. Benar saja ia menunggu sejam lalu dua jam dan seterusnya hingga malam datang Danil tidak juga muncul. Memang itu yang ia harapkan tapi hatinya berkata lain. Ia merasa bersalah."Apakah dia marah?" Gumam Emili. Akhirnya ia memberanikan diri menemui Danil di kamarnya yang lain, entah untuk minta maaf atau untuk menyerahkan dirinya.Di sinilah dia berdiri di depan pintu hendak mengetuknya dengan ragu."Ada apa?" Danil membuka pintu sebelum ia melakukan rencananya, di sambut cengiran ringan oleh Emili."Aku mau minta maaf" hanya kata itu yang lolos dari bibirnya, ia berada di mode canggung level high saat ini."Untuk?" Ucap Danil dingin. "Yang masalah tadi di mobil, yang aku pergi begitu saja, aku minta maaf" ucapnya ragu."Oh lalu..?" Masih mode dingin. Di tanya seperti itu Emili jadi bungkam dan malu, ia tidak mungkin menawarkan dirinya kan unt
Danil membanting ponselnya sambil mendesah lega. Namun ternyata masalahnya belum selesai, di depan pintu kamar seseorang menatapnya dengan sedih bercampur emosi."Kalau ini cuma setingan kenapa membuatnya terlihat nyata sih? kenapa ga langsung katakan saja kalau Nenek yang menyuruhmu" Pekik Emili menahan sesak di dadanya, "Emili...." Seru Danil pasrah.Emili mendekati nakas dan meraih vas yang berisi buket bunga pemberian Danil yang sudah dirawatnya dengan baik lalu membuangnya dengan kasar ke tong sampah."Kamu harusnya mengatakan semuanya saja dan jangan berpura-pura terlihat tulus." Emili sudah menahan diri tapi rasa kecewanya terlalu besar jadi air matanya mengalir begitu saja, ia berusaha mengusap air mata itu dengan kasar agar berhenti, Ia meraih tasnya hendak pergi."Mau kemana?" Sergah Danil tiba-tiba teringat rumah Evan. Ia pikir Emili akan kerumah itu lagi."Kerumah sakit" Gumam Emili masih terlihat emosi, ia menjawab karena tujuan ia kembali ke kamar untuk mengajak Danil i
Di sebuah ruangan, Evan di periksa oleh seorang dokter, tentu setelah kalah berdebat dengan Danil, seblumnya Danil minta maaf sekaligus memaksanya untuk mengobati lukanya disitu Evan bersikeras menolak namun Danil menariknya dengan paksa dan berhasil."saya bisa menebak Anda pasti menyukai Emili" Evan memberi pernyataan begitu keluar dari ruangan dan duduk tidak jauh dari sebelah Danil adapun Danil masih menunggunya karena permintaan Emili. "Pokoknya kamu tidak boleh meninggalkannya sampai benar-benar beres, aku mengawasimu" ucap Emili beberapa saat yang lalu.Danil diam tidak menjawab, mungkin ia sedang meraba hatinya."Saya yakin anda memukul saya karena cemburu dan sekarang ini Anda rela melakukan hal bodoh ini demi dia kan?" Selidik Evan."Kamu tau apa, berani sekali berspekulasi masalah perasaan saya" Protes Danil, tapi ia tidak mengelak ucapan Evan."Saya menyukainya dan kami sangat dekat tapi saat dia bersamaku dia tidak menunjukkan emosi lebih dari satu, dia selalu ramah dan s
"Sebentar, ini ada apa sih? Kau mau menguji perasaanku dengan cara seperti ini lagi?" Emili agak Emosi tapi tidak bisa memungkiri dadanya yang sedang bergemuruh."Masih kurang jelas memangnya?" Kali ini Danil tidak terlihat serius tapi juga tidak bercanda."Kamu yakin tidak sedang mengerjaiku? sejak kapan kau menyukaiku? aku benar-benar tidak bisa percaya" Emili masih menolak, ini sesuatu yang sangat sensitif, kalau ternyata ia baper dan Danil hanya bermain-main bukankah dirinya lagi yang kecewa."Oke aku harus apa, agar kamu bisa percaya?" Danil mulai greget. Emili agak berpikir."Aku akan percaya kalau kamu telpon Alea dan Katakan padanya kalian putus saat ini juga, katakan padanya kamu menyukaiku atau bahkan mencintaiku" tantang Emili sambil menatap tajam kedalam mata Danil, tapi ia tidak bisa berlama-lama karena wajah tampan Danil menghipnotisnya."Ini berat, bisakah menunggu sampai ada waktu yang tepat" jawab Danil ragu menerima tantangannya."Baiklah, aku akan percaya padamu saa
Danil dan asisten sekaligus sahabatnya si Alex, sudah tiba di negara tujuan, mereka bahkan sudah berada didalam kamar hotel bintang lima dengan fasilitas serba lengkap, orang biasa tidak akan mampu menyewa hotel itu selama dua bulan berturut-turut tapi dirinya mampu karena dia adalah Danil, jangankan hotel ia bahkan bisa membeli pernikahan."Sejak keberangkatan sampai menjejakkan kaki di kota ini, Anda terlihat tidak bersemangat" kata Alex sambil menyeruput kopi hangat yang di siapkan pelayan lengkap dengan cemilan sehat dan sebagainya, ia bertanya karena melihat Danil tampak dilema."Karena hatiku ketinggalan" sahut Danil."Ada apa? Bukannya hatimu sedang di kota ini?""Entahlah Lex, Aku merasa perubahan besar terjadi dalam hatiku""Oh ya?""Ada sesuatu yang membuatku ingin mempertahankan Emili""Terus Alea mau di apakan?""Aku akan melepaskannya, aku merasa tidak bisa hidup tanpa Emili, jauh seperti ini saja sudah membuatku rindu""Hahaha, kamu harus ingat kalian hanya nikah kontrak
Di mobil Danil langsung mengeluarkan benda pipih untuk menghubungi istrinya, ia ingin segera memberitahu tentang waktu yang tepat itu akhirnya telah tiba."Halo..." Suara Emili membuatnya tersenyum"Halo sayang" balas Danil tanpa beban."Ada apa? Saya sedang kerja ni""minta waktunya sebentar saja" Danil memohon."iya, memangnya ada apa?""mulai sekarang kamu harus panggil aku sayang" "Apa?" "Panggil sayang""Iya tapi kenapa?""Mulai hari ini kau adalah wanitaku satu-satunya, aku sudah memutuskan hubunganku dengan Alea" ucapnya dengan bangga."Oh ya? Terus?""Kenapa responnya cuma seperti itu?" "terus aku harus apa?""Ga sesuai yang aku harapkan tapi ya sudahlah, setidaknya panggil sayang dong""Ih maksa""Panggil sayang""Iya sayang""Apa, saya tidak bisa dengar""Iya sayangku Danil Fernando""Nah begitu dong""Sudah ya, saya harus kerja ni""Oke, I Love you"..."....." Tidak ada jawaban."Emili... I Love you""I Love you too Danil" jawab Emili terdengar malas.'Sepertinya aku har
"Mana mungkin karyawan anda ini tidak mengenali Suaminya sendiri" kata Danil sengaja memperjelas di bagian 'Suaminya' pengakuannya membuat ruangan heboh,"Jadi dia yang kemarin wisuda itu, kenapa orangnya beda?" Bisik salah seorang."Kenapa aku tidak bisa mengenalinya" sesal Dina padahal ia rekan kerja yang paling dekat dengan Emili dan banyak lagi bisikan-bisikan penyesalan karena tidak mengenali istri seorang sultan, bahkan ada yang mengintropeksi diri, apa ia pernah melakukan kesalahan pada istri sultan itu.Emili merasa risih dengan keadaan jadi ia menarik Danil keluar."Maaf Bu manager, bolehkah saya keluar sebentar" Emili mohon izin."Iya silahkan, jangan sungkan" Bu manager tiba-tiba melembut dan ramah.Emili membawa Danil ke koridor kantor yang jarang di lalui orang. Sebelum melanjutkan omelannya Danil sudah memeluknya erat."Aku merindukanmu Emili, sangat" Lirih Danil terdengar sangat bersungguh-sungguh, segala omelan yang Emili ingin ucapkan hilang seketika, berubah menjadi
Danil belum kembali ke LA, padahal ia berjanji pada Alex untuk meninggalkan pekerjaannya sehari saja, nyatanya sampai tiga hari pun belum ada tanda-tanda lelaki itu mau kembali, mana para investor tidak mau bekerja sama kalau bukan Danil langsung yang turun lapangan dan dirinya menyanggupi itu, seandainya ia tau bisa sangat berat meninggalkan Emili sudah pasti ia tidak akan merancang megaproyek itu.Alex sampai harus menelpon untuk menegurnya, "Bos, sudah cukup bulan madunya, selesaikan dulu proyeknya, kalau di tinggal lama bisa mangkrak ini kerjaan, para investor bisa menarik dananya" Omel Alex."Iya Lex, tolong di tangani beberapa hari lagi, aku masih ingin bermanja-manja bersama istriku" alasan Danil sangat tidak bisa di terima."Sudah saya bilang bucinnya di kurangi kenapa malah tambah parah, tidak bisa pokoknya kembali sekarang saya akan pesankan tiketnya" "Iya baiklah, saya akan kembali hari ini, pesan tiket untuk perjalanan malam" "Oke" Alex menutup panggilan.Setelah meleta