แชร์

4. Sang Kaisar

ผู้เขียน: Raisaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-27 08:48:29

"Kau berada di pesta semalam kan?"

Elyse membeku seketika saat Dyall mengulang perkataannya. Tubuhnya seolah tak bisa bergerak, tatapannya tetap terpaku pada Dyall, yang menatapnya dengan tenang, seolah semua itu bukan hal besar.

“Anda-” suara Elyse nyaris tercekat. Tidak mungkin Kaisar Dyall adalah pria bertopeng burung hantu yang menghabiskan malam bersamanya di pesta itu!

“Ya, aku topeng burung hantu,” jujur Dyall tanpa ragu.

Deg.

Elyse menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hampir berteriak jika logikanya tak bekerja. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya memerah, dan rasa malu bercampur marah menimpa dirinya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Dyall, melihat perubahan wajah Elyse.

“Bagaimana saya bisa baik-baik saja di depan orang yang… meniduri saya dan memperlakukan saya seperti pelacur?” ketus Elyse, berusaha menahan teriak. 

Bagaimana tidak? Setelah tidur dengan lelaki ini yang ternyata adalah seorang Kaisar, Elyse diberi sekantung uang dan diperlakukan layaknya pelacur. Ia ingin melempar, memukul, menjambak pria di hadapannya, tapi menahan diri. Pria itu adalah seorang Kaisar! Satu kesalahan saja, kepalanya akan langsung terpisah dari tubuhnya.

“Apa maksudmu?” tanya Dyall bingung.

“Maksud… seperti apa, Yang Mulia? Bukankah jelas kiita tidur bersama, dan Anda meninggalkan uang sebagai bayaran atas tubuh saya?” ketus Elyse, sambil menoleh sekilas melihat Jester dan Ivanka memastikan mereka tidak mendengarnya.

“Siapa yang menidurimu?” tanya Dyall lagi, kini mulai serius.

Elyse menoleh tajam, matanya menatap Dyall seolah ingin mengulitinya.

“Setelah apa yang terjadu… Anda tidak mengakuinya?” suara Elyse bergetar tak percaya.

“Kita tidak melakukan apapun,” sahut Dyall, menyadari bahwa Elyse salah paham.

Elyse hampir tidak bisa menahan mulutnya, matanya membola mendengar jawaban itu.

“A-apa maksud Anda?” 

“Tidak… aku tidak menidurimu, karena kau langsung pingsan setelah ciuman itu,” jelas Dyall dengan tenang.

Doengg.

Mati aku, batin Elyse.

“Apakah Anda membohongi saya hanya karena tidak ingin mengakuinya?” tanyanya, suaranya nyaris bergetar.

“Untuk apa aku berbohong?” jawab Dyall tenang.

“Tapi… Anda meninggalkan uang,” sahut Elyse, masih setengah ragu.

“Yah… aku tidak memiliki hadiah lain, jadi aku hanya meninggalkan uang itu,” jelas Dyall jujur.

Elyse menunduk, lebih malu daripada sebelumnya. Ia baru saja mengatakan hal yang kurang ajar di depan Kaisar, yang seharusnya dihormatinya.

“Tapi… bagaimana Anda bisa tahu itu saya?” tanyanya pelan.

“Aku membuka topengmu,” jawab Dyall dengan jujur.

“Anda benar-benar sangat jujur,” gumam Elyse, tak bisa menahan rasa kagum dan malu sekaligus.

Dyall menatap wanita di depannya sejenak, lalu matanya melirik ke arah Jester.

“Apa dia… bajingan yang kau teriaki semalam?” tanyanya, nada suaranya datar tapi penasaran.

Elyse menghela napas panjang. “Saya mabuk… dan apapun yang Anda dengar itu hanya ucapan orang mabuk,” ucapnya, berusaha menahan rasa malu.

Dyall diam beberapa saat.

"Saya minta maaf atas semua perkataan saya pada anda , Yang Mulia." ucap Elyse tulus dengan membungkuk.

"Tidak masalah, tapi lain kali berpikirlah dengan baik sebelum bicara agar kau tidak terlihat bodoh." sahut Dyall

Elyse akan menjawab namun Ivanka dan Jester kembali dengan Ivanka yang memegang buket bunga untuk Dyall.

“Yang Mulia, ini semua adalah bunga dari rumah kaca kami. Saya harap Anda menyukainya,” ucap Ivanka tersenyum lebar.

“Itu bagus, terima kasih,” jawab Dyall datar sambil mengangkat tangannya. Seorang pelayan dewasa yang sejak tadi berdiri segera menghampiri dan mengambil buket bunga itu dari Ivanka.

Ivanka tersenyum lebar, benar-benar terlihat senang. Namun, saat Elyse melirik Jester, tatapan lelaki itu suram dan penuh amarah.

“Baiklah, kalau begitu aku akan kembali,” ucap Dyall sambil berdiri.

“Saya akan mengantar Anda ke depan, Yang Mulia,” sahut Ivanka sopan.

“Tentu,” jawab Dyall, mengulurkan tangan dengan kesopanan yang menonjolkan aura Kaisar.

Elyse dan Jester juga berdiri. Jester benar-benar tak bisa menutupi perasaan bencinya, yang jelas terlihat, namun ia tahu Dyall bukan tandingannya, apalagi ketika Ivanka meraih tangan Dyall, dan mereka berjalan bersama, meninggalkan Jester dengan rasa frustrasi yang membara.

“Jika kau begitu mencintainya, seharusnya kau menikahinya saja, bukan menikahi wanita lain yang bahkan tidak kau cinta,” ucap Elyse dingin, matanya tak berpaling dari wajah Jester.

Jester mengepalkan rahangnya. “Tutup mulutmu, Elyse. Kau tidak tahu apa pun.”

“Oh aku tahu,” Elyse tertawa singkat, sinis. “Aku tahu kau memanfaatkan aku hanya untuk memastikan wanita yang kau idolakan itu naik menjadi ratu.”

Mata Jester menggelap. “Elyse-”

“Kau heran aku tahu?” Elyse memotong cepat sebelum suaranya melemah. Tapi ia tak membiarkan dirinya goyah, bukan lagi. “Jangan bertingkah seolah kau korban dalam cerita ini.”

Jester menarik napas tajam, berusaha menahan amarah. “Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Kau seharusnya berpikir sebelum bicara dan tidak hanya menyalahkan orang lain.”

“Aku?” Elyse menunjuk dirinya sendiri, matanya membara. “Menyalahkan orang lain?”

Ia mendekat selangkah, suaranya menurun menjadi bisikan tajam, lebih menyakitkan daripada teriakan.

“Lalu ini apa, Jester? Kau pikir kau tidak bersalah?”

Jester tak menjawab, air matanya tidak jatuh, tapi hatinya jelas berantakan.

Elyse mengembuskan napas pelan namun penuh luka.

“Satu-satunya kesalahanku adalah… mencintaimu.”

Langkah Elyse mundur menjauh, seolah tiap jarak yang bertambah adalah tali yang ia putuskan sendiri dari lehernya.

“Elyse-” suara Jester terdengar parau, seperti seseorang yang baru menyadari kehilangan yang terlambat.

Namun Elyse tak memberinya waktu.

“Batalkan pernikahan ini,” ujarnya tegas, “atau aku akan memastikan kau malu seumur hidupmu.”

Mata Jester membelalak, tak percaya. “Kau… kau berani mengancamku?”

“Ya,” Elyse menatapnya terakhir kali, tanpa cinta, tanpa rindu, hanya dingin.

“Aku tidak mau menikah dengan bajingan sepertimu!”

Dengan itu, ia berbalik dan pergi tanpa menoleh.

Jester menatap punggungnya yang menjauh, dadanya naik turun penuh kemarahan dan rasa tak rela.

“Baik!” teriaknya akhirnya, suaranya memantul di lorong kosong.

“Lihat saja, Elyse!”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   6. Menikah denganku!

    Elyse berhenti dan menoleh. Ia melihat Ivanka menatap Jester, lalu Jester yang sekarang malah menatapnya. Bohong kalau Elyse tidak berharap Jester akan mengejarnya… tapi jelas tidak. Jester tetap memilih berdiri di sisi Ivanka.Dengan napas berat, Elyse akhirnya pergi ke balkon. Ruangan pesta terasa terlalu sesak, terlalu banyak tatapan, terlalu banyak rasa sakit setiap kali melihat Jester gelisah saat Kaisar dan Ivanka menari. Dan yang paling memuakkan melihat Jester akan selalu memilih Ivanka.Di balkon, udara lebih tenang. Elyse bersandar dan menyesap wine, berharap dadanya ikut tenang.Namun baru beberapa detik berlalu, ia mendengar langkah seseorang mendekat dari belakangnya.Gaun mewah berwarna perak masuk menyusul langkah pelan, Ivanka.Tanpa salam, tanpa basa-basi, Ivanka membuka percakapan dengan nada penuh superioritas.“Aku pikir dengan aku menjadi ratu, Jester akhirnya akan bersikap baik padamu,” ucap Ivanka santai, seolah kalimat itu tidak menyakitkan.Elyse tak langsung

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   5. Apakah kau tidak menyesal ?

    Pagi itu saat Elyse bangun tidur, ia berharap semuanya sudah berakhir setelah malam itu. Biarlah jika Jester ingin mengejar Ivanka. Ia bahkan sudah membayangkan hidup tanpa pertunangan dengan Jester dan hidup tanpa harapan kedua orang tuanya.Namun kenyataan tidak memberinya waktu untuk bernapas.Saat pelayan sedang membantunya menyisir rambut, pintu kamar terbuka kencang. Countess Leclair berjalan masuk.“Biarkan aku yang lakukan.”Pelayan langsung menunduk dan mundur. Countess berjalan mendekat dan mengambil sisir itu, gerakannya lembut… hampir penuh kasih.Elyse menahan napas.Countess jarang sekali melakukan hal seperti ini.Rasanya… aneh. Tapi juga sekaligus terasa hangat.Sisir bergerak perlahan melewati rambutnya, membuat Elyse tersenyum kecil. Tak ada tarik menarik atau kasar, Countess menyisir rambutnya seolah rambut itu miliknya sendiri.“Aku dengar kau mengatakan sesuatu pada Jester kemarin,” ucap Countess pelan.“Apa maksud ibu?” Elyse mencoba tenang, meski tubuhnya gemeta

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   4. Sang Kaisar

    "Kau berada di pesta semalam kan?"Elyse membeku seketika saat Dyall mengulang perkataannya. Tubuhnya seolah tak bisa bergerak, tatapannya tetap terpaku pada Dyall, yang menatapnya dengan tenang, seolah semua itu bukan hal besar.“Anda-” suara Elyse nyaris tercekat. Tidak mungkin Kaisar Dyall adalah pria bertopeng burung hantu yang menghabiskan malam bersamanya di pesta itu!“Ya, aku topeng burung hantu,” jujur Dyall tanpa ragu.Deg.Elyse menutup mulutnya rapat-rapat. Dia hampir berteriak jika logikanya tak bekerja. Jantungnya berdebar kencang, wajahnya memerah, dan rasa malu bercampur marah menimpa dirinya.“Kau baik-baik saja?” tanya Dyall, melihat perubahan wajah Elyse.“Bagaimana saya bisa baik-baik saja di depan orang yang… meniduri saya dan memperlakukan saya seperti pelacur?” ketus Elyse, berusaha menahan teriak. Bagaimana tidak? Setelah tidur dengan lelaki ini yang ternyata adalah seorang Kaisar, Elyse diberi sekantung uang dan diperlakukan layaknya pelacur. Ia ingin melempa

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   3. aku tidak ingin menikah!

    “Apa maksudnya ini sekarang?!” teriak Nyonya Levric, Duchess terdahulu keluarga itu, suaranya penuh keterkejutan mendengar ucapan Elyse.“Astaga! Apa yang dikatakannya?” bisik Duke Levric terdahulu, ayah Jester, sambil menatap putrinya dengan tak percaya.“Elyse, kau, apakah kau gila?” sahut Jester dengan nada hampir tidak percaya.“Saya tidak gila,” Elyse membalas dengan tajam. “Seharusnya saya yang menyadarkan anda. Berciuman dengan wanita lain di depan calon istri anda sendiri adalah tindakan yang tidak masuk akal!”Semua orang membeku, termasuk Jester.“Elyse, ini tidak seperti-” mulai Jester, namun terhenti.“Tidak seperti apa?” Elyse memotong. “Anda bahkan tidak melihat saya saat anda mencium wanita lain dengan begitu nyata, di depan kedua mata saya!”Ruang itu hening. Semua mata menatap Elyse, tak ada seorang pun yang bisa menegur. Kali ini, dia tak mau menahan diri. Ia tak mau lagi menikah dengan bajingan ini.“Apa maksudnya ini sekarang, Jester?” bentak ayah Jester, suaranya

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   2. Batal nikah

    Elyse terbangun dengan kepala berat. Kelopak matanya bergerak pelan sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Pandangannya menyapu ruangan itu, ruangan yang sama seperti semalam.Ruangan tempat dia dan-Elyse membeku.Dengan cepat dia melihat dirinya sendiri. Bagian atas gaunnya masih rapi, tapi roknya… tersingkap berantakan. Napasnya tercekat. Ia memeluk dirinya sendiri sambil mencoba mengingat.“Semalam… apa yang terjadi?” bisiknya.Tidak ada jawaban. Hanya denyut jantungnya yang terdengar begitu keras.“Kenapa aku tidak ingat…?” gumamnya lagi.Matanya mencari sosok lelaki itu, sia-sia. Ruangan itu kosong. Hening. Udara masih beraroma wine dan wangi tubuh lelaki itu, seakan bukti bahwa semalam bukan mimpi.“Apakah… sudah selesai? Apakah aku tidak suci lagi?” Elyse menelan ludah. “Ternyata… tidak semenakutkan yang dikatakan Viona dan yang lainnya.”Ia terbaring lagi, menatap langit-langit sambil menghela napas panjang, hingga matanya menangkap sesuatu di meja kecil dekatnya.Sekantung uan

  • Nyonya Elyse, Yang Mulia Kaisar Menginginkanmu!   1. Pemburu ONS

    "Elyse, hentikan! Ini sudah gelas keberapa? Kalau kau terus minum seperti ini, kau akan pingsan!" Nada suara Viona tidak membuat Elyse berhenti menenggak isi gelasnya, gelas keempat, atau mungkin kelima, ia sudah tidak peduli."Viona… lepaskan aku." Elyse menepis tangan temannya dengan gerakan putus asa.Mereka duduk di sebuah sofa beludru hitam di dalam Salon, pesta rahasia yang hanya diakses oleh bangsawan kelas tertinggi, tempat mereka melampiaskan hasrat terpendam. Seharusnya Elyse tidak ada di sini. Jika sang ayah tahu, sudah dipastikan dirinya akan mendapatkan hukuman yang mengerikan.Tapi, pagi ini Elyse mendengar calon suaminya, Jester, Duke Levric, terang-terangan berkata ia menikahi Elyse agar wanita yang ia cintai bisa menjadi Ratu. Dan yang lebih parahnya lagi, wanita itu adalah Ivanka, sepupunya sendiri!"Aku tidak pernah mencintai Elyse, aku hanya menikahinya agar posisi ratu dimiliki Ivanka. Hanya Ivanka yang pantas. Dan aku akan melakukan apa pun untuk kebahagiaan wa

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status