Dipagi hari dengan cuaca yang sedikit mendung seorang pemuda yang baru berusia 17 tahun, sebut saja Ari.
Adalah anak laki-laki yang beranjak dewasa atau istilahnya ABG, dia adalah anak yang putus sekolah, bukannya kurang biaya, malahan bisa dibilang dia itu anak orang yang tergolong kaya dilingkungan nya.
"Ma, Ma ...."
"Apa Ri?" tanya mamanya.
"Kaos ungu di sini tadi mana? Sama kunci motor ku mana?" tanya Ari kebingungan.
"Lho kok tanya Mama. lha wong yang make situ kok," jawab mamanya.
"Ya semalam tidak aku copot tetep nancep di motor, bantu nyariin to Ma!" pinta Ari dengan suara agak keras.
"Kamu itu Nak ... naruh-naruh sendiri kok Mama yang disuruh nyari, Ogah, Mama masih repot, repot masak," jawab mamanya tidak peduli.
"Ayolah Ma ... Bantu cariin, takut telat nanti ...." pinta Ari membujuk terus dengan mimik wajah agak sedikit memelas.
"Ya sudah, sana terusin Mama goreng ikannya, awas kalo sampai gosong!" ancam mama.
Mama Nurul pun bergegas nyariin kunci motor anaknya tersebut, di saat sang mama mencari tiba-tiba dari dalam kamar mandi si kecil Intan teriak-teriak manggil sang mama.
"Ma, mama ... Sudah ...."
Berulang-ulang si Intan memanggil mamanya.
"Iya sayang, langsung pakai handuknya terus sini Mama pakein baju." Mama Nurul pun masih mencari kunci motornya si Ari, tapi belum ketemu juga hampir seluruh ruang bagasi udah diperiksa, kemudian Nurul mencoba mencari di kamar Ari di kasur, lemari baju, saku baju, saku celana, meja dan laci semua sudah diperiksa tapi masih belum ketemu juga.
Sementara itu si Intan sudah selesai mandi.
"Ma ... pakai baju ...." ucap si Intan sambil loncat-loncat ceria.
Belum juga ketemu nyari kunci motor, Mama Nurul gantian makein baju si Intan.
"Ketemu belum Ma?" tanya Ari.
"Belum Nak ... Sudah mama periksa semua, di kamarmu juga," terang Nurul.
"Sini Mama terusin goreng ikannya. Ya ampun si Ari ... di bilang jangan gosong masih aja gosong, huh ...." keluh sang mama jengkel.
Sementara itu Ari sudah ngilang pergi, dia kerumah Denny temen akrabnya yang rumahnya ada di sebrang jalan.
"Lho Ri, mana motor mu?" tanya Denny.
"Kuncinya Nggak ketemu, pake motormu aja wes."
"Butut gak papa ya?" tanya Denny.
"Alah. Nggak papa," sahut Ari santai.
Reng ...!
Reng ...!
Bunyi kenalpot motor Denny sangat berisik, mereka berdua langsung tancap gas. Reng ... melesat, sementara Nurul sudah selesai masaknya, si kecil Intan pun juga sudah dipakein baju, terus Nurul langsung beres-beres kasur yang digelar di depan televisi dan ketika beresin bantal dia nemuin kunci motor Ari di dalam sarung bantal.
"Ini pasti ulah si Intan ngumpetin kunci motor di sini, hayo ... siapa yang ngumpetin kunci motor kakak di sarung bantal?" tanya Nurul sambil menggelitiki si kecil Intan.
"hi hi hi." Intan terpingkal-terpingkal geli.
"Ri ... Ari ... Ini lho kunci motormu," teriak Nurul. Dia mengira kalau Ari masih di rumah, tapi setelah tau kalau anak sulungnya itu sudah tidak ada di rumah. Dia cuma menggerutu dalam hati, 'Dasar anak bandel, pergi gak pernah pamit sama orang tua.'
Sesaat kemudian Ayah Ari masuk rumah.
"Assalamu'alaikum," ucap Ayah.
"Wa'alaikkummusalam," jawab sang istri.
"Ayah ...." Si kecil Intan berlari menghampiri Ayahnya dan langsung minta gendong.
"Ari mana Ma?" tanya Ayah.
"Udah pergi."
"Lha itu motornya ada," imbuh Ayah.
"Kemana?"
"Gak tau, lha wong tidak pamit."
"Dasar Anak gak bisa diatur, mau jadi apa dia, sekolah gak mau, suruh mondok gak mau!" gerutu Ayah.
"Sarapan dulu yah habis itu cari si Ari," seru Nurul. Nurul pun segera menyiapkan sarapan dan kemudian mereka sarapan bareng.
"Habis sarapan langsung cari Ari ya, Yah ...?" pinta Nurul.
"Ya, nanti habis nganter daftar belanja toko, takutnya entar ada sales datang pagi ini."
Pak Suhadi adalah seorang pedagang sukses yang memiliki toko besar yang memiliki banyak cabang.
Setelah usai sarapan Pak Suhadi pun segera mandi dan setelah itu beliau salat duha, lalu setelah salat langsung berangkat ke toko untuk mengantar daftar belanja.
Dan setelah habis dari toko Pak Suhadi pun segera mencari Ari, anaknya. Dicarinya ketempat biasanya anak-anak nongkrong, banyak anak di situ tapi tidak dijumpainya si Ari.
Ditanyainya salah satu anak yang ada di situ yang kebetulan pak Suhadi pun mengenalinya, Irfan namanya.
"Ir, Kamu lihat Ari nggak?"
"Tidak pak" jawab Irfan.
"Tapi semalam aku mendengar Ari dan Denny janjian mau kerja," imbuhnya.
"Apa katamu? Keluar sama Denny?! Kerja?!" Pak Suhadi terkejut bukan main mendengar penuturan Irfan teman anaknya itu.
Merasa dapat info tentang keberadaan anaknya, Pak Suhadi pun lantas memanggil Irfan supaya mendekat.
"Fan, sini Fan." Pak Suhadi melambaikan tangan kepada Irfan. Irfan pun segera menghampiri.
"Betul, kamu tau kemana Ari pergi?"
"Tau pak," jawab Irfan.
"Kemana? Terus kerja apa?" cecar Pak Suhadi.
"Kerja di Pak Haji Saipul. Pamannya Denny," terang si Irfan.
"Emang kerja apa?"
"Pengemasan buah Pak," jawabnya lagi.
"Astaghfirullah ... Irfan ... hem ..." gumam Pak Suhadi terlihat geram.
"Pak Haji Saipul rumahnya mana to Fan?" tanya Pak Suhadi lagi.
"Dukuh Pinkan Pak," jawab Irfan.
"Kamu mau antar Bapak ke sana?"
"Ya enggak lah Pak, ya gak enak to aku sama Ari," jawab Irfan beralasan.
"Iya dah gak papa, makasih ya infonya."
Merasa telah mendapatkan kabar penting tentang anaknya lantas Pak Suhadi pun ngasih uang jajan kepada Irfan sebagai tanda terimakasih. Akan tetapi si Irfan menolak.
"Gak usah Pak makasih," tolak Irfan.
"Udah lah Fan Terima wong cuma dikit kok," bujuk Pak Suhadi.
Tapi Irfan tetap menolak dan akhirnya Pak Suhadi pun mengalah sambil menepuk pundak si Irfan, Pak Suhadi pun mengucapkan terimakasih dan langsung pamitan.
"Ya udah terimakasih ya Fan Bapak terus mau langsung jalan."
"Ya sama-sama."
Pak Suhadi pun langsung bergegas menuju Dukuh Pinkan tempat di mana Ari berada, dan setelah masuk di sana Pak Suhadi pun menghentikan Mobilnya di kerumunan Ibu-ibu yang lagi belanja di pedagang sayur keliling.
Pak Suhadi pun membuka kaca mobilnya dan langsung bertanya.
"Assalamu'alaikum Bu ... maaf mau numpang tanya ...."
"Waalaikumsalam ... Ya silakan? " jawab para ibu.
"Mau tanya Rumahnya Haji Saipul juragan buah mana ya? " tanya Pak Suhadi.
"Lurus aja Pak kira-kira 500 meter ada kantor pos rumahnya di sebelahnya situ."
"Oiya makasih ya Bu ...." ujar Pak Suhadi sambil menutup kaca mobilnya.
Dan sesaat kemudian sampailah mobil Pak Suhadi di depan rumah yang dimaksud, Pak Suhadi pun segera memarkir mobilnya di pinggir jalan dan Diapun langsung turun dari mobil, sambil mengawasi keadaan di dalam pagar rumah yang terlihat banyak orang di situ siapa tau anaknya, si Ari ada diantara mereka. Dan betul saja ia melihat anaknya tersebut tidak pakai baju sedang merokok sambil mewadahi buah jeruk ke dalam peti, dan kelihatannya Ari pun tidak mengetahui kalau Bapaknya sedang memperhatikannya.
Bersambung.
Siang itu, seorang Ayah telah dibikin syok. Pak Suhadi tambah kaget manakala ia juga melihat botol anggur di meja kecil di dekat timbangan.'Jangan-jangan Ari juga ikut minum anggur itu?' tanya Pak Suhadi dalam hati, ia lalu memindah parkir mobilnya di seberang jalan supaya tidak kelihatan oleh Ari, karena ia bermaksud mau mengawasi anaknya tanpa diketahui olehnya.Kemudian Pak Suhadi pun masuk warung kopi yang berada tepat di samping pintu gerbang rumah Haji Saipul, karena dari situ dia bisa melihat aktivitas orang yang ada didalam dari celah-celah pagar besi.Pak Suhadi pun memesan satu cangkir kopi dan 1 bungkus rokok surya kesukaannya, sambil menikmati kopi dan rokok dia terus memantau gerak gerik anaknya dari dalam warung, yang kira-kira berjarak 50 meter dari tempatnya duduk.Beberapa menit telah berlalu dan apa yang dikhawatirkan Pak Suhadi pun benar-benar terjadi, berita yang selama i
Pak Suhadi pun mulai bertanya,"Dari mana kamu seharian ini tadi?!" suaranya keras."Biasa, main," jawab Ari."Main di mana? Bilyard?" jawab Suhadi singkat dengan setengah bertanya."Bohong!" sanggah Pak Suhadi."Bener, tanya aja sama Denny," jawab Ari membela diri. Tapi ya memang bener sih, sebelum pulang tadi dia dan Denny mampir dulu di tempat bilyard."Selain dari bilyard kemana lagi? Dan ngapain aja?" lanjut Pak Suhadi."Gak ada," jawab Ari dengan wajah terlihat agak sedikit grogi."Jangan bohong kamu!" ucap Pak Suhadi mulai meninggi."Kamu tadi habis mabok kan?" imbuhnya lagi."Enggak kok Pak," jawab Ari mengelak.Tiba-tiba Plakkk, tangan kanan Pak Suhadi mendarat di pipi Ari."Ini apa?" Pak Suhadi menyodorkan ponse
Setelah mendapat saran dari Pak To, Ari pun terus berfikir'Apa iya ya aku ikut Denny saja?' tanyanya dalam hati'.Setelah di pikir-pikir akhirnya nya diamemutuskan untuk ikut jadi kenek dan sekaligus kuli angkutnya Denny, yang tak lain adalah temannya sendiri.Seperti biasa kalau sudah habis dzuhur para mobil barang mulai datang tak terkecuali mobilnya Denny, hari itu mobil Denny masuk urutan yang ketiga dan setelah Denny masuk dan selesai bongkar Ari pun berbicara kepada Denny, "Den, mulai besok aku ikut kamu aja cari barang.""Kemaren-kemaren aku kan udah nawarin to ... Kamunya aja yang belagu," jawab Denny terlihat seperti memojokkan Ari."Ya gak gitu juga Den ... Kemarin kan aku belum yakin kalau kamu itu bisa jadi pengepul beneran apa gak," jawab Ari membela diri."Aah ... songong lo ...." jawab Denny sambil mendorong kepala Ari pakai jari.
Akhirnya malam pun tiba. "Malam Yola ...." sapa Denny."Tumben sendiri, mana Ari?" tanya Yola."Aku tinggal," jawabnya singkat."Kok gitu?" tanya Yola lagi."Iyalah aku kan ingin ... sama kamu," jawab Denny kasih kode pakai jari sambil mengedipkan mata."Emang udah bawa ini ... Banyak?" balas Yola sambil kasi kode pakai ibu jari dan jari telunjuk (uang maksudnya)."Beres ... minta tehnya dong,"pinta Denny."kok cuma teh biasanya kamu anggur," sahut Yola."Lagi males teler," jawab Denny."Langsung antar di bilik belakang ya," pinta Denny."Mau di bilik apa?" tanya Yola."Anggrek," jawab Denny.Di cafe Bilyard itu memang menyediakan banyak bilik yang biasa dipakai bercinta para pelayan cafe dan para
Pemuda itu berdiri. "Bentar ya, aku mau ke kamar kecil dulu," Denny berpamitan sambil berjalan.Di dalam kamar kecil Denny merasa penasaran dengan reaksi dari obat perangsang yang telah diminum oleh Yola, sengaja Denny agak berlama-lama di dalam kamar kecil. Kira-kira setelah sepuluh menit berlalu terdengar suara Yola memanggil."Denny ...." suara Yola agak sedikit parau."Kamu ngapain sih?" lanjut Yola bertanya."Ya bentar," jawab Denny sambil keluar dari kamar kecil.Antara percaya dan tidak, Denny melihat perubahan ekspresi Yola dari sebelumnya, raut mukanya terlihat agak sedikit tegang, dengan pandangan mata yang terlihat seperti orang yang berharap, ditambah mulut yang sedikit terbuka.'Yes sudah tidak diragukan lagi kalau saat ini Yola benar-benar berada dalam pengaruh obat perangsang itu,' katanya dalam hati.Sebenarnya s
Ari pun segera bergegas kembali kemeja bilyard."Ayo mulai," seru Ari."Ayo ... Siapa takut," sahut Roni.Mulai lah mereka berdua bermain bilyard.Ari memang jago kalau urusan bermain adu sodok itu, terbukti tiap kali ia bermain hampir bisa dipastikan lawan-lawannya kalah, tak terkecuali dengan si Roni.Sudah tiga kali permainan Roni kalah terus, hingga akhirnya dia pun menyerah."Udah Ri, aku ngaku kalah, aku nyerah," ucapnya."Ayo satu permainan lagi, kalau gak mau aku suruh bayarin semua minuman dan rokoknya," ancam Ari.Tapi sebenarnya dia cuma menggoda, karena semua pesanannya itu sudah dibayar. Sementara itu Yola yang sejak tadi duduk di bangku sesekali mengambilkan minum buat Ari tiap kali diminta.Sambil duduk pandangan Yola pun terus memperhatikan Ari yang sangat jago bermain bilyar
"Kalau gitu aku mau bilang dulu sama Mama Mirna, mau minta izin," ucap Yola. Mama Mirna adalah manager cafe yang juga sebagai ibunya para wanita penghibur yang ada di situ."Ya udah sana," balas Ari.Sebelum beranjak pergi tiba-tiba Yola memeluk Ari sambil memberi kecupan mesra dan Ari pun memejamkan mata sambil terlihat tersenyum seakan menikmati pelukan dan kecupan dari Yola.Sedikit mengulang tentang tabiat Yola,dia itu adalah tipe wanita yang sangat matre, dia itu tidak bisa hidup susah, dia juga bukan tipe wanita yang setia, itu terbukti dia tega meninggalkan, sekaligus menggugat cerai mantan suaminya, dan tega meninggalkan anaknya yang masih berumur dua tahun.Tega, kejam, sadis, ya mungkin itulah ungkapan-ungkapan yang sangat pas buat Yola.Dulu dia terbilang masih muda ketika menikah, baru berusia 18 tahun, tepatnya setelah dia lulus dari SMU.
Perlu diketahui Ari memang cowok nakal cuma selama ini nakalnya itu hanya seputar mabok, taruhan di meja bilyard, dan untuk urusan main dengan perempuan selama ini dia cuma sebatas ngobrol dan bercanda-canda saja, karena untuk hubungan intim dia sudah punya prinsip untuk tidak melakukannya kecuali dengan istrinya kelak.Hal yang sangat sulit untuk bisa diterima oleh akal, karena yang namanya judi, mabuk, hubungan intim dengan wanita penghibur itu adalah satu kombinasi aktivitas di dalam sebuah tempat hiburan.Namun nyatanya masih ada seseorang pemuda yang masih bisa menghindari salah satunya, yaitu seks bebas yang merupakan puncak kenikmatan yang ada di sebuah tempat hiburan tersebut.Ya, dialah Ari Anggara bin H Suhadi orangnya.Kembali ke perjalanan Ari dan Yola yang dari Surabaya menuju kota Malang,dan setelah melihat Yola yang telah memamerkan paha mu