Share

Tanpa Riasan

Author: NonaAquarius
last update Last Updated: 2025-10-28 10:55:34

Anya menatap dirinya di depan cermin rias. Tentu saja dia berusaha mencari letak kekurangannya sehingga Felix tidak pernah sekalipun menghargainya. Apa dia serendah itu di mata Felix? Wanita seperti apa yang sebenarnya Felix inginkan?

Jika mengingat bagaimana kejamnya perkataan Felix membuat Anya merasakan sakit yang sangat dalam. Hatinya terasa diremukkan, apalagi ekspresi wajah Felix yang menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan.

Apa iya, mereka harus berpisah dengan cara tidak baik? Tidak, pertanyaannya salah, bukankah awalnya hubungan mereka tidak pernah baik?

Air mata wanita itu terjatuh. Dia ingin kesal tapi kepada siapa dia harus meluapkannya? Salah Anya yang terlalu mengharapkan cinta pada pria yang tidak pernah ingin bersamanya. Di mata Felix Anya adalah wanita murahan. Apa Anya perlu menggoda Felix agar pria itu bisa membuka hati untuk Anya? Toh, lagi pula bagi Felix Anya begitu rendah seolah tidak selevel dengannya.

Ini malam terakhir Anya di rumah Felix. Dia masih ingat penegasan Felix yang akan memberinya surat cerai besok. Entahlah apakah ini berita duka atau justru kesempatan baru untuk Anya. Siapapun memimpikan pernikahan yang bahagia, begitupun Anya.

Akibat terlalu lama menangis, make up di wajah Anya mulai luntur. Kini wajah wanita itu terlihat cantik natural tanpa ada make up yang tersisa. Ternyata di balik wajah cuek wanita itu terlihat wajah yang luar biasa lembut. Anya lebih cantik tanpa make up yang selalu ia pakai tiap hari. Wanita bisnis sepertinya diharuskan memakai make up setidaknya itu bisa menutupi luka hati yang ia rasakan. Dibalik ketegaran hati dan kepura-puraan nya untuk baik-baik saja, ada hati yang hancur lebur karena tidak dianggap.

Wanita itu berdiri dari duduknya, menatap pantulan dirinya di cermin mulai dari kaki sampai kepala. Dia malu dengan penampilannya seperti ini. Baju tidur yang sangat minim kain, dengan tekstur yang sediki nerawang. Ini pertama kalinya Anya memakai pakaian seseksi ini. Sebelum berpisah dengan Felix, wanita itu berencana memberikan dirinya pada pria itu. Anya ingin melaksanakan tugas sebagai istri untuk yang pertama kali.

Meski sangat malu dengan penampilan seperti itu, Anya harus melakukannya. Ia tahu, Felix tidak akan pernah tertarik dengannya tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

Anya ragu kalau ini akan berhasil. Dia sangat gugup dan tentu saja dia harus siap dengan hinaan yang akan dilontarkan suaminya. Memikirkannya saja sudah membuat Anya sesak.

Ini satu-satunya harapan Anya. Dia berharap agar Felix tidak menceraikannya. Jika Anya bercerai, maka dia sungguh bukanlah istri yang baik.

***

Tiba di depan kamar Felix, Anya terdiam menatap pintu. Saat ini napasnya sedang tidak beraturan, rasa gugup menguasainya. Apa dia bisa melakukannya? Bagaimana jika Felix menolak? Pikiran negatif kembali berkecamuk di kepalanya.

Wanita itu menghela napas sebelum akhirnya membuka pintu kamar Felix tanpa mengetuk.

Terlihat Felix langsung menoleh melihat Anya. Tentu saja ekspresi wajah pria itu memperlihatkan keterkejutan. Anya yang melangkah menuju ke arahnya dengan pakaian minim bahan apalagi pakaian wanita itu sedikit nerawang.

Jujur saja kaki Anya terasa lemas akan tetapi wanita itu pintar sekali menyembunyikan ketidaknyamanannya. Salah satu hal yang tidak bisa Anya kontrol untuk terlihat baik-baik saja adalah tangannya. Tangan wanita itu menggenggam erat baju tidur yang ia kenakan, setidaknya dengan cara itu rasa gugup Anya sedikit terlampiaskan.

Tepat di hadapan Felix, wanita itu berhenti. Mereka berdua saling menatap. Anya pikir rasa gugupnya bisa berkurang akan tetapi ia semakin gugup saat melihat Felix yang hanya memakai baju tidur kimono, terlebih area dada pria itu terlihat jelas.

Anya jadi tidak bisa berkata-kata, padahal sebelum datang kesini dia berusaha berlatih. Saat ini mereka masih bertatapan, Anya tidak bisa membaca pikiran Felix tentangnya.

Adapun Felix masih menatap dan meneliti setiap inci wajah Anya. Ini pertama kalinya dia melihat Anya tanpa riasan. Meski begitu, Felix tidak bisa menyangkal fakta bahwa wanita itu terlihat cantik meski tanpa riasan bahkan lebih cantik dari biasanya.

Entah kenapa degup jantung Felix berdebar. Mata almond berwarna hijau kebiruan dengan bulu mata lentik dan lebat meski tanpa maskara. Felix beralih menatap hidung mancung wanita itu kemudian turun menatap bibir ranum Anya. Terlihat basah sehingga Felix bahkan menelan saliva. Tidak, Felix tidak mungkin tergoda hanya karena melihat Anya tanpa riasan, bukan?

"Kamu tahu konsekuensi dari mendatangiku dengan pakaian setransparan itu?" Nada suara Felix terdengar rendah akan tetapi sedikit menegaskan.

"Biarkan saya melayani anda," jawab Anya dengan nada rendah.

Jujur saja Felix terkejut akan tetapi pria itu bersikap biasa-biasa saja. Ternyata Anya mendatanginya untuk melayani dirinya. Apa Felix harus senang? Apa Anya hanya menjalani trik untuk menjebak Felix agar pria itu tidak menceraikannya? Apa lagi yang direncanakan Anya? Kenapa sampai sebegininya Anya tidak ingin cerai dari Felix?

"Kamu melakukan hal sejauh ini hanya karena tidak ingin diceraikan?" tanya Felix dengan nada suara serak.

"Saya selalu menunggu anda. Anda sendiri yang memberi batas. Bahkan anda tidak ingin sekamar dengan saya. Perjalanan bisnis hanya sebagai alasan untuk menjauhi saya, kan?" tanya Anya menatap Felix dengan tatapan sendu.

Felix terdiam. Bagaimana bisa Anya tahu hal itu? Siapa yang memberitahu Anya?

"Apa lagi yang kamu rencakan? Apa kamu mau mengancamku sekarang karena telah tahu kebenarannya? Menunggu katamu? Apa kamu pikir aku bisa percaya pada tipu muslihat dari wanita ular sepertimu?!" Kali ini Felix menegaskan. Tentu saja dia tidak pernah sekalipun mempercayai Anya.

Anya sakit hati dengan oenegasan itu. dengan terang-terangan Felix mengatakan hal senmenyakitkan itu.

"Àpa tidak ada jalan lain untuk kita selain bercerai?" tanya Anya dengan nada rendah.

Felix melangkah mendekati Anya, wajah Anya dari dekat membuat Felix sedikit tertarik. Wanita itu sangat berbeda dari yang biasanya. Kesan Anya yang sekarang ini terlihat polos tapi Felix tersenyum merendahkan saat melihat gaya berpakaian Anya yang berbanding terbalik dari wajahnya.

"Murahan!" bisik pria itu menertawakan.

Anya mendengarnya, hati wanita itu sesak. Kata 'murahan' membuatnya sakit.

"Apa saya serendàh itu di mata anda?" tanya Anya dengan nada pelan.

"Menurutmu? Bukankah sudah jelas, kamu datang menemuiku dengan pakaian seperti itu ... karena ingin melempar dirimu padaku 'kan? Seorang wanita yang bersedia melempar diri kepada seorang pria, bukankah itu disebut murahan?!" Lagi-lagi senyum mengejek terpampang di wajah Felix.

"Tapi anda adalah suami saya, wajar jika seorang istri melayani suaminya," jawab Anya dengan nada suara rendah. Tangan Anya mengepal, sungguh setiap kata yang dilontarkan Felix begitu menyakitkan.

"Suami? Setelah 3 tahun, baru sekarang kamu mau melayaniku? Apa kamu pikir aku akan berubah pikiran jika kamu melakukan hal seperti ini?" Felix menatap Anya dengan teliti, tatapannya menelusuri bagian tubuh wanita itu yang masih dilapisi kain tipis.

Anya gugup saat Felix menatap tubuhnya seperti itu. Dia malu, ini pertama kalinya dia melakukannya dengan seorang pria.

"Baiklah! Kamulah yang memulainya, aku tidak akan melakukannya dengan hati-hati. Jangan harap aku bersikap lembut padamu!" Felix menyeringai, kemudian menarik tangan Anya dengan kasar sehingga wanita itu terhempas ke atas ranjang.

BERSAMBUNG ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • No Marriage is Perfect   Sandiwara Felix

    Sesampainya mereka di rumah sakit, mereka mulai mencari tempat ayah Anya dirawat. Terlihat jelas rasa khawatir Anya sedangkan Felix tetap tenang seolah ini bukan apa-apa baginya. Toh dari awal, Felix tidak begitu suka dengan ayah Anya. Anya menghentikan langkahnya saat melihat ibunya duduk di kursi tunggu, berjarak beberapa meter darinya. Wanita itu menghela napas kemudian menoleh melihat Felix yang berdiri di sampingnya. "Jangan beritahu mereka kalau kita akan bercerai. Saya akan melakukan apapun—"Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung memotong. "Aku tidak suka mengulangi hal yang sama. Bukankan tadi sudah dibicarakan? Apa kamu mau aku berubah pikiran?" Felix menatap Anya dengan tatapan tajam. Anya menggeleng dengan cepat. Anya menarik napas dan membuangnya dengan lembut. Sebisa mungkin wanita itu meredakan rasa khawatirnya. dengan gugup, Anya mengambil tangan Felix dan menggenggamnya. Felix hanya menerima karena ini hal biasa. Setiap kali berhadapan dengan

  • No Marriage is Perfect   Ayah Anya Masuk Rumah Sakit

    Di dalam kamar Anya, terlihat wanita itu duduk di depan cermin rias. Malam ini terasa dingin bagi Anya. Melihat pantulannya di cermin membuat Anya mengasihi dirinya sendiri. Banyaknya bekas merah di sekujur tubuh wanita itu menjadi bukti betapa brutalnya kelakuan Felix. Anya merasa sesak, dengan sikap Felix yang begitu dingin terhadapnya. Anya tahu dirinya tidak secantik wanita yang mengelilingi Felix selama ini tapi setidaknya ia harap Felix bisa menghargainya. Air mata Anya terjatuh dari tadi. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Cinta sepihak memang menyakitkan dan lebih parahnya lagi, Anya tidak bisa membenci Felix meski Felix melakukan hal diluar batas sekalipun. Apa Anya bisa menghadapi Felix besok? Ia takut kepada Felix sangat takut sehingga membuat Anya berpikir berulang kali. Ia selalu mengasihani dirinya sendiri setiap kali Felix menatpnya dengan tatapan merendahkan. Seolah Anya benar-benar wanita murahan. ***Felix keluar dari kamar mandi dengan ha

  • No Marriage is Perfect   Rasa Gugup

    Entah kenapa rasa gugup Anya berkurang, apa karena Felix sekarang melakukannya dengan lembut? Tangan nakal Felix perlahan menggapai area belakang punggung Anya dan membuka pengait BH Anya membuat wanita itu langsung berhenti mencecap bibir Felix. Anya menutupi dadanya menggunakan kedua tangan karena ia malu jika Felix melihatnya. Felix hanya diam menatap Anya yang memeluk dirinya sendiri. "Apa aku tidak boleh melihatnya?" tanya Felix dengan nada rendah dan sedikit membisik. "Sa-saya—" Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung menukar posisi membuat dirinya berada di atas tubuh Anya. Anya kembali gugup padahal tadi kegugupannya sedikit mereda. "Bi-bisakah lampunya dimatikan?" tanya Anya dengan nada sangat rendah. Felix hanya diam tanpa menggubris perkataan Anya. Pria itu membuka bh wanita itu sehingga dada Anya kelihatan. Terlihat tatapan Felix turun menatap bagian bawah Anya karena ia juga berniat membuka celana dalam wanita itu. Kini Anya terbaring tanpa

  • No Marriage is Perfect   Memuaskan Felix

    Degup jantung Anya berdetak tidak beraturan. Dinginnya AC di kamar Felix menembus tulang wanita itu. Tentu saja Anya gugup, Felix memperlakukannya dengan kasar. Sepasang mata tajam yang menatap Anya membuat wanita itu ketakutan. Terlihat jelas ada amarah yang akan meluap, tangan Felix kini menggenggam erat pergelangan tangan Anya membuat wanita itu meringis kesakitan. Anya tidak memprotes ataupun memberontak, karena lagi pula, dari awal Felix sudah menegaskan bahwa ia tidak akan bersikap lembut padanya. Mata Anya menatap Felix yang menatapnya dengan dahi mengerut. Felix menindih Anya tanpa hati-hati. Berat tubuh Felix membuat Anya merasa sesak. "Bukankah posisi ini terbalik? Kamu yang seharusnya di atas. Kamu yang harusnya memuaskanku, bukan aku yang memuaskanmu!" tegas pria itu dengan nada dingin. "Turun dan merangkaklah naik ke atas ranjang. Bukankah itu lebih menyenangkan?!" Felix menatap Anya dengan wajah merendahkan. Felix turun dari atas tubuh Anya dan membiarkan wanita itu

  • No Marriage is Perfect   Tanpa Riasan

    Anya menatap dirinya di depan cermin rias. Tentu saja dia berusaha mencari letak kekurangannya sehingga Felix tidak pernah sekalipun menghargainya. Apa dia serendah itu di mata Felix? Wanita seperti apa yang sebenarnya Felix inginkan? Jika mengingat bagaimana kejamnya perkataan Felix membuat Anya merasakan sakit yang sangat dalam. Hatinya terasa diremukkan, apalagi ekspresi wajah Felix yang menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Apa iya, mereka harus berpisah dengan cara tidak baik? Tidak, pertanyaannya salah, bukankah awalnya hubungan mereka tidak pernah baik? Air mata wanita itu terjatuh. Dia ingin kesal tapi kepada siapa dia harus meluapkannya? Salah Anya yang terlalu mengharapkan cinta pada pria yang tidak pernah ingin bersamanya. Di mata Felix Anya adalah wanita murahan. Apa Anya perlu menggoda Felix agar pria itu bisa membuka hati untuk Anya? Toh, lagi pula bagi Felix Anya begitu rendah seolah tidak selevel dengannya. Ini malam terakhir Anya di rumah Felix. Dia mas

  • No Marriage is Perfect   Tidak Pernah Dianggap

    Anya terkejut mendengar perkataan Felix. Sekarang ini degup jantungnya berdebar kencang. Ini mimpi'kan? Apakah pernyataan cinta Felix tulus? Apakah Anya boleh berharap lagi pada pria itu? Tatapan tulus Anya menjadi runtuh saat Felix kembali angkat bicara dengan nada sedikit membisik dan meremehkan Anya. "Kamu tidak mungkin berharap aku mengatakan hal itu, bukan?" tanya pria itu tersenyum menertawakan. Ini pertama kalinya Anya melihat Felix tersenyum selebar itu. Sepertinya Felix begitu menikmati dirinya merendahkan Anya. Padahal, Anya sudah berharap pria itu tulus padanya tapi ternyata itu hanyalah salah satu permainan Felix. "Anda sesenang itu mempermainkan saya? Ternyata, selama ini anda tidak pernah menerima saya sebagai istri." Ini bukanlah pertanyaan, Anya hanya berbicara dan berharap Felix mendengarnya. Untuk meruntuhkan harapan dan rasa cinta Anya, dia perlu melihat sisi Felix yang sangat membencinya. Setidaknya, Anya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Felix sedikit d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status