LOGINHumairah merasa kesal dengan kelakuan Abian. Rasanya ia ingin sekali menimpuk pria itu dengan wajan habis menggoreng telur. Tetapi, dia berusaha untuk tidak lepas kendali. Akhirnya, gadis itu pun memilih duduk di kursi yang berhadapan dengan meja kerja sang CEO pemaksa tersebut.
"Bagus! Coba jika dari tadi kamu mematuhiku tentunya tak akan banyak drama yang terjadi. Aku suka sikap ketusmu. Jarang sekali ada wanita yang berani bersikap jutek padaku kecuali kamu. Ini sungguh sangat di luar biasa." Abian sampai bertepuk tangan. Dia begitu sangat kagum pada kepribadian wanita yang semalam menikmati malam panjang bersamanya. Rasanya, pria tampan itu ingin mengulangi kembali indahnya cinta tadi malam. Tetapi, sayang sekali, hal itu tidak berlaku untuk Humairah. Dia begitu sangat jijik mengingat semua kenangan buruk itu. "Kalau bukan karena ancamanmu yang tidak masuk akal, tak sudi aku duduk di sini. Aku tidak menyangka bisa terjerat dalam dekapan CEO arogan sepertimu," oceh Humairah lagi. Gadis itu rasanya ingin cepat-cepat keluar dari ruangan bak api neraka tersebut. Dia cukup muak melihat wajah pria yang semalam telah merenggut kehormatannya. Kalau bukan karena terbesit rasa iman di hati sudah dari sejak tadi ia menghajar Abian habis-habisan. "Bagus jika kamu mengerti maksudku. Mulai detik ini kau harus menjadi sekretaris bayanganku. Tugasmu tidak sulit hanya membuat kopi untukku atau membantuku menelaah berkas-berkas yang ada." Abian terlihat tenang dari pembawaannya. Padahal, saat berhadapan dengan Humairah, hatinya merasa bergejolak. Ingin rasanya pria itu mendekap erat gadis yang telah membuatnya menggila tersebut. Tetapi, itu tidak mungkin ia lakukan. Apalagi, melihat penampilan dan sikap Humairah yang begitu sangat menjaga diri, membuat Abian semakin tertantang untuk memiliki gadis itu seutuhnya. "Aku melakukan hal ini hanya semata-mata urusan pekerjaa, tidak lebih! Setelah melewati masa uji coba ini, aku tidak akan pernah menginjakkan kaki di perusahaanmu." Humairah menatap tajam ke arah Abian yang terlihat datar. "Silahkan jika kau bisa pergi dariku dengan mudah! Asal kau tahu, ketika sesuatu itu sudah berada dalam genggamanku tak mungkin aku lepaskan begitu saja," ungkap Abian sembari menyulut api rokoknya dan menghembuskan pada wajah cantik Humairah yang terlihat sedang kesal padanya. "Uhukkk, uhukkk." Humairah sampai terbatuk-batuk. Dia memang alergi dan tidak suka dengan bau berbahan nikotin itu. Baginya menghisap rokok tersebut adalah pekerjaan yang sia-sia. ''Minum!" titah Abian sembari menyodorkan sebotol air mineral pada Humairah. "Aku tidak butuh! Anda benar-benar tidak berprikemanusiaan. Beginikah sikap seorang pimpinan?" sentak Humairah sembari bangkit dari duduknya. "Minum, atau aku yang akan menyuapimu! Aku tidak ingin ada karyawan yang mati di perusahaanku karena sesak nafas mencium bau rokok. Kau ini sangat merepotkan sekali!" ucap Abian sembari membuka tutup botol minuman tersebut dan menyodorkan kembali pada Humairah. "Dasar pemaksa!" umpat Humairah. Gadis itupun terpaksa meraih dan menegak air mineral itu dengan berapa kali tegukan. Sehingga tanpa sadar tetesan air tersebut membasahi bibirnya yang terlihat sensual dan menggoda di benak Abian. "Oh, Shittt. Apa yang aku pikirkan? Arghhhhh, ini benar-benar tidak nyaman." Abian menggerutu di dalam hati. Dia pun memalingkan wajahnya dari Humairah. Gadis itu benar-benar telah membuat g4irahnya sebagai pria normal mencuat kepermukaan. Humairah mengernyitkan dahi saat melihat tinggal aneh sang CEO. Dia sana sekali tidak menyadari jika dirinya adalah penyebab Abian menjadi terlihat tak karuan rasa. "Buatkan kopi hangat tanpa gula untukku! Satu menit dari sekarang, tidak pakai lama!" teriak Abian sembari membenahi dasinya yang terasa mencekik dileher. Bukannya apa, semakin berada di dekat Humairah, semakin Abian merasakan hal yang begitu membangkitkan g4irahnya sebagai seorang pria. Humairah tersenyum kecut. Dia pun melangkahkan kakinya menuju ruang khusus menyeduhkan kopi dan sejenisnya yang berada dalam satu ruangan pribadi milik Abian. Di sana pun ada kamar pribadi, khusus Abian biasanya beristirahat sejenak dari rutinitas pekerjaan yang begitu sangat menguras tenaga dan pikirannya. "Awas saja kau akan merasakan akibat dari keangkuhanmu," ungkap Humairah di dalam hati. Dia pun nekad menaruh kopi hangat pesanan Abian dengan tiga sendok garam dapur. Tak dapat dibayangkan bagaimana rasa dari kopi hitam tersebut. Humairah tersenyum tipis. Pikirnya sebentar lagi akan ada singa jantan mengamuk karena meminum seduhan kopi hangat darinya. "Si4l sekali! Mengapa dia begitu sangat menggoda? Apa aku benar-benar sudah gila? Dia, arghhhh!" teriak Abian sembari memijat kepalanya yang sakit saat mendengar suara ketukan high heels milik Humairah. Humairah meletakkan minuman tersebut di atas meja kerja Abian. Gadis itu tidak sabaran ingin melihat sang bos murka terhadapnya. "Semoga cara ini berhasil! Aku lebih baik diPHK daripada lama-lama berada di bawah Kungkungannya." Humairah tersenyum tipis. Dia bukannya merasa takut. Malah ini adalah tantangan yang begitu sangat luar biasa baginya. "Satu, dua, ti .... '' Humairah menggantungkan ucapannya. Dia merasa sangat ngilu saat melihat bos arogannya itu baru menyesap kopi buatannya. "Cuihhhhh! kau ingin. membunuhku!" teriak Abian sembari membuang kembali kopi yang hampir tertekan di tenggorokannya. Humairah tersenyum tipis, dia memang sengaja memancing kemurkaan Abian. Sampai pria itu memutuskan hubungan kerja dengannya. Namun, justru bukan itu yang gadis cantik itu dapatkan. Kenekatan Humairah barusan memancing jiwa lelaki Abian meronta. "Kau berani bermain-main denganku, Baby!" sinis Abian dengan perlahan mendekati Humairah. Gadis itu berjalan mundur. Sumpah jantungnya hampir lepas dari tempatnya. Kilatan amarah bercampur gelora di mata Abian membuat Humairah tanpa sadar terjerat dalam dekapan CEO arogan tersebut tanpa ia sadari. "Men-menjauh dariku!" teriak Humairah saat tubuhnya kini sudah menempel di tembok. "Kau tidak akan bisa lepas dariku! Kau yang memulai semuanya. Jangan salahkan aku jika melakukan hal ini padamu!" tekan Abian sembari mengukung tubuh mungil Humairah di tembok. "Tatap mataku! Kau yang membangkitkan naluriku sebagai laki-laki dewasa. Jangan harap kau bisa menghentikan ini, setelah apa yang terjadi antara kita semalam," bisik Abian sembari menarik dagu Humairah. "Le-lepas, hmpttttt." Tanpa aba-aba pria arogan itu pun menyesap bibir ranum Humairah yang dari sejak tadi menggoda imannya. Gadis itu berusaha untuk memberontak. Tetapi, tenaga Abian terlalu kuat jika dibandingkan tubuh mungil milik Humairah. "Mhhhh." Abian mencivm bibir Humairah dengan penuh gelora. Pria itu benar-benar tidak dapat mengendalikan biduk hawa n4fsunya untuk terus mencumbui gadis malang yang semalam sempat ia nikmati kelopak madunya. "Arghhhhh," ringis Abian saat menyadari bibirnya digigit oleh Humairah dengan begitu keras sehingga mengeluarkan d4rah segar. Plakkkkk. "Dasar CE0 mesvm!" teriak Humairah dengan mendaratkan tangan mulusnya di pipi Abian.Abian hampir terjatuh ke lantai kalau saja Humairah dan Reza tidak dengan sigap menopang tubuhnya. Pria itu memang benar-benar mabuk berat. Tetapi, dia masih bisa merasakan kehadiran Humairah di sisinya. "Nona, tolong bantu saya merawat tuan Abian! Dia harus segera di bawa ke apartemennya. Kita tidak mungkin mengantarkannya ke rumah utama milik keluarga mereka. Ia pasti akan dimarahi habis-habisan oleh tuan besar," ucap Reza penuh harap. "Sebenarnya aku tidak ingin berhubungan dengan pria yang telah merusak hidupku. Tetapi, karena rasa kemanusiaanku, aku akan ikut serta mengantarkannya ke apartemen." Humairah nampak berpikir keras. Namun, karena rasa simpatinya terhadap pria tersebut, ia pun terpaksa merawat Abian. "Baby, kau tahu baru bersamamu aku merasakan sebuah kemanisan. Aku muak hidup dalam gelimangan harta, tanpa ada yang mendampingi masa tuaku. Kata papa dan mama aku ini sudah berumur. Aku tidak mau dijodohkan dengan wanita ular itu," oceh Abian dalam keadaan mata terpej
Semua pengendara sampai beristighfar melihat Abian mengendarai mobilnya tanpa arah. Pria arogan itu nampak kesal karena tidak direspon oleh Humairah.Shitttt.Hampir saja Abian menabrak kucing yang baru saja melintasi jalan. Dia mengumpat habis-habisan. Pria itu benar-benar sedang dirundung nestapa."Kucing si4l4n! Berani-beraninya dia melintas di hadapan mobilku. Hampir saja aku pindah alam," oceh Abian. Pria bewokan tersebut kembali melajukan mobilnya menuju salah satu club malam. Dia lebih memilih pergi ke tempat maksiat daripada pulang ke rumah atau ke apartemennya."Arghhhh, gadis itu benar-benar telah membuatku gila! Jangan sampai dia menerima lamaran pria jenggotan itu. Apa kelebihannya dibandingkan aku. Dia tidak tahu saja siapa aku ini!" teriak Abian sembari memukul stir mobilnya berulang kali.Di tengah kegamangan, Abian menghubungi asisten pribadinya Reza Mahardika. Ia butuh teman untuk menemani kegamangannya saat ini."Ada apa, Bos?" tanya Reza yang sedang fokus menunggu
Humairah malah asyik mengguyurkan tubuhnya dengan mandi air panas. Dia sama tidak memperdulikan isi pesan Abian yang memenuhi WA-nya.Saat ini, gadis itu berusaha untuk melupakan apa yang terjadi di antara dirinya dan pimpinan perusahaan mereka tersebut. Dia tidak ingin larut dalam kesedihan, sehingga membuat kedua orang tuanya merasa khawatir."Abah, umma. Meskipun putrimu tidak lagi seperti dulu, tapi aku akan menunjukkan ketegaranku sebagai wanita yang tegar dalam menghadapi segala kerumitan hidup ini!" tekan Humairah di dalam hati.Wanita yang tak lagi gadis itu tidak menyadari jika sang umma sedang khawatir memikirkannya. Humairah fokus dengan keadaannya yang menang belum pulih betul. "Ya Allah, apa yang terjadi dengan putri sulungku? Mengapa dia mandi air hangat? Tidak biasanya ia seperti ini!" gumam umma Hanifah sembari menghidangkan makanan di atas meja."Apa aku harus menanyakan sesuatu pada nak Aluna? Dia yang paling dekat dengan putriku. Sejak party semalam sampai hari ini
Humairah meringis pilu. Dia tidak bermaksud untuk mengabaikan ustadz Ammar. Tetapi, memang ia tidak sadarkan diri karena efek obat yang diberikan dokter padanya. ''Jangan terlalu banyak pikiran! kesehatanmu belum pulih betul. Besok jika masih tidak enak badan, kamu boleh ambil libur." Abian memberikan perhatian kecil pada Humairah, tetapi gadis itu sama sekali tidak menanggapinya. "Aku turun di sini! Jangan injakkan kakimu di pemukimanku. Di sini hanya khusus kalangan yâng hidupnya minimalis. Tolong jangan tampakkan wajahmu di hadapan abah dan ummaku! Anggap kejadian semalam tidak pernah ada di antara kita," tekan Humairah. Gadis yâng masih dalam keadaan tidak baik-baik saja itu pun hendak keluar dari dalam mobil. Dia tidak ingin berlama-lama berada di sisi Abian. Namun, handle pintunya terkunci rapat, sehingga Humairah kesulitan untuk membukanya. "Katakan jika kamu membutuhkan bantuan ku, Baby!'' ucap Abian sembari memainkan remote control mobilnya. "Kamu gila, ya. Baru satu
Humairah pun tak sanggup menahan kantuknya. Dia pun akhirnya tertidur di ranjang sang CEO. Niat hati ingin kembali pulang tidak terlaksanakan gadis itu justru terlelap bak putri tidur. "Kamu cantik sekali, Baby. Demi apapun aku harus bisa mendapatkanmu. Di sini akan ku pastikan lahir benihku. Dengan begini aku bisa lepas dari wanita ular itu. Toh, baru pertunangan dan rancangan pernikahan. Belum ijab qobul juga." Abian berbicara sendiri. Ia pun duduk di samping Humairah yang sedang terlelap. Diusapnya pipi mulus gadis yang telah memberikannya keh4ngatan semalam. Senyuman tipis terbingkai indah di bibir Abian. Rasanya ia ingin kembali mengulang indahnya cinta semalam. Cuppp. Kecupan lembut pun menempel di bibir ranum Humairah. Dia tidak menyadari jika Abian kembali mencuri kecupannya. Abian yâng awam dalam ilmu agama tidak memahami jika apa yang ia lakukan tersebut adalah dosa besar karena menyentuh wanita yang tak halal untuk dia sentuh. "Aku harus menjadikannya tawanank
Humairah merasakan jantungnya berdebar kencang saat tak sengaja kedua telapak tangannya menyentuh dada bidang Abian yâng begitu sigap menarik tubuhnya agar tidak ambruk ke lantai. Dunia bagaikan dejavu saat tatapan keduanya saling bertemu pandang. Siluet kehangatan satu malam kembali terngiang di benak dua insan yang belum halal saling meluahkan tersebut. "Sepertinya aku sudah gila!" bisikan hati Humairah. Rasanya gadis itu ingin sekali menghilang ke planet mars. Dia cukup malu tinggal di muka bumi saat pikiran mesum terlintas dalam benaknya. "Apa artinya hijab yang aku kenakan, jika itu tak mampu menjaga marwahku sebagai wanita muslimah. Siang malam aku sujud di atas sajadah mengagungkan nama sang pencipta, nyatanya hatiku kotor karena percikan noda dosa yang tidak bisa aku hapuskan begitu saja dari hidupku," batin Humairah penuh sesal. Gadis itu pun kembali menyadari kemelut satu malam yang terjadi semalam. Sehingga rasa kagum terhadap Abian barusan tertutupi oleh kebenci







