LOGINHumairah histeris, dia benar-benar emosi saat CEO arogan itu menciumnya tanpa perasaan. Dia merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Abian.
"Kamu yang memulai memancing amarahku. Jadi, mulai detik ini kamu adalah milikku," ucap Abian sesuka hatinya. Obsesi ingin memiliki gadis yang telah memberikannya kehangatan semalam, membuat Abian tak bisa melupakan kemanisan yang telah mereka ciptakan di luar kesadaran tersebut. "Jangan bermimpi! Aku sudah mempunyai calon suami. Sama sepertimu yâng juga sudah memiliki calon istri. Tolong jangan menganggu kenyamanan hidupku! Aku pun akan melakukan hal yang sama. Lupakan segala hal yang sudah terlanjur terjadi," tekan Humairah sembari mengusap bibirnya yang basah bekas sentuhan Abian. "Calon suamimu pun tidak akan sudi jika menikahi wanita yang ternoda. Apalagi di dalam sini akan bertumbuh calon buah hati kita," kekeh Abian. Pria tampan itu sebenarnya sangat kecewa lantaran Humairah tak menerima sedikitpun apa yang ia tawarkan. Gadis tersebut tetap dengan keangkuhannya. "Calon suamiku adalah pria berakhlak. Bukan sepertimu asal menyentuh wanita yang belum halal untuk dimiliki," ungkap Jasmine dengan perasaan kecewa. "Aku akan menghalalkanmu saat ini juga jika kamu benar-benar menginginkan menikah denganku," ucap Abian dengan penuh penekanan. ''Kau pikir aku sudi kamu halalkan? Tidak, Abian Shaheer El Barra. Lebih baik aku tidak memiliki pasangan seumur hidup daripada menikah dengan pria tak berakhlak sepertimu!" Humairah merasa jijik saat melihat pria itu berbuat tidak senonoh padanya. ''Aku beri waktu untuk kamu berpikir selama satu bulan ke depan. Aku yakin setelahnya kau akan mengemis menjadi wanitaku." Abian benar-benar terobsesi ingin memiliki Humairah. Cukuplah kehangatan satu malam tersebut menjadi penuntun baginya untuk membersamai gadis tersebut. "Itu tidak akan pernah terjadi! Aku yakin tak ada benihmu di rahimku," sangkal Humairah. Dua insan itu terus berdebat tanpa ada yang ingin mengalah. Bahkan, keduanya terlihat bersikeras mempertahankan argumen masing-masing. "Kita lihat saja nanti! Jika kamu mengandung anakku, maka ke ujung dunia pun kau akan kucari. Cam kan itu!" ujar Abian sembari mengusap darah segar yang menetes di bibirnya bekas gigitan Humairah. "Dasar pria pemaksa!" Humairah menjauh dari Abian. Dia tidak sanggup lagi membendung air mata. Baginya apa yang dilakukan oleh Abian sudah di luar batas wajar. "Kerjakan semua berkas-berkas ini!Jangan pernah berhenti tanpa izin dariku! Ini hukuman bagi siapapun yang berani menentangku!" Abian menghempas semua tumpukan berkas-berkas di hadapan Humairah tanpa sedikitpun rasa iba. CEO tampan itu merasa harga dirinya sebagai laki-laki tak di hargai. Dia pun menyadari jika dia bersalah karena telah berbuat kurang ajar terhadap gadis cantik tersebut. "Aku melakukan hal ini hanya karena tanggung jawabku terhadap pekerjaan. Bukan karena takut padamu." Humairah mengambil tumpukan berkas-berkas tersebut dan membawanya ke ruang kerja yang bersebelahan dengan Abian. "Aku tak ingin mendengar alasan apapun! Pergi!" usir Abian dengan mengisyaratkan jari telunjuk ke arah ruangan yang bersekat dinding kaca dengan ruang kerjanya. Humairah bolak-balik mengambil tumpukan berkas-berkas yang ada dan memindahkan ke meja kerjanya. Sementara Abian sendiri begitu asyik dengan laptop di atas meja. Dia membiarkan Humairah bekerja sendiri. Gadis itu mengumpat habis-habisan. Tetapi, pria bertubuh tinggi kekar itu tak peduli. Sikapnya memang sulit ditebak. Terkadang ia lembut terkadang dia pun bersikap kasar dan acuh tak acuh terhadap Humairah. Satu jam sudah gadis tersebut berkutat dengan berkas-berkas di atas meja kerja. Sedangkan Abian nampak segar bugar karena hanya berkutat di atas laptop. Dia memang sengaja ingin membuat Humairah kesal dan mengemis pertolongan padanya.Tetapi, sayang gadis itu tetap mempertahankan harga diri. Ia tidak mau dijadikan budak oleh sang atasan. "Kembali ke ruang kerjaku! Buatkan kopi susu untukku!" titah Abian sembari mengirimkan isi pesan tersebut melalui ponsel. Dia menagih kopi hangat yâng tadi sengaja Humairah tuangkan taburan garam beberapa waktu lalu. "Siapa lagi yang menghubungiku! Tidak tahu saja jika aku sedang dalam kesibukan," gumam Humairah sembari membuka isi pesan W******p dengan wajah yang begitu sangat lelah. "Sabar ... sabar ... sabar. Ini tidak lama! satu bulan lagi aku akan lepas dari kontrak kerja gila ini!" omel Humairah dengan raut wajah kesal. Dari sejak semalam hingga saat ini gadis berhijab biru muda itu tidak bisa beristirahat. Abian benar-benar memforsir tenaganya habis-habisan. Gadis itu pun bangkit dari duduknya. Rasa nyeri akibat pertempuran mereka semalam masih tersa perih di area sensitifnya. Tetapi, ia paksakan untuk tetap melangkah. Pekerjaan gila yang diberikan oleh Abian sama sekali tidak membuat gadis itu tunduk pada kekuasaan pria arogan tersebut. "Ya Allah kuatkanlah hamba-Mu ini!" batin Humairah sembari berjalan menuju ruang khusus menyeduh minuman. Hatinya begitu tersiksa oleh perbuatan Abian. "Hari ini kau boleh bersikap sok tegar dan mengabaikanku. Tetapi, besok-besok aku yakin kau akan tunduk padaku," batin Abian sembari memperhatikan pergerakan Humairah. Brughhhh.Abian hampir terjatuh ke lantai kalau saja Humairah dan Reza tidak dengan sigap menopang tubuhnya. Pria itu memang benar-benar mabuk berat. Tetapi, dia masih bisa merasakan kehadiran Humairah di sisinya. "Nona, tolong bantu saya merawat tuan Abian! Dia harus segera di bawa ke apartemennya. Kita tidak mungkin mengantarkannya ke rumah utama milik keluarga mereka. Ia pasti akan dimarahi habis-habisan oleh tuan besar," ucap Reza penuh harap. "Sebenarnya aku tidak ingin berhubungan dengan pria yang telah merusak hidupku. Tetapi, karena rasa kemanusiaanku, aku akan ikut serta mengantarkannya ke apartemen." Humairah nampak berpikir keras. Namun, karena rasa simpatinya terhadap pria tersebut, ia pun terpaksa merawat Abian. "Baby, kau tahu baru bersamamu aku merasakan sebuah kemanisan. Aku muak hidup dalam gelimangan harta, tanpa ada yang mendampingi masa tuaku. Kata papa dan mama aku ini sudah berumur. Aku tidak mau dijodohkan dengan wanita ular itu," oceh Abian dalam keadaan mata terpej
Semua pengendara sampai beristighfar melihat Abian mengendarai mobilnya tanpa arah. Pria arogan itu nampak kesal karena tidak direspon oleh Humairah.Shitttt.Hampir saja Abian menabrak kucing yang baru saja melintasi jalan. Dia mengumpat habis-habisan. Pria itu benar-benar sedang dirundung nestapa."Kucing si4l4n! Berani-beraninya dia melintas di hadapan mobilku. Hampir saja aku pindah alam," oceh Abian. Pria bewokan tersebut kembali melajukan mobilnya menuju salah satu club malam. Dia lebih memilih pergi ke tempat maksiat daripada pulang ke rumah atau ke apartemennya."Arghhhh, gadis itu benar-benar telah membuatku gila! Jangan sampai dia menerima lamaran pria jenggotan itu. Apa kelebihannya dibandingkan aku. Dia tidak tahu saja siapa aku ini!" teriak Abian sembari memukul stir mobilnya berulang kali.Di tengah kegamangan, Abian menghubungi asisten pribadinya Reza Mahardika. Ia butuh teman untuk menemani kegamangannya saat ini."Ada apa, Bos?" tanya Reza yang sedang fokus menunggu
Humairah malah asyik mengguyurkan tubuhnya dengan mandi air panas. Dia sama tidak memperdulikan isi pesan Abian yang memenuhi WA-nya.Saat ini, gadis itu berusaha untuk melupakan apa yang terjadi di antara dirinya dan pimpinan perusahaan mereka tersebut. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan, sehingga membuat kedua orang tuanya merasa khawatir."Abah, umma. Meskipun putrimu tidak lagi seperti dulu, tapi aku akan menunjukkan ketegaranku sebagai wanita yang tegar dalam menghadapi segala kerumitan hidup ini!" tekan Humairah di dalam hati.Wanita yang tak lagi gadis itu tidak menyadari jika sang umma sedang khawatir memikirkannya. Humairah fokus dengan keadaannya yang menang belum pulih betul. "Ya Allah, apa yang terjadi dengan putri sulungku? Mengapa dia mandi air hangat? Tidak biasanya ia seperti ini!" gumam umma Hanifah sembari menghidangkan makanan di atas meja."Apa aku harus menanyakan sesuatu pada nak Aluna? Dia yang paling dekat dengan putriku. Sejak party semalam sampai hari ini
Humairah meringis pilu. Dia tidak bermaksud untuk mengabaikan ustadz Ammar. Tetapi, memang ia tidak sadarkan diri karena efek obat yang diberikan dokter padanya. ''Jangan terlalu banyak pikiran! kesehatanmu belum pulih betul. Besok jika masih tidak enak badan, kamu boleh ambil libur." Abian memberikan perhatian kecil pada Humairah, tetapi gadis itu sama sekali tidak menanggapinya. "Aku turun di sini! Jangan injakkan kakimu di pemukimanku. Di sini hanya khusus kalangan yâng hidupnya minimalis. Tolong jangan tampakkan wajahmu di hadapan abah dan ummaku! Anggap kejadian semalam tidak pernah ada di antara kita," tekan Humairah. Gadis yâng masih dalam keadaan tidak baik-baik saja itu pun hendak keluar dari dalam mobil. Dia tidak ingin berlama-lama berada di sisi Abian. Namun, handle pintunya terkunci rapat, sehingga Humairah kesulitan untuk membukanya. "Katakan jika kamu membutuhkan bantuan ku, Baby!'' ucap Abian sembari memainkan remote control mobilnya. "Kamu gila, ya. Baru satu
Humairah pun tak sanggup menahan kantuknya. Dia pun akhirnya tertidur di ranjang sang CEO. Niat hati ingin kembali pulang tidak terlaksanakan gadis itu justru terlelap bak putri tidur. "Kamu cantik sekali, Baby. Demi apapun aku harus bisa mendapatkanmu. Di sini akan ku pastikan lahir benihku. Dengan begini aku bisa lepas dari wanita ular itu. Toh, baru pertunangan dan rancangan pernikahan. Belum ijab qobul juga." Abian berbicara sendiri. Ia pun duduk di samping Humairah yang sedang terlelap. Diusapnya pipi mulus gadis yang telah memberikannya keh4ngatan semalam. Senyuman tipis terbingkai indah di bibir Abian. Rasanya ia ingin kembali mengulang indahnya cinta semalam. Cuppp. Kecupan lembut pun menempel di bibir ranum Humairah. Dia tidak menyadari jika Abian kembali mencuri kecupannya. Abian yâng awam dalam ilmu agama tidak memahami jika apa yang ia lakukan tersebut adalah dosa besar karena menyentuh wanita yang tak halal untuk dia sentuh. "Aku harus menjadikannya tawanank
Humairah merasakan jantungnya berdebar kencang saat tak sengaja kedua telapak tangannya menyentuh dada bidang Abian yâng begitu sigap menarik tubuhnya agar tidak ambruk ke lantai. Dunia bagaikan dejavu saat tatapan keduanya saling bertemu pandang. Siluet kehangatan satu malam kembali terngiang di benak dua insan yang belum halal saling meluahkan tersebut. "Sepertinya aku sudah gila!" bisikan hati Humairah. Rasanya gadis itu ingin sekali menghilang ke planet mars. Dia cukup malu tinggal di muka bumi saat pikiran mesum terlintas dalam benaknya. "Apa artinya hijab yang aku kenakan, jika itu tak mampu menjaga marwahku sebagai wanita muslimah. Siang malam aku sujud di atas sajadah mengagungkan nama sang pencipta, nyatanya hatiku kotor karena percikan noda dosa yang tidak bisa aku hapuskan begitu saja dari hidupku," batin Humairah penuh sesal. Gadis itu pun kembali menyadari kemelut satu malam yang terjadi semalam. Sehingga rasa kagum terhadap Abian barusan tertutupi oleh kebenci







