Home / Urban / No Cerai No Pisah! / Chapter 15 - Mantan Devon

Share

Chapter 15 - Mantan Devon

Author: Elodri
last update Huling Na-update: 2025-06-19 23:23:45
Ucapan Sani membuat wajah Rosa langsung kehilangan ekspresi. Dia tampak datar dan dingin. Rosa tertawa sinis. "Mustahil."

"Kamu belom coba. Jadi jangan bicara seperti itu. Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Rosa. Binatang saja tidak akan menelantarkan anak-anaknya," ujar Sani menasehati.

"Tapi orang itu, iya. Dia nggak peduli hidup dan matiku," kata Rosa sambil menatap Sani dengan serius.

Sani terdiam dan memandang prihatin Rosa. Meski begitu, dia tetap tidak ingin Rosa merasa menyesal di kemudian hari. Baginya, tidak ada yang lebih baik dari bermaaf-maafan.

"Rosa ... Dulu aku juga pernah berantem dengan ibuku. Kami berhenti bicara ke satu sama lain selama seminggu. Walau aku sudah nggak marah lagi, aku dan ibuku masih nggak akur. Kami malah semakin mengganggap masing-masing dari kami itu egois," ujar Sani.

Sani meneruskan ceritanya, "Kamu tau bagian tersulitnya? Itu adalah memulai duluan," Sani mengambil napas, "Aku mengerti posisi kamu. Mungkin menjadi orang pertama yang mencob
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 19 - Daddy~

    "Lihat siapa ini?" Rosa berbalik, lalu melihat segerombolan wanita yang masing-masing menenteng tas belanja. Tanpa harus menebak, Rosa tahu siapa yang barusan bicara dengan nada mengejek tersebut. Rosa menatap datar Giselle. Wanita itu berada di tengah-tengah mereka dan berdiri di garda terdepan. Rosa memperhatikan sekilas satu per satu teman-temannya di belakang. Setelah itu, menyeringai sinis.'Tipikal penggertak.'Giselle mengamati Rosa dari pucuk kepala hingga ujung kaki. Giselle merasa jijik bahwa wanita seperti Rosa bisa mengenakan gaun itu dengan sangat memukau seolah-olah gaun itu tercipta hanya untuknya. Dia membenci penampilan Rosa yang mengalahinya. "Aku penasaran. Kamu mau beli gaun yang menempel di tubuhmu itu? Memangnya sanggup?" ucap Giselle meremehkan."Nggak," balas Rosa singkat.'Well, bukan aku yang beli. Tapi Devon. Dia yang akan membayarnya. Jadi benar, kan.'Tawa Giselle dan teman-temannya meledak saat itu juga. Mereka saling meledek dengan mengulang kata-kata

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 18 - Suamiku

    Devon dengan ahli mengendalikan emosi yang terselip di ekspresinya dan menghapus bersih sisa-sisa kekagetan yang ada. "Barusan ... kamu panggil aku apa?"Rosa memiring kepalanya sedikit, tak menangkap maksud Devon. "Yang mana? Aku panggil kamu Sayang.""Bukan," sanggah Devon. "Mmm. Aku nggak tau," kata Rosa pasrah. Tapi dibanding pasrah, Rosa sedang enggan meladeni Devon. Mungkin karena dia masih mengantuk dan AC di ruangan ini suhunya sangat sesuai. Tidak terlalu dingin, juga tidak membuat gerah, nyaman sekali. Rosa mengusap-usap mata, menahan kantuk. Sementara Devon hanyut dalam ingatannya. Dia sungguh ingat Rosa memanggilnya 'Suami saya'. Kapan terakhir kali Rosa menyebutnya seperti itu? Kalau yang ini Devon tak ingat. Namun, jelas sudah lama sekali. Ah, tepatnya, sebelum Devon meminta Rosa bertemu di restoran laknat tempatnya disambar petir. Karena begitu mereka sampai ke topik perceraian, nada dan sebutan Rosa dalam sekejap berubah pedas.Rasanya sekarang agak aneh mendengar

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 17 - Siapa Kamu?

    Rosa dan Devon saling diam-diaman sejak mereka berada di mobil. Tak ada yang berminat membuka percakapan duluan, meski Rosa dengan natural meraih lengan Devon untuk dipeluk, lalu dia bersandar di bahu Devon. "Kita mau kemana, Sayang?" Devon melihat Rosa sudah memejamkan mata. Beristirahat tenang setelah bertanya kemana. "Ke mall," ucap Devon seadanya. Rosa bergumam pelan di sela istirahatnya. Gumamannya mendekati suara bersenandung manis, ketimbang orang berkumur-kumur. Beberapa detik kemudian, Devon mendengar suara napasnya menjadi halus teratur. Dan, kaitannya di lengan Devon mengendur perlahan. Tanpa sadar, bagian tubuh Devon yang disandari Rosa berubah kaku. Entah karena tidak ingin membangunkan wanita itu atau sekadar menahan kram di lengan. Tetapi, ketika merasakan berat yang menibani dia ringan bagai tak berbobot, pikiran Devon lantas teralihkan. Devon memalingkan muka ke luar jendela. Situasi hening ini akhirnya datang. Setelah lama hilang semenjak kehadiran Rosa yang se

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 16 - Cinta Pertama

    Nima mengedip mati-matian demi memperingati Ola. Tapi apa mau dikata, kalau yang dituju tidak peka. Ola terlalu sibuk mendengarkan teguran Rosa agar jangan memanggilnya 'Bu'. Panggilan itu membuat Rosa mendadak merasa seperti tante-tante. "Siap, Nona!" "Good. Nah, sekarang namanya mantannya siapa?""Seingat saya namanya Kirana, deh. Saya nggak begitu kenal, sih. Soalnya saya baru masuk waktu itu, jadi nggak terlalu memperhatikannya. Mungkin Kak Nima tau?" jawab Ola yang diakhiri dengan pertanyaan seraya menunjuk Nima. Nima tersenyum kaku, dia sungkan membahas masa lalu bosnya. Takut-takut nanti dia mengikuti jejak Rama yang sering uring-uringan terjebak di antara Devon dan Kakek Haryanto. Rosa ingin tertawa karena ekspresi Nima sangat terbaca. Dia berusaha menenangkan gadis itu, "Jangan takut. Devon nggak bakal tau obrolan kita. Aku akan merahasiakan semua yang kita bicarakan di sini."'Cepet, cepet, kasih tau aku! Asli aku penasaran banget kayak gimana mantan tunangan ini. Nggak

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 15 - Mantan Devon

    Ucapan Sani membuat wajah Rosa langsung kehilangan ekspresi. Dia tampak datar dan dingin. Rosa tertawa sinis. "Mustahil.""Kamu belom coba. Jadi jangan bicara seperti itu. Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Rosa. Binatang saja tidak akan menelantarkan anak-anaknya," ujar Sani menasehati. "Tapi orang itu, iya. Dia nggak peduli hidup dan matiku," kata Rosa sambil menatap Sani dengan serius. Sani terdiam dan memandang prihatin Rosa. Meski begitu, dia tetap tidak ingin Rosa merasa menyesal di kemudian hari. Baginya, tidak ada yang lebih baik dari bermaaf-maafan. "Rosa ... Dulu aku juga pernah berantem dengan ibuku. Kami berhenti bicara ke satu sama lain selama seminggu. Walau aku sudah nggak marah lagi, aku dan ibuku masih nggak akur. Kami malah semakin mengganggap masing-masing dari kami itu egois," ujar Sani.Sani meneruskan ceritanya, "Kamu tau bagian tersulitnya? Itu adalah memulai duluan," Sani mengambil napas, "Aku mengerti posisi kamu. Mungkin menjadi orang pertama yang mencob

  • No Cerai No Pisah!   Chapter 14 - Identitas Baru

    "Kamu belanja apa bulan ini?" tanya Devon. Suaranya berlumuran sarkas. Rosa berhenti dan menatap Devon. "Kenapa?" Devon tidak memikirkan jenis pekerjaan Rosa. Dia cuma menyayangkan. Uang bulanan Rosa yang cukup untuk biaya hidup sebuah keluarga beranggotakan lima orang, selama satu tahun penuh, harus habis sampai dia mesti memakai gajinya sendiri yang mungkin juga tidak seberapa. Seboros apa sampai menunggu bayarannya turun. "Aku mau tahu kamu sudah menghabiskan berapa banyak," kata Devon tenang. Rosa termangu. Dia berdiri mematung tanpa membalas selama beberapa saat. Tak ayal, Devon merasa ada yang aneh dengan tanggapannya, walau belum tahu bagian mananya yang salah. "Kamu lupa?" tanya Rosa tak percaya. "Apa maksdmu?" "Sayang ..." Devon menyergah dengan nada tak sabar, "Katakan saja." "Kamu nggak pernah kasih aku uang. Kamu kasih kartu kredit ke Pak Sugi buat urus semua kebutuhanku. Kalau aku butuh sesuatu, aku tinggal bilang padanya," terang Rosa, lalu menghela napas le

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status