LOGINAnya terkejut mendengar perkataan Felix. Sekarang ini degup jantungnya berdebar kencang. Ini mimpi'kan? Apakah pernyataan cinta Felix tulus? Apakah Anya boleh berharap lagi pada pria itu?
Tatapan tulus Anya menjadi runtuh saat Felix kembali angkat bicara dengan nada sedikit membisik dan meremehkan Anya. "Kamu tidak mungkin berharap aku mengatakan hal itu, bukan?" tanya pria itu tersenyum menertawakan. Ini pertama kalinya Anya melihat Felix tersenyum selebar itu. Sepertinya Felix begitu menikmati dirinya merendahkan Anya. Padahal, Anya sudah berharap pria itu tulus padanya tapi ternyata itu hanyalah salah satu permainan Felix. "Anda sesenang itu mempermainkan saya? Ternyata, selama ini anda tidak pernah menerima saya sebagai istri." Ini bukanlah pertanyaan, Anya hanya berbicara dan berharap Felix mendengarnya. Untuk meruntuhkan harapan dan rasa cinta Anya, dia perlu melihat sisi Felix yang sangat membencinya. Setidaknya, Anya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Felix sedikit demi sedikit. Wajah Felix mendekati wajah Anya sehingga jarak hidung mereka 10cm. Anya bisa merasakan napas pria itu dan begitupun Felix bisa merasakan napas Anya bahkan Felix tahu rasa gugup wanita itu. "Benar. Aku senang mempermainkanmu. Wanita sedingin kamu, pantas untuk dipermainkan. Anya Valerie, apa kamu tahu apa yang tidak aku sukai darimu? Kamu wanita murahan di mataku dan caramu menyembunyikan kemunafikan itu membuatku semakin membencimu. Kamu wanita sok suci padahal siapa yang tahu kebenarannya seperti apa. Aku bisa menilai seorang wanita yang suci dan yang tidak. Aku bisa membedakan hal itu. Kamu termasuk wanita murahan bagiku!" bisik Felix tersenyum sinis. Dada Anya terasa sesak. Segitunya Felix membenci Anya? Ternyata benar, pria itu tidak memiliki rasa sedikitpun kepada Anya. Air mata Anya terjatuh begitu saja. Dari tadi wanita itu sudah susah payah menahan tapi pada akhirnya dia tidak kuat lagi untuk tidak menangis. Ini pertama kalinya Anya mengeluarkan air mata di hadapan Felix. Kata-kata Felix sungguh menyayat hati, serendah itukah Anya di mata pria itu? Felix terdiam saat melihat Anya mengeluarkan air mata dengan wajah yang masih datar. Apa wanita itu sungguh menangis? Tapi kenapa tangisannya seperti itu? Biasanya seseorang menangis dengan ekspresi tapi kenapa di Anya hanya air mata yang terjatuh dengan ekspresi datar? "Jangan ceraikan saya! Tinggal 2 tahun, setidaknya anda bisa menunggu selama 2 tahun. Tidak masalah jika anda tidak pulang kerumah ini, saya tidak masalah jika anda memiliki kekasih diluar sana, saya tidak masalah jika anda tidak menganggap saya sebagai istri tapi setidaknya jangan ceraikan saya sampai kontraknya habis. Saya memulai pernikahan ini dengan perasaan dan keseriusan, saya tidak pernah main-main di pernikahan ini. Tolong jangan ceraikan saya." Perlahan nada bicara Anya menjadi pelan. Wanita yang tadinya menangis dengan ekspresi datar, mulai memperlihatkan wajah sedih dan rasa sakit hatinya. "Lalu bagaimana denganku? Aku tidak bisa hidup dengan wanita yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Apa kamu pikir aku tidak tahu alasanmu memohon sampai sebegininya? Kamu hanya tidak ingin kehilangan banyak uang karena merasa rugi. Wanita sepertimu hanya memikirkan harta. Benar, 'kan?" tanya Felix dengan nada kesal. Anya terdiam. Dia tidak tahu pandangan Felix terhadapnya akan separah ini. Ternyata di mata Felix, Anya hanyalah wanita matre tapi kebenarannya, Anya sama sekali tidak menginginkan uang pria itu. Jika Anya pikir lagi, wajar jika Felix menganggapnya wanita matre dan hanya memikirkan diri sendiri karena dulu Anya menikahi Felix agar pria itu membantu perusahaan ayahnya yang akan bangkrut. "Besok kamu harus menandatangani surat cerainya dengan begitu, aku akan bebas dari wanita ular sepertimu!" Setelah penegasan itu, Felix langsung pergi meninggalkan Anya. Kini di meja makan itu hanya ada Anya. Wanita itu menangis sejadi-jadinya, dia tidak tahu dengan cara apalagi dia bisa membujuk Felix. Sebenci itukah Felix terhadap dirinya? Apa serumit ini mencintai seseorang? Anya sadar diri, dia tahu dirinya tidak memiliki sesuatu yang spesial, tapi haruskah Felix memperlakukannya seperti ini? Air mata Anya terjatuh. Yah, wanita itu menangis. Hatinya terasa sangat sesak melihat pria yang ia cintai memperlakukan dirinya seperti ini. Dengan cara apa lagi Anya membujuk Felix agar pria itu tidak menceraikannya? Bisakah Anya merebut sedikit saja hati Felix? Anya melihat makanan yang sudah susah payah ia masak untuk sang suami tapi Felix sama sekali tidak menghargai. Sakitnya luar biasa jika apa yang udah diusahain malah tidak dihargai. *** Di teras kamar Felix, pria itu berdiri dengan tangan mengenggam erat pagar teras. Ada kemarahan yang terlihat jelas dari raut wajah kesal pria itu. Tentu saja dia kesal kepada Anya karena tadi Anya menatpnya dengan ekspresi wajah seperti biasa, cuek dan selalu terlihat dingin. Selama 3 tahun pernikahan, tidak ada sekalipun kedekatan di hubungan mereka. Anya yang minim bicara begitupun Felix. Selama 3 tahun, tidak pernah sekalipun mereka sekamar. Tentu saja ini adalah keinginan Felix yang tidak pernah dibantah oleh Anya. Bahkan setiap kali mendekati Anniversary hubungan mereka, Felix selalu saja ada perjalan bisnis dan tentu saja karena hal itulah dia tidak pernah merayakan bahkan sama sekali tidak mengingatnya. Hari ini Felix tidak tahu bahwa Anya merayakan Anniversary mereka. Dia juga tidak tahu, wanita itu memasak makanan spesial untuk merayakannya. Jujur saja, ada banyak pertanyaan yang berkecamuk di kepala Felix tentang kenapa Anya melakukan semua ini? Kenapa baru sekarang Anya merayakannya? Tidak, Felix tidak tahu sejak kapan wanita itu melakukannya atau mungkin wanita itu sudah melakukannya di tahun pertama? Entah kenapa hati Felix terasa sesak karena telah menyatakan cerai. Tidak mungkin dia sesak karena tidak ingin berpisah, 'kan? Yah, pasti seperti itu. Felix yakin, dia hanya sesak karena merasa harga dirinya telah dipermalukan dan Felix meyakini hàl itu. Yah, Felix merasa telah dipermalukan selama ini oleh Anya. Bisanya wanita itu bertahan tinggal serumah dengan Felix tanpa ada niat mendatangi Felix di kamarnya. Maksud Felix, jika itu wanita lain pasti mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak mendatangi Felix. Selama ini Felix dikelilingi wanita cantik yang siap untuk ditiduri. Bahkan tanpa Felix minta, wanita-wanita itu yang mendatangi Felix hanya untuk hubungan satu malam. Anya berbeda, pria itu tidak suka dengan hal itu. Ia tahu Anya hanya sok suci dan penuh dengan kemunafikan. Lalu kenapa Anya tidak ingin diceraikan padahal Felix pikir wanita itu sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini? Bahkan tidak memiliki gairah sama sekali untuk mendatangi Felix. "Memulai pernikahan ini dengan perasaan dan keseriusan? Heh, lalu kenapa selama 3 tahun dia tidak melaksanakan tugasnya sebagai istri dengan baik? Dia bahkan tidak pernah datang melayani suaminya! Apa dia pikir, aku akan termakan dengan perkataan yang penuh tipu muslihat itu?" gumam Felix kesal saat mengingat perkataan Anya tadi yang mengatakan memulai pernikahan ini dengan perasaan dan keseriusan. Tiba-tiba saja, pintu kamar Felix terbuka lebar. Seorang wanita berpakaian seksi melangkah masuk. BersambungSesampainya mereka di rumah sakit, mereka mulai mencari tempat ayah Anya dirawat. Terlihat jelas rasa khawatir Anya sedangkan Felix tetap tenang seolah ini bukan apa-apa baginya. Toh dari awal, Felix tidak begitu suka dengan ayah Anya. Anya menghentikan langkahnya saat melihat ibunya duduk di kursi tunggu, berjarak beberapa meter darinya. Wanita itu menghela napas kemudian menoleh melihat Felix yang berdiri di sampingnya. "Jangan beritahu mereka kalau kita akan bercerai. Saya akan melakukan apapun—"Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung memotong. "Aku tidak suka mengulangi hal yang sama. Bukankan tadi sudah dibicarakan? Apa kamu mau aku berubah pikiran?" Felix menatap Anya dengan tatapan tajam. Anya menggeleng dengan cepat. Anya menarik napas dan membuangnya dengan lembut. Sebisa mungkin wanita itu meredakan rasa khawatirnya. dengan gugup, Anya mengambil tangan Felix dan menggenggamnya. Felix hanya menerima karena ini hal biasa. Setiap kali berhadapan dengan
Di dalam kamar Anya, terlihat wanita itu duduk di depan cermin rias. Malam ini terasa dingin bagi Anya. Melihat pantulannya di cermin membuat Anya mengasihi dirinya sendiri. Banyaknya bekas merah di sekujur tubuh wanita itu menjadi bukti betapa brutalnya kelakuan Felix. Anya merasa sesak, dengan sikap Felix yang begitu dingin terhadapnya. Anya tahu dirinya tidak secantik wanita yang mengelilingi Felix selama ini tapi setidaknya ia harap Felix bisa menghargainya. Air mata Anya terjatuh dari tadi. Dia tidak bisa lagi menahan air matanya untuk tidak jatuh. Cinta sepihak memang menyakitkan dan lebih parahnya lagi, Anya tidak bisa membenci Felix meski Felix melakukan hal diluar batas sekalipun. Apa Anya bisa menghadapi Felix besok? Ia takut kepada Felix sangat takut sehingga membuat Anya berpikir berulang kali. Ia selalu mengasihani dirinya sendiri setiap kali Felix menatpnya dengan tatapan merendahkan. Seolah Anya benar-benar wanita murahan. ***Felix keluar dari kamar mandi dengan ha
Entah kenapa rasa gugup Anya berkurang, apa karena Felix sekarang melakukannya dengan lembut? Tangan nakal Felix perlahan menggapai area belakang punggung Anya dan membuka pengait BH Anya membuat wanita itu langsung berhenti mencecap bibir Felix. Anya menutupi dadanya menggunakan kedua tangan karena ia malu jika Felix melihatnya. Felix hanya diam menatap Anya yang memeluk dirinya sendiri. "Apa aku tidak boleh melihatnya?" tanya Felix dengan nada rendah dan sedikit membisik. "Sa-saya—" Belum sempat Anya melanjutkan perkataannya, Felix langsung menukar posisi membuat dirinya berada di atas tubuh Anya. Anya kembali gugup padahal tadi kegugupannya sedikit mereda. "Bi-bisakah lampunya dimatikan?" tanya Anya dengan nada sangat rendah. Felix hanya diam tanpa menggubris perkataan Anya. Pria itu membuka bh wanita itu sehingga dada Anya kelihatan. Terlihat tatapan Felix turun menatap bagian bawah Anya karena ia juga berniat membuka celana dalam wanita itu. Kini Anya terbaring tanpa
Degup jantung Anya berdetak tidak beraturan. Dinginnya AC di kamar Felix menembus tulang wanita itu. Tentu saja Anya gugup, Felix memperlakukannya dengan kasar. Sepasang mata tajam yang menatap Anya membuat wanita itu ketakutan. Terlihat jelas ada amarah yang akan meluap, tangan Felix kini menggenggam erat pergelangan tangan Anya membuat wanita itu meringis kesakitan. Anya tidak memprotes ataupun memberontak, karena lagi pula, dari awal Felix sudah menegaskan bahwa ia tidak akan bersikap lembut padanya. Mata Anya menatap Felix yang menatapnya dengan dahi mengerut. Felix menindih Anya tanpa hati-hati. Berat tubuh Felix membuat Anya merasa sesak. "Bukankah posisi ini terbalik? Kamu yang seharusnya di atas. Kamu yang harusnya memuaskanku, bukan aku yang memuaskanmu!" tegas pria itu dengan nada dingin. "Turun dan merangkaklah naik ke atas ranjang. Bukankah itu lebih menyenangkan?!" Felix menatap Anya dengan wajah merendahkan. Felix turun dari atas tubuh Anya dan membiarkan wanita itu
Anya menatap dirinya di depan cermin rias. Tentu saja dia berusaha mencari letak kekurangannya sehingga Felix tidak pernah sekalipun menghargainya. Apa dia serendah itu di mata Felix? Wanita seperti apa yang sebenarnya Felix inginkan? Jika mengingat bagaimana kejamnya perkataan Felix membuat Anya merasakan sakit yang sangat dalam. Hatinya terasa diremukkan, apalagi ekspresi wajah Felix yang menatapnya dengan tatapan sinis dan merendahkan. Apa iya, mereka harus berpisah dengan cara tidak baik? Tidak, pertanyaannya salah, bukankah awalnya hubungan mereka tidak pernah baik? Air mata wanita itu terjatuh. Dia ingin kesal tapi kepada siapa dia harus meluapkannya? Salah Anya yang terlalu mengharapkan cinta pada pria yang tidak pernah ingin bersamanya. Di mata Felix Anya adalah wanita murahan. Apa Anya perlu menggoda Felix agar pria itu bisa membuka hati untuk Anya? Toh, lagi pula bagi Felix Anya begitu rendah seolah tidak selevel dengannya. Ini malam terakhir Anya di rumah Felix. Dia mas
Anya terkejut mendengar perkataan Felix. Sekarang ini degup jantungnya berdebar kencang. Ini mimpi'kan? Apakah pernyataan cinta Felix tulus? Apakah Anya boleh berharap lagi pada pria itu? Tatapan tulus Anya menjadi runtuh saat Felix kembali angkat bicara dengan nada sedikit membisik dan meremehkan Anya. "Kamu tidak mungkin berharap aku mengatakan hal itu, bukan?" tanya pria itu tersenyum menertawakan. Ini pertama kalinya Anya melihat Felix tersenyum selebar itu. Sepertinya Felix begitu menikmati dirinya merendahkan Anya. Padahal, Anya sudah berharap pria itu tulus padanya tapi ternyata itu hanyalah salah satu permainan Felix. "Anda sesenang itu mempermainkan saya? Ternyata, selama ini anda tidak pernah menerima saya sebagai istri." Ini bukanlah pertanyaan, Anya hanya berbicara dan berharap Felix mendengarnya. Untuk meruntuhkan harapan dan rasa cinta Anya, dia perlu melihat sisi Felix yang sangat membencinya. Setidaknya, Anya bisa menghilangkan perasaannya terhadap Felix sedikit d







